Menteri Bahrain: Normalisasi dengan Israel Lindungi Kami dari Iran
loading...
A
A
A
MANAMAH - Menteri Dalam Negeri Bahrain Sheikh Rashid Bin Abdullah Al Khalifa mengklaim kesepakatan normalisasi dengan Israel tidak meninggalkan hak rakyat Palestina tapi melindungi Bahrain dari Iran.
Bahrain menjadi negara kedua di Teluk yang menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Uni Emirat Arab (UEA). Amerika Serikat (AS) menjadi mediator dalam dua kesepakatan itu. (Baca juga : Brutal, 3.500 Warga Palestina Dibunuh Pasukan Israel di Era Netanyahu )
“Ini tidak meninggalkan rakyat Palestina . Ini untuk memperkuat keamanan Bahrain dan stabilitas ekonominya. Jika Palestina adalah alasan Arab kami, maka Bahrain adalah alasan fatal kami,” ujar Sheikh Rashid Bin Abdullah Al Khalifa dilansir Memo.
“ Iran telah memilih berperilaku dengan cara dominasi dalam beberapa bentuk dan menjaid bahaya konstan yang merusak keamanan internal kami,” papar Al Khalifa. (Baca juga : Mampu Deteksi SpO2, Bisakah Smartwatch Kenali Awal Gejala Covid-19? )
“Situasi regional membuat kami menghadapi ancaman yang terus berlangsung selama beberapa tahun terakhir, yang sebagian besar telah ditangkal. Tidak bijak untuk melihat ancaman itu dan menunggunya mencapai kami jika kami dapat menghindarinya,” tutur dia.
Kesepakatan itu telah dipuji sebagai terobosan bersejarah yang akan mendorong perdamaian di kawasan. Namun Palestina mengecam kesepakatan itu sebagai tikaman di punggung oleh pemerintah Arab.
Hamas menganggap kesepakatan itu sebagai agresi yang menjadikan Palestina sebagai alasan. (Baca Juga: Netanyahu: Damai dengan Arab Pompa Jutaan Dolar ke Kas Israel)
Iran dan Turki mengecam normalisasi hubungan antara Israel dan Bahrain yang dianggap merusak kepentingan Palestina. (Baca Infografis: Burevestnik : Rudal Jelajah Nuklir Rusia dengan Jangkauan Global)
“Kami tegaskan bahwa tekad mengembangkan kemampuan nasional kami dan strategi tua dan modern kami berdasarkan aliansi kuat untuk menghadapi potensi ancaman,” kata Al Khalifa. (Lihat Video: Diduga Epilepsi Kambuh, Pengemudi Mobil Tabrak Sejumlah Pejalan Kaki)
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
Bahrain menjadi negara kedua di Teluk yang menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Uni Emirat Arab (UEA). Amerika Serikat (AS) menjadi mediator dalam dua kesepakatan itu. (Baca juga : Brutal, 3.500 Warga Palestina Dibunuh Pasukan Israel di Era Netanyahu )
“Ini tidak meninggalkan rakyat Palestina . Ini untuk memperkuat keamanan Bahrain dan stabilitas ekonominya. Jika Palestina adalah alasan Arab kami, maka Bahrain adalah alasan fatal kami,” ujar Sheikh Rashid Bin Abdullah Al Khalifa dilansir Memo.
“ Iran telah memilih berperilaku dengan cara dominasi dalam beberapa bentuk dan menjaid bahaya konstan yang merusak keamanan internal kami,” papar Al Khalifa. (Baca juga : Mampu Deteksi SpO2, Bisakah Smartwatch Kenali Awal Gejala Covid-19? )
“Situasi regional membuat kami menghadapi ancaman yang terus berlangsung selama beberapa tahun terakhir, yang sebagian besar telah ditangkal. Tidak bijak untuk melihat ancaman itu dan menunggunya mencapai kami jika kami dapat menghindarinya,” tutur dia.
Kesepakatan itu telah dipuji sebagai terobosan bersejarah yang akan mendorong perdamaian di kawasan. Namun Palestina mengecam kesepakatan itu sebagai tikaman di punggung oleh pemerintah Arab.
Hamas menganggap kesepakatan itu sebagai agresi yang menjadikan Palestina sebagai alasan. (Baca Juga: Netanyahu: Damai dengan Arab Pompa Jutaan Dolar ke Kas Israel)
Iran dan Turki mengecam normalisasi hubungan antara Israel dan Bahrain yang dianggap merusak kepentingan Palestina. (Baca Infografis: Burevestnik : Rudal Jelajah Nuklir Rusia dengan Jangkauan Global)
“Kami tegaskan bahwa tekad mengembangkan kemampuan nasional kami dan strategi tua dan modern kami berdasarkan aliansi kuat untuk menghadapi potensi ancaman,” kata Al Khalifa. (Lihat Video: Diduga Epilepsi Kambuh, Pengemudi Mobil Tabrak Sejumlah Pejalan Kaki)
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
(sya)