Iran Mengaku Selamatkan Sebuah Kapal Tanker Asing
A
A
A
TEHERAN - Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan pasukan negara itu telah membantu sebuah kapal tanker asing yang mengalami kegagalan teknis. Pernyataan itu muncul ditengah pertanyaan tentang keberadaan sebuah kapal berbendera Panama yang melintasi Selat Hormuz.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan, Angkatan Laut Iran menawarkan bantuan kepada sebuah kapal tanker asing yang mengalami kegagalan teknis di perairan teritorialnya.
"Berdasarkan peraturan internasional, setelah menerima permintaan bantuan mereka, pasukan Iran pergi ke lokasi dan kapal tanker asing ditarik oleh kapal penarik darurat menuju perairan Iran untuk proses perbaikan," terang Mousavi seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (17/7/2019).
Namun Mousavi tidak menyebutkan nama kapal tanker itu dan tidak menjelaskan lebih jauh.
Sebelumnya dilaporkan sebuah kapal tanker milik Uni Emirat Arab (UEA), Riah, yang berbendera Panama hilang saat menyeberang ke perairan Iran pada 14 Juli. Menurut TankerTrackers, layanan pelacakan pengiriman minyak online, pada saat itu sistem identifikasi otomatis kapal berhenti mengirim sinyal. Posisi terakhir Riah diketahui berada di lepas pantai Pulau Qeshm di Selat Hormuz.
Mengutip database pengiriman Equasis, TankerTrackers mengatakan kapal itu dimiliki oleh Prime Tankers LLC dari UEA. Seorang pejabat UEA, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan bahwa kapal tanker itu bukan milik atau dioperasikan oleh negara itu.
"Kapal itu tidak membawa personil Emirat, dan tidak mengeluarkan panggilan darurat," kata pejabat itu kepada kantor berita AFP.
"Kami sedang memantau situasi dengan mitra internasional kami," imbuhnya.
Ranjith Raja, dari perusahaan data Refinitiv, mengatakan kepada The Associated Press bahwa kapal tanker itu tidak mematikan pelacakan dalam tiga bulan perjalanan di sekitar UEA. "Itu bendera merah," kata Raja.
Baca Juga: Kapal Tanker Minyak UEA Hilang di Selat Hormuz
Seorang pejabat pertahanan AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AP bahwa pasukan Iran mungkin telah merebut kapal 58 meter itu.
"Kami tentu memiliki kecurigaan bahwa itu diambil," kata pejabat itu.
"Mungkinkah kapal itu rusak atau ditarik untuk bantuan? Itu kemungkinan. Tapi semakin lama ada periode tanpa kontak itu akan menjadi perhatian," imbuhnya.
Baca Juga: AS Curiga Iran Tangkap Kapal Tanker UEA
Pertanyaan mengenai nasib Riah muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington mengenai program nuklir Teheran dan perselisihan antara Iran dan Inggris sehubungan dengan perebutan kapal tanker minyak Iran oleh seorang Marinir Kerajaan Inggris pada Juli lalu.
Iran sebelumnya telah mengancam akan menghentikan kapal tanker minyak yang melewati selat, mulut sempit Teluk Persia yang dilalui oleh 20% dari semua minyak mentah, jika tidak dapat menjual minyaknya sendiri di luar negeri.
Sebelumnya ketegangan di Timur Tengah membuncah setelah AS mengirim ribuan pasukan tambahan, pembom berkemampuan nuklir B-52, dan jet tempur canggih ke Timur Tengah. AS beralasan pengerahan militernya guna mencegah apa yang disebutnya sebagai serangan dari Iran.
Serangan misterius pada tanker minyak dan ditembak jatuhnya pesawat pengintai militer AS oleh Iran telah menambah kekhawatiran pecahnya konflik bersenjata.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan, Angkatan Laut Iran menawarkan bantuan kepada sebuah kapal tanker asing yang mengalami kegagalan teknis di perairan teritorialnya.
"Berdasarkan peraturan internasional, setelah menerima permintaan bantuan mereka, pasukan Iran pergi ke lokasi dan kapal tanker asing ditarik oleh kapal penarik darurat menuju perairan Iran untuk proses perbaikan," terang Mousavi seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (17/7/2019).
Namun Mousavi tidak menyebutkan nama kapal tanker itu dan tidak menjelaskan lebih jauh.
Sebelumnya dilaporkan sebuah kapal tanker milik Uni Emirat Arab (UEA), Riah, yang berbendera Panama hilang saat menyeberang ke perairan Iran pada 14 Juli. Menurut TankerTrackers, layanan pelacakan pengiriman minyak online, pada saat itu sistem identifikasi otomatis kapal berhenti mengirim sinyal. Posisi terakhir Riah diketahui berada di lepas pantai Pulau Qeshm di Selat Hormuz.
Mengutip database pengiriman Equasis, TankerTrackers mengatakan kapal itu dimiliki oleh Prime Tankers LLC dari UEA. Seorang pejabat UEA, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan bahwa kapal tanker itu bukan milik atau dioperasikan oleh negara itu.
"Kapal itu tidak membawa personil Emirat, dan tidak mengeluarkan panggilan darurat," kata pejabat itu kepada kantor berita AFP.
"Kami sedang memantau situasi dengan mitra internasional kami," imbuhnya.
Ranjith Raja, dari perusahaan data Refinitiv, mengatakan kepada The Associated Press bahwa kapal tanker itu tidak mematikan pelacakan dalam tiga bulan perjalanan di sekitar UEA. "Itu bendera merah," kata Raja.
Baca Juga: Kapal Tanker Minyak UEA Hilang di Selat Hormuz
Seorang pejabat pertahanan AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AP bahwa pasukan Iran mungkin telah merebut kapal 58 meter itu.
"Kami tentu memiliki kecurigaan bahwa itu diambil," kata pejabat itu.
"Mungkinkah kapal itu rusak atau ditarik untuk bantuan? Itu kemungkinan. Tapi semakin lama ada periode tanpa kontak itu akan menjadi perhatian," imbuhnya.
Baca Juga: AS Curiga Iran Tangkap Kapal Tanker UEA
Pertanyaan mengenai nasib Riah muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington mengenai program nuklir Teheran dan perselisihan antara Iran dan Inggris sehubungan dengan perebutan kapal tanker minyak Iran oleh seorang Marinir Kerajaan Inggris pada Juli lalu.
Iran sebelumnya telah mengancam akan menghentikan kapal tanker minyak yang melewati selat, mulut sempit Teluk Persia yang dilalui oleh 20% dari semua minyak mentah, jika tidak dapat menjual minyaknya sendiri di luar negeri.
Sebelumnya ketegangan di Timur Tengah membuncah setelah AS mengirim ribuan pasukan tambahan, pembom berkemampuan nuklir B-52, dan jet tempur canggih ke Timur Tengah. AS beralasan pengerahan militernya guna mencegah apa yang disebutnya sebagai serangan dari Iran.
Serangan misterius pada tanker minyak dan ditembak jatuhnya pesawat pengintai militer AS oleh Iran telah menambah kekhawatiran pecahnya konflik bersenjata.
(ian)