Penelitian Capgemini: Jumlah Orang Kaya di Dunia Menurun

Rabu, 10 Juli 2019 - 08:41 WIB
Penelitian Capgemini:...
Penelitian Capgemini: Jumlah Orang Kaya di Dunia Menurun
A A A
LONDON - Jumlah orang kaya pada 2018 ternyata menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sekitar satu juta orang di dunia kehilangan status sebagai orang kaya. Para miliarder di seluruh dunia telah kehilangan USD2 triliun (Rp28.240 triliun) dalam setahun.

Penelitian yang dilaksanakan Capgemini dalam World Wealth Report menunjukkan orang disebut kaya setelah memiliki kekayaan lebih dari USD1 juta. Penurunan jumlah orang kaya hanya 0,9% dari penduduk dunia karena berkurangnya kekeyaan mereka.

Apa yang penyebabnya? “Ekonomi global yang bergejolak, konflik perdagangan internasional, dan perhatian internasional terhadap kebijakan moneter menjadi penyebab penurunan jumlah miliarder,” demikian keterangan Capgemini, yang merilis World Wealth Report, kemarin.

“Para miliarder tidak kebal terhadap dampak perdagangan global yang tidak jelas,” kata Wakil Presiden – Kepala Digital untuk Perbankan di Capgemi, Cliff Evans, dilansir Forbes. “Kita tidak memisahkan miliarder, tetapi saya tidak berpikir mereka kebal dari hal ini. Kita melihat banyak penurunan dan mereka adalah bagian dari kepentingan global,” jelasnya.

Kemudian, orang kaya yang memiliki kekayaan lebih dari USD30 juta juga mengalami penurunan kekayaan pada 2018. Jumlah mereka berkurang empat persen dan kekayaan mereka berkuran enam persen. Banyak di antaranya adalah miliarder. Daftar miliarder tahunan Forbes mendaftar sebanyak 247 miliarder yang mengalami penurunan kekayaan. Itu menjadi jumlah penurunan kekayaan yang paling tinggi sejak 2009.

Kekayaan para miliarder memang turun dan naik. Dalam catatan Capgemini mencatat penurunan kekayaan para miliarder juga pernah terjadi pada 2011 saat krisis hutang Eurozone berkembang. Saat itu, banyak orang kaya di Eropa terguncang saat itu. Penggunaan pesawat pribadi juga mengalami penurunan di sana.

Jumlah kekayaan miliarder saat itu menurun hingga USD500 miliar. Namun, untuk saat ini kekayaan para miliarder Asia juga mengalami penurunan yang sangat dramatis. Total kerugian para miliarder di Asia hingga USD1 triliun dalam kurun waktu 2017 hingga 2018. Seperempat miliarder yang mengalami kerugian berada di China.

“Pasar China kehilangan lebih dari USD2,5 triliun nilai pasar karena ketidak jelasan hubungan AS-China dan tekanan terhadap yuan,” demikian catatan laporan Capgemini. Faktor geopolitik di Asia dan Pasifik memang sedang turun dan naik. Upaya pemulihan ekonomi global juga belum menunjukkan kejelasan.

Di sisi lain dampak perang dagang, orang kaya di AS justru tampil membaik. Jumlah mereka meningkat 0,7% menjadi 5.322 orang kaya pada 2018. Di Eropa, jumlah orang kaya juga menunjukkan penurunan 0,5%. Khusus di Inggris, penurunan miliarder hanya 3% karena pertumbuhan ekonomi Inggris memang lumpuh karena faktor Brexit sehingga menciptakan ketidakpastian pasar.

Dalam pandangan James Bartons yang menjalankan perusahaan investasi Featherstone, 2018 merupakan tahun di mana pasar ekuitas dan pasar obligasi bereaksi sangat keras. “Itu merusak aset,” ujarnya. Dia mengungkapkan, manajemen kekayaan juga menjadi masalah. “Manajer investasi tidak bisa bekerja maksimal tahun lalu,” imbuhnya.

Penurunan jumlah orang kaya tidak menunjukkan terbentuknya kesetaraan. Pasalnya, sebagian besar jumlah uang yang hilang karena performa saham khususnya selama kuartal keempat 2018. Konflik perdagangan internasional juga menguat karena kebijakan moneter di seluruh dunia.

Penurunan harga saham dan perdagangan internasional memperketat kebijakan moneter tidak berarti adanya pembagian kekayaan yang lebih baik. Faktanya, banyak kasus menunjukkan kekayaan memperkuat belanja dan amal yang juga menunjukkan penurunan selama ketidakpastian ekonomi dan politik. Hal itu sangat berlaku di China.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9649 seconds (0.1#10.140)