Pembantaian Suku di Papua Nugini: Korban Dipotong-potong, Sulit Dikenali
A
A
A
PORT MORESBY - Sebanyak 24 orang terbunuh dalam konflik antarsuku di desa Karida dan Peta, provinsi Hela, Papua Nugini, sejak Sabtu lalu. Sebagian dari mereka yang dibantai, termasuk wanita hamil dan anak-anak sulit, dikenali karena tubuh mereka dipotong-potong.
Philip Pimua, seorang pekerja dari Departemen Kesehatan setempat mem-posting foto para korban pembantaian tersebut di Facebook. "Beberapa orang dipotong-potong dan sulit mengenali bagian tubuh mereka," tulis dia.
Dia mengatakan kepada ABC bahwa dia yakin delapan dari mereka yang tewas berusia antara satu hingga 15 tahun. Selain itu ada juga dua wanita hamil.
Korban tewas dan tanggal kekerasan di provinsi Hela bervariasi dalam laporan oleh ABC dan surat kabar Post-Courier yang dilansir Kamis (11/7/2019). (Baca: Wanita Hamil dan Anak-anak Jadi Korban Perang Suku di Papua Nugini )
Gubernur Hela Philip Undialu mengatakan kepada ABC bahwa kekerasan terakhir terjadi pada hari Senin ketika 16 orang termasuk wanita hamil dan anak-anak terbunuh di desa Karida.
Pembunuhan itu, kata Undialu, mungkin merupakan pembalasan atas serangan sebelumnya yang menewaskan sekitar tujuh orang.
"Ini telah meningkat menjadi pembantaian wanita dan anak-anak yang tidak bersalah," kata Undialu.
Post-Courier, media yang berbasis di Port Moresby, melaporkan sebanyak 24 orang terbunuh di desa Karida dan Peta sejak Sabtu.
Kepala Polisi Hela, Inspektur Teddy Augwi, mengatakan enam orang telah disergap dan dibunuh di dekat Peta pada hari Sabtu. Kerabat korban membalas dengan senapan pada keesokan harinya, yang menewaskan antara 16 hingga 18 orang di Karida, termasuk para wanita hamil.
"Ini bukan pertarungan suku di mana penduduk desa yang saling berhadap-hadapan di lapangan," kata Augwi kepada surat kabar tersebut. "Ini adalah pertarungan dalam perang gerilya, yang berarti mereka bermain petak umpet dan menyergap musuh-musuh mereka."
Administrator Hela William Bando mengatakan banyak penduduk desa yang melarikan diri dari kekerasan. Belum jelas apakah ada tersangka telah ditangkap. Juru bicara Kepolisian Papua Nugini Inspektur Dominic Kakas belum bersedia menanggapi permintaan komentar yang diajukan wartawan pada hari Rabu.
Kekerasan suku biasa terjadi di pedalaman Papua Nugini, di mana penduduk desa membalaskan kerabatnya yang jadi korban serangan.
Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas serangan fatal dapat menghadapi hukuman mati.
Philip Pimua, seorang pekerja dari Departemen Kesehatan setempat mem-posting foto para korban pembantaian tersebut di Facebook. "Beberapa orang dipotong-potong dan sulit mengenali bagian tubuh mereka," tulis dia.
Dia mengatakan kepada ABC bahwa dia yakin delapan dari mereka yang tewas berusia antara satu hingga 15 tahun. Selain itu ada juga dua wanita hamil.
Korban tewas dan tanggal kekerasan di provinsi Hela bervariasi dalam laporan oleh ABC dan surat kabar Post-Courier yang dilansir Kamis (11/7/2019). (Baca: Wanita Hamil dan Anak-anak Jadi Korban Perang Suku di Papua Nugini )
Gubernur Hela Philip Undialu mengatakan kepada ABC bahwa kekerasan terakhir terjadi pada hari Senin ketika 16 orang termasuk wanita hamil dan anak-anak terbunuh di desa Karida.
Pembunuhan itu, kata Undialu, mungkin merupakan pembalasan atas serangan sebelumnya yang menewaskan sekitar tujuh orang.
"Ini telah meningkat menjadi pembantaian wanita dan anak-anak yang tidak bersalah," kata Undialu.
Post-Courier, media yang berbasis di Port Moresby, melaporkan sebanyak 24 orang terbunuh di desa Karida dan Peta sejak Sabtu.
Kepala Polisi Hela, Inspektur Teddy Augwi, mengatakan enam orang telah disergap dan dibunuh di dekat Peta pada hari Sabtu. Kerabat korban membalas dengan senapan pada keesokan harinya, yang menewaskan antara 16 hingga 18 orang di Karida, termasuk para wanita hamil.
"Ini bukan pertarungan suku di mana penduduk desa yang saling berhadap-hadapan di lapangan," kata Augwi kepada surat kabar tersebut. "Ini adalah pertarungan dalam perang gerilya, yang berarti mereka bermain petak umpet dan menyergap musuh-musuh mereka."
Administrator Hela William Bando mengatakan banyak penduduk desa yang melarikan diri dari kekerasan. Belum jelas apakah ada tersangka telah ditangkap. Juru bicara Kepolisian Papua Nugini Inspektur Dominic Kakas belum bersedia menanggapi permintaan komentar yang diajukan wartawan pada hari Rabu.
Kekerasan suku biasa terjadi di pedalaman Papua Nugini, di mana penduduk desa membalaskan kerabatnya yang jadi korban serangan.
Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas serangan fatal dapat menghadapi hukuman mati.
(mas)