AS Butuh F-15 Baru, Tanda Jet Tempur Siluman F-35 Tak Beres

Sabtu, 20 Juli 2019 - 10:50 WIB
AS Butuh F-15 Baru, Tanda Jet Tempur Siluman F-35 Tak Beres
AS Butuh F-15 Baru, Tanda Jet Tempur Siluman F-35 Tak Beres
A A A
WASHINGTON - Pesawat jet tempur siluman generasi kelima F-35 Lockheed Martin Amerika Sertikat (AS) kembali jadi bulan-bulanan kritik. Fakta bahwa Departemen Pertahanan atau Pentagon masih mengandalkan pesawat generasi keempat yang semestinya pensiun menjadi tanda ketidakberesan F-35 Joint Strike Fighter (JSF).

Kritik keras ini disampaikan Tom Schatz, Presiden Citizens Against Government Waste (CAGW). CAGW adalah organisasi nirlaba dan nonpartisan terbesar di AS yang didedikasikan untuk menghilangkan pemborosan, penipuan, penyalahgunaan, dan salah urus dalam pemerintahan.

Dalam tulisannya di Fox News yang dilansir Sabtu (20/7/2019), F-35 JSF menjadi "anak poster" bagi ketidakmampuan dan ketidakefisienan dalam pengadaan senjata pertahanan Amerika Serikat. Jet tempur siluman generasi kelima itu telah dikembangkan selama hampir 18 tahun dan terlambat delapan tahun dari jadwalnya.

Total biaya akuisisi pesawat F-35 sekarang melebihi USD428 miliar, hampir dua kali lipat estimasi awal USD233 miliar. Biaya operasi dan perawatan seumur hidup dari sistem senjata paling mahal dalam sejarah Amerika itu berjumlah sekitar USD1,2 triliun.

Gara-gara molornya pengembangan pesawat yang diklaim tercanggih itu, pesawat generasi keempat yang dimaksudkan untuk diganti JSF telah mencapai akhir masa layanan militernya. Pesawat A-10, AV-8B, F-15C/D, F-16, dan F/A-18 seharusnya sudah pensiun di boneyard, "rumah orangtua" pesawat militer Amerika versi Departemen Pertahanan (DOD) AS. Namun, faktanya pesawat-pesawat generasi keempat itu masih diandalkan.

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komite Angkatan Bersenjata Senat beberapa waktu lalu, Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford mengatakan DOD meminta dana untuk F-15EX, yang merupakan versi terbaru dari F-15C/D atau yang dijual ke negara-negara seperti Qatar dan Arab Saudi.

"Sedikit lebih murah untuk pengadaannya daripada F-35, 50 persen lebih murah untuk beroperasi dari waktu ke waktu dan memiliki waktu (umur) dua kali lebih banyak dalam hal berapa lama (operasi) berlangsung," kata Sekretaris Angkatan Udara Heather Wilson, yang juga mengutip tingginya biaya operasi F-35 sebagai faktor dalam pembelian F-15EX.

Namun, beberapa anggota Kongres menolak proposal DOD tersebut. Bulan lalu, Komite Angkatan Bersenjata Senat mengesahkan pembelian dua pesawat F-15EX, tetapi menahan dana untuk enam yang tersisa sampai DOD memberikan rincian lebih lanjut tentang program tersebut.

Kendati demikian, rancangan undang-undang (RUU) alokasi DOD Tahun Anggaran 2020 yang disahkan oleh Kongres mengabaikan rekomendasi itu dan akhirnya menyediakan dana untuk pengadaan semua pesawat F-15EX yang diminta, yakni delapan unit.

Pendanaan sementara untuk tambahan pesawat generasi masa lalu itu dapat semakin menjadi norma karena penundaan JSF yang terus-menerus dan tidak dapat diandalkan.

F-35 menghadapi sejumlah masalah yang sedang berlangsung, termasuk 13 masalah kategori satu, yang didefinisikan sebagai kelemahan utama yang menghambat efektivitas misi dan dampak keselamatan. Cacat-cacat ini termasuk sinus ekstrem dan sakit telinga yang dialami oleh pilot karena perubahan cepat dalam tekanan kabin, kerusakan "lapisan siluman" pesawat pada kecepatan tinggi, dan masalah pencahayaan dengan helm pilot yang menyulitkan pendaratan operator.

Pada Februari 2018, hanya 51 persen JSF yang dibeli oleh DOD sudah beroperasi.

Program JSF telah tiba pada tahap penting dalam proses pengembangan karena DOD akan memutuskan pada bulan Oktober apakah akan memulai produksi skala penuh atau tidak. Gagal mengatasi cacat sebelum memasuki tahap ini akan secara dramatis meningkatkan biaya keseluruhan program, karena setiap pesawat yang diakuisisi untuk sementara perlu dipasang kembali dalam "garis" pemeriksaan.

Hal itu tidak terjadi jika DOD memahami penyebab utama dari bencana akuisisi JSF. Namun, sepertinya kesalahan ini akan terjadi lagi ketika tiba saatnya untuk membeli pesawat generasi berikutnya. Meskipun sudah terlambat untuk membalikkan kesalahan yang mengarah pada situasi saat ini, belum terlambat untuk memperbaiki masalah F-35.

Melakukan hal sebaliknya akan memperburuk kesulitan fiskal saat ini dan risiko meninggalkan negara tanpa kemampuan pertahanan yang dibutuhkan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7260 seconds (0.1#10.140)