Kedutaan AS di Baghdad Dituding Jadi Markas Besar Mossad dan ISIS
A
A
A
BAGHDAD - Anggota parlemen senior Parlemen Irak Hassan Salem mengeluarkan peringatan tentang kegiatan mencurigakan Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Baghdad. Dia mengatakan keduataan itu menampung agen-agen Mossad (intelijen Israel) dan ISIS.
"Kedutaan Besar AS di Baghdad telah berubah menjadi pusat bagi Mossad Israel dan teroris ISIS," katanya. "Kedutaan itu mencampuri urusan dalam negeri negara (Irak) dengan memata-matai, menyebarkan desas-desus dan plot-plot hatching."
Anggota Parlemen tersebut selanjutnya mengklaim bahwa kedutaan tersebut harus ditutup karena ilegalitasnya. "Pelanggaran Kedutaan AS terhadap undang-undang dan melupakan tanggung jawabnya berdasarkan hukum internasional berarti bahwa pusat itu tidak bisa disebut kedutaan dan oleh karena itu, penutupannya secara hukum diperlukan," kata Salem, dikutip Mehr News, Senin (15/7/2019).
Salem sebelumnya menuduh AS memberikan perlindungan kepada teroris. Pada bulan Februari, dia mengatakan bahwa Amerika memiliki pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dalam perawatan mereka di gurun barat provinsi Anbar.
"Al-Baghdadi menggunakan gurun Anbar sebagai tempat yang aman, sementara pasukan AS memberinya semua sarana dukungan dari stasiun mereka di pangkalan militer Ain Al-Assad di provinsi Anbar," kata Salem.
Dia lebih lanjut menyatakan bahwa dukungan untuk ISIS berasal dari ketakutan Washington terhadap rancangan undang-undang tentang pengusiran pasukan asing dari Irak, yang akan disahkan oleh para anggota parlemen baru Irak.
Ini bukan klaim pertama yang berkaitan dengan afiliasi AS-Israel yang keluar dari Baghdad. Abbas al-Ardawi, mantan anggota Parlemen Irak di Komisi Urusan Politik, mengatakan bahwa kedutaan AS melakukan perilaku yang mencurigakan, yakni menjadi ruang operasi untuk merencanakan tindakan dengan Israel di Irak.
Dia lebih lanjut mengklaim bahwa pemerintah AS memberikan tekanan pada Baghdad dan memperpanjang penempatan pasukannya di Irak.
Pakar keamanan Irak Hafez Al-e Basharah mengklaim bahwa AS berniat untuk meningkatkan kehadirannya di Irak, karena ada laporan meningkatnya perlawanan di pangkalan Amerika.
Basharah mengklaim bahwa pangkalan tersebut terdapat banyak agen Israel. Dia juga menuduh agen-agen ISIS disembunyikan pangkalan tersebut.
Pemerintah Baghdad belum mengonfirmasi tuduhan dari anggota Parlemen tersebut. Pemerintah AS dan Israel juga belum berkomentar.
"Kedutaan Besar AS di Baghdad telah berubah menjadi pusat bagi Mossad Israel dan teroris ISIS," katanya. "Kedutaan itu mencampuri urusan dalam negeri negara (Irak) dengan memata-matai, menyebarkan desas-desus dan plot-plot hatching."
Anggota Parlemen tersebut selanjutnya mengklaim bahwa kedutaan tersebut harus ditutup karena ilegalitasnya. "Pelanggaran Kedutaan AS terhadap undang-undang dan melupakan tanggung jawabnya berdasarkan hukum internasional berarti bahwa pusat itu tidak bisa disebut kedutaan dan oleh karena itu, penutupannya secara hukum diperlukan," kata Salem, dikutip Mehr News, Senin (15/7/2019).
Salem sebelumnya menuduh AS memberikan perlindungan kepada teroris. Pada bulan Februari, dia mengatakan bahwa Amerika memiliki pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dalam perawatan mereka di gurun barat provinsi Anbar.
"Al-Baghdadi menggunakan gurun Anbar sebagai tempat yang aman, sementara pasukan AS memberinya semua sarana dukungan dari stasiun mereka di pangkalan militer Ain Al-Assad di provinsi Anbar," kata Salem.
Dia lebih lanjut menyatakan bahwa dukungan untuk ISIS berasal dari ketakutan Washington terhadap rancangan undang-undang tentang pengusiran pasukan asing dari Irak, yang akan disahkan oleh para anggota parlemen baru Irak.
Ini bukan klaim pertama yang berkaitan dengan afiliasi AS-Israel yang keluar dari Baghdad. Abbas al-Ardawi, mantan anggota Parlemen Irak di Komisi Urusan Politik, mengatakan bahwa kedutaan AS melakukan perilaku yang mencurigakan, yakni menjadi ruang operasi untuk merencanakan tindakan dengan Israel di Irak.
Dia lebih lanjut mengklaim bahwa pemerintah AS memberikan tekanan pada Baghdad dan memperpanjang penempatan pasukannya di Irak.
Pakar keamanan Irak Hafez Al-e Basharah mengklaim bahwa AS berniat untuk meningkatkan kehadirannya di Irak, karena ada laporan meningkatnya perlawanan di pangkalan Amerika.
Basharah mengklaim bahwa pangkalan tersebut terdapat banyak agen Israel. Dia juga menuduh agen-agen ISIS disembunyikan pangkalan tersebut.
Pemerintah Baghdad belum mengonfirmasi tuduhan dari anggota Parlemen tersebut. Pemerintah AS dan Israel juga belum berkomentar.
(mas)