AS Curiga Iran Tangkap Kapal Tanker UEA
A
A
A
DUBAI - Sebuah kapal tanker minyak milik Uni Emirat Erab (UEA) yang tengah melakukan perjalan melalui Selat Hormuz hilang saat memasuki perairan Iran. Amerika Serikat (AS) curiga Iran merampas kapal itu di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah.
Kapal tanker Riah, sebuah kapal tanker minyak setinggi 58 meter (190 kaki), biasa melakukan perjalanan dari Dubai dan Sharjah di pantai barat UEA sebelum melewati selat dan menuju ke Fujairah di pantai timur UEA. Namun, menurut data pelacakan, sesuatu terjadi pada kapal itu setelah jam 11 malam pada hari Sabtu.
Seorang pejabat pertahanan AS kemudian memberi tahu AP bahwa Riah berada di perairan teritorial Iran dekat Pulau Qeshm, yang memiliki pangkalan Garda Revolusi di atasnya.
"Kami tentu memiliki kecurigaan bahwa kapal itu dirampas," kata pejabat itu.
"Mungkinkah kapal itu rusak atau ditarik untuk bantuan? Itu kemungkinan. Tapi semakin lama ada periode tanpa kontak itu akan menjadi perhatian," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Rabu (17/7/2019).
Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena masalah tersebut tidak secara langsung melibatkan kepentingan AS.
Sementara itu seorang pejabat Emirati, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah keamanan yang sedang berlangsung, mengatakan kapal itu tidak mengeluarkan panggilan darurat.
"Kami sedang memantau situasi dengan mitra internasional kami," kata pejabat itu.
Pemilik terdaftar kapal, Prime Tankers LLC, yang berbasis di Dubai, mengatakan kepada AP bahwa mereka telah menjual kapal ke perusahaan lain bernama Mouj Al-Bahar. Seorang pria yang menjawab nomor telepon yang terdaftar di perusahaan mengatakan kepada AP bahwa ia tidak memiliki kapal. Pejabat Emirat mengatakan kapal itu tidak memiliki atau dioperasikan oleh UEA serta tidak membawa personil Emirat, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Iran sebelumnya telah mengancam akan menghentikan kapal tanker minyak yang melewati selat, mulut sempit Teluk Persia yang dilalui oleh 20% dari semua minyak mentah, jika tidak dapat menjual minyaknya sendiri di luar negeri.
Kekhawatiran tentang Riah datang ketika Iran melanjutkan kampanye tekanan tinggi atas program nuklirnya setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian lebih dari setahun yang lalu.
Baru-baru ini, Iran telah meningkatkan produksi dan pengayaan uraniumnya di atas batas-batas kesepakatan nuklirnya tahun 2015. Mereka mencoba memberikan lebih banyak tekanan pada Eropa untuk menawarkan persyaratan yang lebih baik dan memungkinkannya menjual minyak mentahnya di luar negeri.
Sebelumnya ketegangan di Timur Tengah membuncah setelah AS mengirim ribuan pasukan tambahan, pembom berkemampuan nuklir B-52, dan jet tempur canggih ke Timur Tengah. AS beralasan pengerahan militernya guna mencegah apa yang disebutnya sebagai serangan dari Iran.
Serangan misterius pada tanker minyak dan ditembak jatuhnya pesawat pengintai militer AS oleh Iran telah menambah kekhawatiran pecahnya konflik bersenjata.
Kapal tanker Riah, sebuah kapal tanker minyak setinggi 58 meter (190 kaki), biasa melakukan perjalanan dari Dubai dan Sharjah di pantai barat UEA sebelum melewati selat dan menuju ke Fujairah di pantai timur UEA. Namun, menurut data pelacakan, sesuatu terjadi pada kapal itu setelah jam 11 malam pada hari Sabtu.
Seorang pejabat pertahanan AS kemudian memberi tahu AP bahwa Riah berada di perairan teritorial Iran dekat Pulau Qeshm, yang memiliki pangkalan Garda Revolusi di atasnya.
"Kami tentu memiliki kecurigaan bahwa kapal itu dirampas," kata pejabat itu.
"Mungkinkah kapal itu rusak atau ditarik untuk bantuan? Itu kemungkinan. Tapi semakin lama ada periode tanpa kontak itu akan menjadi perhatian," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Rabu (17/7/2019).
Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena masalah tersebut tidak secara langsung melibatkan kepentingan AS.
Sementara itu seorang pejabat Emirati, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah keamanan yang sedang berlangsung, mengatakan kapal itu tidak mengeluarkan panggilan darurat.
"Kami sedang memantau situasi dengan mitra internasional kami," kata pejabat itu.
Pemilik terdaftar kapal, Prime Tankers LLC, yang berbasis di Dubai, mengatakan kepada AP bahwa mereka telah menjual kapal ke perusahaan lain bernama Mouj Al-Bahar. Seorang pria yang menjawab nomor telepon yang terdaftar di perusahaan mengatakan kepada AP bahwa ia tidak memiliki kapal. Pejabat Emirat mengatakan kapal itu tidak memiliki atau dioperasikan oleh UEA serta tidak membawa personil Emirat, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Iran sebelumnya telah mengancam akan menghentikan kapal tanker minyak yang melewati selat, mulut sempit Teluk Persia yang dilalui oleh 20% dari semua minyak mentah, jika tidak dapat menjual minyaknya sendiri di luar negeri.
Kekhawatiran tentang Riah datang ketika Iran melanjutkan kampanye tekanan tinggi atas program nuklirnya setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjian lebih dari setahun yang lalu.
Baru-baru ini, Iran telah meningkatkan produksi dan pengayaan uraniumnya di atas batas-batas kesepakatan nuklirnya tahun 2015. Mereka mencoba memberikan lebih banyak tekanan pada Eropa untuk menawarkan persyaratan yang lebih baik dan memungkinkannya menjual minyak mentahnya di luar negeri.
Sebelumnya ketegangan di Timur Tengah membuncah setelah AS mengirim ribuan pasukan tambahan, pembom berkemampuan nuklir B-52, dan jet tempur canggih ke Timur Tengah. AS beralasan pengerahan militernya guna mencegah apa yang disebutnya sebagai serangan dari Iran.
Serangan misterius pada tanker minyak dan ditembak jatuhnya pesawat pengintai militer AS oleh Iran telah menambah kekhawatiran pecahnya konflik bersenjata.
(ian)