Perang Nuklir Pakistan-India Bukan Pilihan, tapi Penghancuran Diri
A
A
A
WASHINGTON - Perdana Menteri (PM) Imran Khan, pada hari Selasa (23/7/2019), menolak gagasan tentang perang nuklir apa pun antara Pakistan dan India. Dia mengatakan negaranya akan menyerahkan senjata nuklir, jika tetangganya di timur melakukan hal yang sama.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, PM Khan menanggapi dengan tegas ketika ditanya; "Jika India mengatakan kami akan menyerahkan senjata nuklir, akankah Pakistan juga?".
"Ya, karena perang nuklir bukan pilihan. Dan antara Pakistan dan India, gagasan perang nuklir sebenarnya adalah penghancuran diri, karena kita memiliki perbatasan 2.500 mil," katanya.
"Juga, saya pikir ada realisasi di anak benua—karena ada beberapa insiden yang terjadi Februari lalu—dan kami kembali mengalami ketegangan di perbatasan," ujarnya.
"Sebuah pesawat India ditembak jatuh di Pakistan," lanjut PM Khan sambil merujuk pada pelanggaran India atas ruang udara Pakistan dan mengebom sebuah kamp yang diduga sebagai markas militan di lereng bukit.
Dia mengatakan konflik India dan Pakistan itulah yang membuatnya meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memainkan perannya dalam memediasi hubungan antara kedua negara.
Khan menambahkan bahwa AS adalah negara paling kuat di dunia."Satu-satunya negara yang dapat menengahi antara Pakistan dan India, dan satu-satunya masalah adalah Kashmir," katanya.
"Satu-satunya alasan selama 70 tahun, bahwa kita belum bisa hidup seperti tetangga yang beradab, adalah karena Kashmir," imbuh pemimpin Pakistan itu.
Trump dalam pertemuannya dengan PM Khan di Oval Office Gedung Putih telah menawarkan mediasi AS pada perselisihan Kashmir antara India dan Pakistan yang telah berlangsung 70 tahun.
Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa tidak ada permintaan kepada AS untuk menjadi mediator yang telah dibuat oleh Perdana Menteri Modi.
Namun, Khan mengatakan India harus hadir untuk mediasi. Dia mengakui pernah ada kesempatan mediasi di era mendiang Perdana Menteri India Vajpayee dan mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf. Namun, sejak itu kedua negara telah menjauh.
"AS dapat memainkan peran besar, Presiden Trump tentu dapat memainkan peran besar. Kita berbicara tentang 1,3 miliar orang (di anak benua) di Bumi ini. Bayangkan dividen perdamaian jika entah bagaimana masalah itu bisa diselesaikan," kata Khan.
Khan dengan tegas menolak kekhawatiran tentang senjata nuklir Pakistan yang masuk ke tangan teroris.
"Pakistan memiliki salah satu tentara paling profesional dan salah satu sistem komando dan kontrol paling komprehensif untuk senjata nuklir kami," ujarnya.
"Mereka sama sekali tidak perlu khawatir," kata Khan. "Amerika Serikat tahu tentang hal itu karena kami berbagi intelijen kami dengan AS tentang langkah-langkah keamanan yang diterapkan untuk program nuklir kami."
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, PM Khan menanggapi dengan tegas ketika ditanya; "Jika India mengatakan kami akan menyerahkan senjata nuklir, akankah Pakistan juga?".
"Ya, karena perang nuklir bukan pilihan. Dan antara Pakistan dan India, gagasan perang nuklir sebenarnya adalah penghancuran diri, karena kita memiliki perbatasan 2.500 mil," katanya.
"Juga, saya pikir ada realisasi di anak benua—karena ada beberapa insiden yang terjadi Februari lalu—dan kami kembali mengalami ketegangan di perbatasan," ujarnya.
"Sebuah pesawat India ditembak jatuh di Pakistan," lanjut PM Khan sambil merujuk pada pelanggaran India atas ruang udara Pakistan dan mengebom sebuah kamp yang diduga sebagai markas militan di lereng bukit.
Dia mengatakan konflik India dan Pakistan itulah yang membuatnya meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memainkan perannya dalam memediasi hubungan antara kedua negara.
Khan menambahkan bahwa AS adalah negara paling kuat di dunia."Satu-satunya negara yang dapat menengahi antara Pakistan dan India, dan satu-satunya masalah adalah Kashmir," katanya.
"Satu-satunya alasan selama 70 tahun, bahwa kita belum bisa hidup seperti tetangga yang beradab, adalah karena Kashmir," imbuh pemimpin Pakistan itu.
Trump dalam pertemuannya dengan PM Khan di Oval Office Gedung Putih telah menawarkan mediasi AS pada perselisihan Kashmir antara India dan Pakistan yang telah berlangsung 70 tahun.
Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa tidak ada permintaan kepada AS untuk menjadi mediator yang telah dibuat oleh Perdana Menteri Modi.
Namun, Khan mengatakan India harus hadir untuk mediasi. Dia mengakui pernah ada kesempatan mediasi di era mendiang Perdana Menteri India Vajpayee dan mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf. Namun, sejak itu kedua negara telah menjauh.
"AS dapat memainkan peran besar, Presiden Trump tentu dapat memainkan peran besar. Kita berbicara tentang 1,3 miliar orang (di anak benua) di Bumi ini. Bayangkan dividen perdamaian jika entah bagaimana masalah itu bisa diselesaikan," kata Khan.
Khan dengan tegas menolak kekhawatiran tentang senjata nuklir Pakistan yang masuk ke tangan teroris.
"Pakistan memiliki salah satu tentara paling profesional dan salah satu sistem komando dan kontrol paling komprehensif untuk senjata nuklir kami," ujarnya.
"Mereka sama sekali tidak perlu khawatir," kata Khan. "Amerika Serikat tahu tentang hal itu karena kami berbagi intelijen kami dengan AS tentang langkah-langkah keamanan yang diterapkan untuk program nuklir kami."
(mas)