Horor Perang Suriah, Bayi 7 Bulan Tergantung di Puing Bangunan

Jum'at, 26 Juli 2019 - 04:47 WIB
Horor Perang Suriah,...
Horor Perang Suriah, Bayi 7 Bulan Tergantung di Puing Bangunan
A A A
IDLIB - Sebuah foto mengerikan dari dampak perang Suriah menunjukkan bayi perempuan berusia tujuh bulan tergantung di puing bangunan yang hancur akibat serangan jet tempur. Bayi itu nyaris jatuh dari tumpukan puing di ketinggian dan bertahan dengan pakaiannya yang tersangkut.

Kakak-kakaknya yang masih kecil dalam kondisi tertimpa puing bangunan mencoba mempertahankan posisi adik mereka agar tidak jatuh dari ketinggian. Bayi kecil dengan wajah berdarah itu bernama Tuqa.

Anak-anak kecil itu dicoba ditolong ayah mereka yang ketakutan dengan memanjat reruntuhan bangunan rumah. Keluarga di Idlib itu adalah korban dari serangan jet tempur pada hari Rabu yang diduga diluncurkan oleh pasukan pasukan Presiden Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia.

Ayah yang mencoba menjangkau putri-putri ciliknya itu bernama Amjad al-Abdullah. Wajah Amjad al-Abdullah terpaku ketakutan ketika bayi Tuqa terlihat tergantung di puing bangunan.

Idlib merupakan benteng pertahanan terakhir kelompok pemberontak Suriah yang akan direbut pasukan Assad.

Menurut Save the Children, banyak anak tewas akibat konflik dalam empat minggu terakhir di wilayah tersebut. Badan amal itu mengatakan setidaknya 33 anak telah dikonfirmasi tewas sejak 24 Juni 2019.

Abdullah dilaporkan tidak bisa menjangkau putri-putrinya. Namun, menurut pekerja rumah sakit Suriah, bayi Tuqa secara ajaib selamat. Namun, saudara perempuannya yang berusia lima tahun, Riham, meninggal. Ibu mereka, Asmaa, juga meninggal. Sedangkan dua kakak Tuqa yang lainnya terluka parah, salah satunya masih dalam kondisi kritis.

Foto menyayat hati itu adalah bidikan fotografer Bashar al Sheikh, asal Kafr Nabudah. Dia adalah jurnalis foto pertama yang tiba di tempat kejadian setelah serangan jet tempur.

“Ada debu di mana-mana, di udara, dan orang-orang berteriak minta tolong. Saya bisa melihat anak-anak kecil saling berpelukan," katanya Sheikh yang berbicara dari Idlib kepada The Independent, Jumat (26/7/2019).

"Ayah itu berteriak; Jangan bergerak! Jangan bergerak!."

"Anak yang lebih tua masih berpegangan pada bayi itu. Kami membawa mereka ke rumah sakit al-Shami, tetapi mereka kehabisan persediaan darah dan harus membawa mereka ke rumah sakit Idlib," lanjut Sheikh.

"Saya tinggal bersama anak-anak, berdoa agar mereka selamat," imbuh fotografer Suriah tersebut.

Sonia Khush, direktur respons Save the Children's Suriah, menggambarkan situasi di Idlib sebagai "mimpi buruk".

“Cedera yang kami saksikan sangat mengerikan. Jelas sekali lagi anak-anak terbunuh dan terluka dalam serangan tanpa pandang bulu," katanya.

“Anak-anak Suriah barat laut telah terjebak dalam konflik kekerasan selama 80 hari tanpa jeda. Mereka tak bisa mengakses pendidikan, makanan, perawatan kesehatan dan dipaksa tidur di bawah pohon di ladang terbuka selama berbulan-bulan sekarang," papar Khush.

Tentara Suriah, yang didukung oleh Rusia, melancarkan serangan pada akhir April yang bertujuan merebut kembali jalan-jalan utama dan rute perdagangan di sekitar Idlib dan Hama utara. Area yang diincar itu dipandang pemerintah Suriah penting untuk mengonsolidasikan kontrolnya di utara negara tersebut.

Kelompok pemberontak yang masih berkuasa di Idlib adalah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang merupakan sempalan al-Qaeda di Suriah. Kelompok itu diklasifikasikan sebagai kelompok teroris oleh PBB.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7990 seconds (0.1#10.140)