Dianggap Diktator, 9 Tokoh Ini Murah Hati kepada Rakyat
A
A
A
TERMINOLOGI diktator selalu identik dengan hal-hal negatif mulai dari penguasa otoriter, rezim sewenang-wenang dan kontrol penuh sebuah kekuasaan. Padahal di sisi lain kediktatoran dalam artian pemerintahan yang kuat sedikit banyak ada manfaatnya.
Dalam sejarah, ada sejumlah penguasa yang memiliki karakter “diktator” tetapi membuat kebijakan populis demi kepentingan banyak orang. Berikut sejumlah tokoh “diktator” murah hati di dunia.
1. Douglas MacArthur (Amerika Serikat)
Douglas MacArthur bukan "diktator" seperti pada umumnya kita maknai. Lagipula dia tidak pernah memerintah negara. Namun, ia diberi kendali sebagai Panglima Tertinggi Kekuatan Sekutu (SCAP), dan mempertahankan otoritas total atas pasukan yang menduduki Jepang pasca-PD II.
Dan ketika Anda memiliki kendali penuh atas suatu negara, kami kira lebih bisa didefinisikan "diktator." Selama kepemimpinannya, pasukan SCAP memperkenalkan sejumlah reformasi, termasuk menghilangkan kekuasaan politik dari Kaisar dan menempatkan lebih banyak kekuasaan dalam sistem parlementer, dan mempromosikan hak-hak lebih besar bagi perempuan. Ini juga menstabilkan ekonomi Jepang, memperkenalkan reformasi tanah yang menguntungkan mayoritas petani dan mengurangi kekuatan tuan tanah.
2. Mustafa Kemal Atatürk (Turki)
Mustafa Kemal Ataturk memulai karier militernya sebagai komandan divisi ke-19 di pasukan Ottoman. Setelah melalui perjuangan panjang, Mustafa mendirikan Republik Turki dengan dirinya sebagai presiden pertama negara itu. Secara teknis presiden, tingkat kendali Mustafa memberinya status diktator.
Langkah pertamanya sebagai presiden adalah memodernisasi dan mensekulerkan negara dengan konstitusi yang memisahkan pemerintah dari agama. Ia membebaskan perempuan, dan industri bangsa, membangun jaringan kereta api dan pabrik milik negara. Beberapa kebijakannya tidak disukai, terutama sekularisme negara, tetapi sebagian besar ia membebaskan rakyat, dan memajukan bangsanya.
3. Simon Bolivar (Venezuela)
Simon Bolivar adalah seorang pembebas, mungkin yang paling terkenal dari tanah kelahirannya, Venezuela. Namun, bukan Venezuela tempat dia menjadi diktator - melainkan Peru.
Bolivar meluncurkan beberapa kampanye untuk membebaskan Venezuela dari kontrol kerajaan Spanyol, dan pada upaya ketiganya ia berhasil. Ia terus bekerja melawan kaum royalis di Amerika Selatan, yang mengarah ke kekuasaannya atas Peru.
Ideologi politik Bolivar sangat otoriter - ia percaya bahwa suatu negara membutuhkan pemerintahan kuat (atau diktator) untuk menjadi yang terbaik. Ia membuat beberapa kemajuan menuju penyatuan negara-negara Amerika Hispanik. Ia membantu menyusun dan telah menandatangani perjanjian antara Kolombia, Peru, Meksiko, dan provinsi-provinsi Serikat di Amerika Tengah.
4. Sir Seretse Khama (Botswana)
Khama adalah presiden Botswana yang mendapat dukungan besar dari rakyat sampai kematiannya. Ia mendapat dukungan luar biasa dari sisa Pemerintahan Botswana, memberinya tingkat kekuasaan besar, dan hampir pasti akan terus memerintah negara itu selama ia masih hidup.
Khama adalah orang yang mendorong kemerdekaan Bechuanaland menjadi Republik Botswana. Negara ini mencapai kemerdekaan pada 1966, dan Khama menjadi presiden pertamanya.
Selama memimpin, Khama memperkuat ekonomi, menjadikannya yang paling cepat berkembang di dunia Ia menggunakan sumber daya negara untuk menumbuhkan ekonomi, dan kemudian menginvestasikan uang ke infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
Ia berambisi mencapai pendidikan universal gratis di Botswana. Ia menjabat presiden sampai kematiannya pada 1980.
5. Frederick the Great (Prusia)
Frederick II adalah penguasa Prusia ketiga. Prusia salah satu negara besar di Eropa saat itu. Ia sangat penting dalam menyebarkan dan memperkuat ide-ide pemerintahan yang tercerahkan, zaman pemikiran. Ia toleran secara agama, dan percaya pada pentingnya negara atas kepentingan pribadi atau dinasti.
Frederick memperbaiki dan membakukan sistem peradilan Prusia, termasuk melarang penyiksaan. Ia meliberalisasi kontrol pers, dan dia meremajakan karya ilmiah akademi Berlin. Ia mendorong perdagangan dengan membangun kanal-kanal dan memberlakukan tarif protektif, dan menurunkan tugas-tugas internal, semuanya sebagai bagian dari pekerjaannya memperkuat ekonomi Prusia.
6. Khosrow I (Persia)
Khosrow adalah raja Persia yang memerintah Kekaisaran Sasan dari 531 hingga 579 M. Menurut sejarah, begitu Khosrow naik ke tampuk kekuasaan, ia mulai mereformasi kekaisaran yang menurun.
Reformasi terpentingnya adalah reformasi pajak dengan menciptakan sistem yang lebih adil dan menghasilkan keuntungan lebih tinggi bagi kekaisaran, serta menciptakan ekonomi lebih stabil. Khosrow juga merupakan pelindung budaya - astronomi berkembang di istananya. Ketika akademi kuno Athena ditutup, beberapa filsuf Yunani bermigrasi ke Kekaisaran Sasanian dan diterima dengan baik oleh Khosrow.
7. Marcus Aurelius (Romawi)
Marcus Aurelius Antoninus lahir di Roma pada 121 M. Ia naik ke tampuk kekuasaan pada 161 M, dan diakui sebagai kaisar Roma yang baik dan terakhir. Marcus memerintah bersama saudara tirinya Lucius Aurelius Verus, sampai Lucius meninggal pada 169 Masehi.
Setelah kematian Lucius, Marcus memerintah sendirian sampai 177 Masehi. Marcus berusaha memerintah dengan adil, sesuai dengan filosofi ketabahan yang ia yakni. Tetapi ia menghadapi banyak masalah selama pemerintahannya, termasuk perang dengan sekte agama Kristen fanatik yang dihadapinya secara keras.
Meskipun demikian, Marcus dianggap sebagai penguasa baik, karena kemampuannya menempatkan kebutuhan orang-orang Roma di atas aspirasi kemuliaan sendiri, sesuatu yang gagal dilakukan sebagian besar kaisar.
8. Ashoka (India)
Ashoka Agung hidup dari 304 hingga 231 SM, dan memerintah Kekaisaran Maurya India yang terbesar di benua India dan salah satu kekaisaran terbesar di dunia pada saat itu. Ketika Ashoka pertama kali mendapatkan kekuasaan, ia memerintah seperti pendahulunya.
Ia kejam dan efisien. Menggunakan kekuatan militernya untuk mengendalikan dan memperluas kerajaannya. Selama ekspansi kerajaannya, Ashoka memimpin perang melawan negara bagian terdekat bernama Kalinga yang menewaskan sekitar 300.000 korban.
Tetapi setelah perang ini, Ashoka secara terbuka menyatakan penyesalannya. Ia mengeluarkan proklamasi yang menyatakan bahwa pejabatnya harus membantu orang miskin dan lansia, dia mendirikan fasilitas medis, dan memulai proyek proyek demi kepentingan umum.
9. Peisistratos (Yunani)
Peisistratos adalah diktator baik hati yang asli. Kekuasaannya berlangsung dari 561 hingga 527 SM dengan merebut kekuasaan di Athena tiga kali. Pertama kali, ia diterima sebagai tiran (diktator) Athena melalui pemungutan suara rakyat majelis Athena. Peisistratos adalah penguasa populer dan disukai banyak orang.
Ia menawarkan tanah dan pinjaman kepada yang membutuhkan. Ia juga menciptakan masa kedamaian dan kemakmuran bagi Athena. Namun setelah kematiannya, putra-putra Peisistratos, Hippias dan Hipparchus mengambil alih.
Sumber: www.toptez.net
Dalam sejarah, ada sejumlah penguasa yang memiliki karakter “diktator” tetapi membuat kebijakan populis demi kepentingan banyak orang. Berikut sejumlah tokoh “diktator” murah hati di dunia.
1. Douglas MacArthur (Amerika Serikat)
Douglas MacArthur bukan "diktator" seperti pada umumnya kita maknai. Lagipula dia tidak pernah memerintah negara. Namun, ia diberi kendali sebagai Panglima Tertinggi Kekuatan Sekutu (SCAP), dan mempertahankan otoritas total atas pasukan yang menduduki Jepang pasca-PD II.
Dan ketika Anda memiliki kendali penuh atas suatu negara, kami kira lebih bisa didefinisikan "diktator." Selama kepemimpinannya, pasukan SCAP memperkenalkan sejumlah reformasi, termasuk menghilangkan kekuasaan politik dari Kaisar dan menempatkan lebih banyak kekuasaan dalam sistem parlementer, dan mempromosikan hak-hak lebih besar bagi perempuan. Ini juga menstabilkan ekonomi Jepang, memperkenalkan reformasi tanah yang menguntungkan mayoritas petani dan mengurangi kekuatan tuan tanah.
2. Mustafa Kemal Atatürk (Turki)
Mustafa Kemal Ataturk memulai karier militernya sebagai komandan divisi ke-19 di pasukan Ottoman. Setelah melalui perjuangan panjang, Mustafa mendirikan Republik Turki dengan dirinya sebagai presiden pertama negara itu. Secara teknis presiden, tingkat kendali Mustafa memberinya status diktator.
Langkah pertamanya sebagai presiden adalah memodernisasi dan mensekulerkan negara dengan konstitusi yang memisahkan pemerintah dari agama. Ia membebaskan perempuan, dan industri bangsa, membangun jaringan kereta api dan pabrik milik negara. Beberapa kebijakannya tidak disukai, terutama sekularisme negara, tetapi sebagian besar ia membebaskan rakyat, dan memajukan bangsanya.
3. Simon Bolivar (Venezuela)
Simon Bolivar adalah seorang pembebas, mungkin yang paling terkenal dari tanah kelahirannya, Venezuela. Namun, bukan Venezuela tempat dia menjadi diktator - melainkan Peru.
Bolivar meluncurkan beberapa kampanye untuk membebaskan Venezuela dari kontrol kerajaan Spanyol, dan pada upaya ketiganya ia berhasil. Ia terus bekerja melawan kaum royalis di Amerika Selatan, yang mengarah ke kekuasaannya atas Peru.
Ideologi politik Bolivar sangat otoriter - ia percaya bahwa suatu negara membutuhkan pemerintahan kuat (atau diktator) untuk menjadi yang terbaik. Ia membuat beberapa kemajuan menuju penyatuan negara-negara Amerika Hispanik. Ia membantu menyusun dan telah menandatangani perjanjian antara Kolombia, Peru, Meksiko, dan provinsi-provinsi Serikat di Amerika Tengah.
4. Sir Seretse Khama (Botswana)
Khama adalah presiden Botswana yang mendapat dukungan besar dari rakyat sampai kematiannya. Ia mendapat dukungan luar biasa dari sisa Pemerintahan Botswana, memberinya tingkat kekuasaan besar, dan hampir pasti akan terus memerintah negara itu selama ia masih hidup.
Khama adalah orang yang mendorong kemerdekaan Bechuanaland menjadi Republik Botswana. Negara ini mencapai kemerdekaan pada 1966, dan Khama menjadi presiden pertamanya.
Selama memimpin, Khama memperkuat ekonomi, menjadikannya yang paling cepat berkembang di dunia Ia menggunakan sumber daya negara untuk menumbuhkan ekonomi, dan kemudian menginvestasikan uang ke infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
Ia berambisi mencapai pendidikan universal gratis di Botswana. Ia menjabat presiden sampai kematiannya pada 1980.
5. Frederick the Great (Prusia)
Frederick II adalah penguasa Prusia ketiga. Prusia salah satu negara besar di Eropa saat itu. Ia sangat penting dalam menyebarkan dan memperkuat ide-ide pemerintahan yang tercerahkan, zaman pemikiran. Ia toleran secara agama, dan percaya pada pentingnya negara atas kepentingan pribadi atau dinasti.
Frederick memperbaiki dan membakukan sistem peradilan Prusia, termasuk melarang penyiksaan. Ia meliberalisasi kontrol pers, dan dia meremajakan karya ilmiah akademi Berlin. Ia mendorong perdagangan dengan membangun kanal-kanal dan memberlakukan tarif protektif, dan menurunkan tugas-tugas internal, semuanya sebagai bagian dari pekerjaannya memperkuat ekonomi Prusia.
6. Khosrow I (Persia)
Khosrow adalah raja Persia yang memerintah Kekaisaran Sasan dari 531 hingga 579 M. Menurut sejarah, begitu Khosrow naik ke tampuk kekuasaan, ia mulai mereformasi kekaisaran yang menurun.
Reformasi terpentingnya adalah reformasi pajak dengan menciptakan sistem yang lebih adil dan menghasilkan keuntungan lebih tinggi bagi kekaisaran, serta menciptakan ekonomi lebih stabil. Khosrow juga merupakan pelindung budaya - astronomi berkembang di istananya. Ketika akademi kuno Athena ditutup, beberapa filsuf Yunani bermigrasi ke Kekaisaran Sasanian dan diterima dengan baik oleh Khosrow.
7. Marcus Aurelius (Romawi)
Marcus Aurelius Antoninus lahir di Roma pada 121 M. Ia naik ke tampuk kekuasaan pada 161 M, dan diakui sebagai kaisar Roma yang baik dan terakhir. Marcus memerintah bersama saudara tirinya Lucius Aurelius Verus, sampai Lucius meninggal pada 169 Masehi.
Setelah kematian Lucius, Marcus memerintah sendirian sampai 177 Masehi. Marcus berusaha memerintah dengan adil, sesuai dengan filosofi ketabahan yang ia yakni. Tetapi ia menghadapi banyak masalah selama pemerintahannya, termasuk perang dengan sekte agama Kristen fanatik yang dihadapinya secara keras.
Meskipun demikian, Marcus dianggap sebagai penguasa baik, karena kemampuannya menempatkan kebutuhan orang-orang Roma di atas aspirasi kemuliaan sendiri, sesuatu yang gagal dilakukan sebagian besar kaisar.
8. Ashoka (India)
Ashoka Agung hidup dari 304 hingga 231 SM, dan memerintah Kekaisaran Maurya India yang terbesar di benua India dan salah satu kekaisaran terbesar di dunia pada saat itu. Ketika Ashoka pertama kali mendapatkan kekuasaan, ia memerintah seperti pendahulunya.
Ia kejam dan efisien. Menggunakan kekuatan militernya untuk mengendalikan dan memperluas kerajaannya. Selama ekspansi kerajaannya, Ashoka memimpin perang melawan negara bagian terdekat bernama Kalinga yang menewaskan sekitar 300.000 korban.
Tetapi setelah perang ini, Ashoka secara terbuka menyatakan penyesalannya. Ia mengeluarkan proklamasi yang menyatakan bahwa pejabatnya harus membantu orang miskin dan lansia, dia mendirikan fasilitas medis, dan memulai proyek proyek demi kepentingan umum.
9. Peisistratos (Yunani)
Peisistratos adalah diktator baik hati yang asli. Kekuasaannya berlangsung dari 561 hingga 527 SM dengan merebut kekuasaan di Athena tiga kali. Pertama kali, ia diterima sebagai tiran (diktator) Athena melalui pemungutan suara rakyat majelis Athena. Peisistratos adalah penguasa populer dan disukai banyak orang.
Ia menawarkan tanah dan pinjaman kepada yang membutuhkan. Ia juga menciptakan masa kedamaian dan kemakmuran bagi Athena. Namun setelah kematiannya, putra-putra Peisistratos, Hippias dan Hipparchus mengambil alih.
Sumber: www.toptez.net
(poe)