Khordad 3, Rudal Iran yang Menjatuhkan Drone RQ-4A Global Hawk AS
A
A
A
TEHERAN - Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengonfirmasi bahwa senjata yang digunakan untuk menembak jatuh drone atau pesawat nirawak mata-mata militer Amerika Serikat (AS), RQ-4A Global Hawk, adalah sistem rudal Khordad 3.
Pesawat nirawak itu ditembak jatuh saat terbang di ketinggian sekitar 22.000 kaki di atas Selat Hormuz pada 20 Juni lalu. Pesawat itu dianggap sebagai yang pertama dari peralatan canggih pengintai Pentagon yang ditembak di langit.
Selain fakta bahwa insiden itu hampir berisiko membawa Amerika Serikat dan Iran berperang selama beberapa jam, itu juga merupakan bukti nyata dari meningkatnya kemampuan militer Teheran.
"Mereka berhasil," kata Jeremy Binnie, editor Timur Tengah dan Afrika Utara di Jane's Defense Weekly, mengacu pada sistem pertahanan udara Iran. "Insiden itu menyoroti bahwa ketika Iran benar-benar melakukan investasi, itu benar-benar dapat diperhitungkan," katanya lagi kepada CNN, Selasa (25/6/2019).
"Kami tahu itu dengan rudal balistik, tetapi tampaknya sama halnya dengan (sistem) pertahanan udara juga," imbuh dia.
RQ-4A bukan merpati tanah liat. Pesawat nirawak itu harganya sekitar USD110 juta (Rp1,5 triliun) per unit. Butuh tiga orang untuk mengemudikan RQ-4A Global Hawk dan sensornya dari jarak jauh.
Rentang sayap RQ-4A lebih lebar dari Boeing 737. Pesawat nirawak mata-mata itu memiliki mesin Rolls Royce yang menggerakkannya dengan kecepatan sekitar 500 mil per jam karena mengangkat sinyal dan gambar dengan normal pada ketinggian 65.000 kaki untuk menghindari rudal surface-to-air (permukaan-ke-udara). Bahkan jika terlalu dekat, pesawat itu memiliki sistem penerima peringatan radar, sistem gangguan dan melepaskan umpan, yang ditarik di belakangnya.
Tetapi kehancurannya adalah tanda fokus tenang dari Iran. "Ukuran pesawat membuatnya bukan target yang sulit dalam hal itu," kata Binnie. "Beberapa tahun yang lalu ini mengejutkan, tetapi sekarang perlengkapan pertahanan udara baru mereka terlihat jauh lebih mengesankan," puji Binnie soal sistem pertahanan udara rezim Teheran.
Ketika militer Amerika merasa sama sekali tidak terancam dalam jangka panjang oleh Iran, contoh-contoh seperti jatuhnya pesawat tak berawak menunjukkan bahwa Teheran kadang-kadang dapat memiliki efek yang sangat besar dengan upaya yang terfokus secara sempit, dan merupakan musuh yang tentunya mampu membuat lawan-lawannya tidak seimbang. AS akan memenangkan konflik konvensional apa pun dalam jangka pendek, tetapi harus waspada dengan kecerdikan Iran.
Terlepas dari perselisihan tentang tepatnya di mana lokasi penembakan drone itu terjadi, tidak ada keraguan bahwa IRGC Iran berhasil menghancurkan drone canggih Pentagon tersebut. Militer AS telah merilis video untuk mendukung klaimnya bahwa insiden itu terjadi 34 kilometer dari tanah Iran yang terdekat dan pesawat tidak pernah memasuki wilayah udara negara itu.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Javid Zarif men-tweet-kan gambar koordinat serangan tersebut, di mana RQ-4A Global Hawk disebut sudah masuk wilayah udara Iran, tepatnya di dekat kota Kouh-e Mobarak.
Sistem rudal Khordad 3 pertama kali diluncurkan pada tahun 2014. Senjata ini memiliki jangkauan hingga 75 kilometer. Jane's Defense Weekly menyimpulkan bahwa serangan itu kemungkinan berasal dari sebuah kendaraan mobile, di mana AS menduga rudal Iran diluncurkan dari jarak 70 kilometer, dan tidak ada fasilitas Iran yang cocok dengan lokasi tersebut. Singkatnya; Teheran menghantam drone mata-mata AS dari belakang sebuah truk mewah.
Ketika AS meningkatkan armada drone secara besar-besaran sejak Global Hawk pertama kali melayani Angkatan Laut Amerika Serikat 13 tahun yang lalu—disusul dengan bergabungnya MQ-4C Triton—, Iran juga memiliki rudal yang lebih maju daripada yang menjatuhkan drone RQ-4A Global Hawk.
Sepuluh hari sebelum insiden itu, Iran meluncurkan peningkatan yang hampir dua kali lipat jangkauan rudal dan semua itu buatan sendiri. Ini mengejutkan karena negara itu sudah bertahun-tahun dihantam sanksi internasional.
Binnie mengatakan Iran telah membeli atau mengembangkan teknologi radar yang telah membantu mereka meningkatkan penargetan di kejauhan. "Kami tidak benar-benar mengerti bagaimana sistem panduan ini bekerja," katanya.
Binnie menambahkan bahwa sudut serangan rudal itu tampaknya menunjukkan bahwa senjata tersebut telah mendekati drone dari barat, daripada mengejarnya dari belakang. Hal itu menunjukkan bahwa senjata tersebut relatif efisien dipandu ke arah drone oleh peluncurnya.
Ini bukan pertama kalinya Iran mampu menargetkan produk teknologi canggih AS. Pada 2011, militer negara tersebut juga menjatuhkan drone RQ-170 dan dilaporkan merekayasa balik untuk membuat varian sendiri dari reruntuhan pesawat nirawak Amerika tersebut.
Pesawat nirawak itu ditembak jatuh saat terbang di ketinggian sekitar 22.000 kaki di atas Selat Hormuz pada 20 Juni lalu. Pesawat itu dianggap sebagai yang pertama dari peralatan canggih pengintai Pentagon yang ditembak di langit.
Selain fakta bahwa insiden itu hampir berisiko membawa Amerika Serikat dan Iran berperang selama beberapa jam, itu juga merupakan bukti nyata dari meningkatnya kemampuan militer Teheran.
"Mereka berhasil," kata Jeremy Binnie, editor Timur Tengah dan Afrika Utara di Jane's Defense Weekly, mengacu pada sistem pertahanan udara Iran. "Insiden itu menyoroti bahwa ketika Iran benar-benar melakukan investasi, itu benar-benar dapat diperhitungkan," katanya lagi kepada CNN, Selasa (25/6/2019).
"Kami tahu itu dengan rudal balistik, tetapi tampaknya sama halnya dengan (sistem) pertahanan udara juga," imbuh dia.
RQ-4A bukan merpati tanah liat. Pesawat nirawak itu harganya sekitar USD110 juta (Rp1,5 triliun) per unit. Butuh tiga orang untuk mengemudikan RQ-4A Global Hawk dan sensornya dari jarak jauh.
Rentang sayap RQ-4A lebih lebar dari Boeing 737. Pesawat nirawak mata-mata itu memiliki mesin Rolls Royce yang menggerakkannya dengan kecepatan sekitar 500 mil per jam karena mengangkat sinyal dan gambar dengan normal pada ketinggian 65.000 kaki untuk menghindari rudal surface-to-air (permukaan-ke-udara). Bahkan jika terlalu dekat, pesawat itu memiliki sistem penerima peringatan radar, sistem gangguan dan melepaskan umpan, yang ditarik di belakangnya.
Tetapi kehancurannya adalah tanda fokus tenang dari Iran. "Ukuran pesawat membuatnya bukan target yang sulit dalam hal itu," kata Binnie. "Beberapa tahun yang lalu ini mengejutkan, tetapi sekarang perlengkapan pertahanan udara baru mereka terlihat jauh lebih mengesankan," puji Binnie soal sistem pertahanan udara rezim Teheran.
Ketika militer Amerika merasa sama sekali tidak terancam dalam jangka panjang oleh Iran, contoh-contoh seperti jatuhnya pesawat tak berawak menunjukkan bahwa Teheran kadang-kadang dapat memiliki efek yang sangat besar dengan upaya yang terfokus secara sempit, dan merupakan musuh yang tentunya mampu membuat lawan-lawannya tidak seimbang. AS akan memenangkan konflik konvensional apa pun dalam jangka pendek, tetapi harus waspada dengan kecerdikan Iran.
Terlepas dari perselisihan tentang tepatnya di mana lokasi penembakan drone itu terjadi, tidak ada keraguan bahwa IRGC Iran berhasil menghancurkan drone canggih Pentagon tersebut. Militer AS telah merilis video untuk mendukung klaimnya bahwa insiden itu terjadi 34 kilometer dari tanah Iran yang terdekat dan pesawat tidak pernah memasuki wilayah udara negara itu.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Javid Zarif men-tweet-kan gambar koordinat serangan tersebut, di mana RQ-4A Global Hawk disebut sudah masuk wilayah udara Iran, tepatnya di dekat kota Kouh-e Mobarak.
Sistem rudal Khordad 3 pertama kali diluncurkan pada tahun 2014. Senjata ini memiliki jangkauan hingga 75 kilometer. Jane's Defense Weekly menyimpulkan bahwa serangan itu kemungkinan berasal dari sebuah kendaraan mobile, di mana AS menduga rudal Iran diluncurkan dari jarak 70 kilometer, dan tidak ada fasilitas Iran yang cocok dengan lokasi tersebut. Singkatnya; Teheran menghantam drone mata-mata AS dari belakang sebuah truk mewah.
Ketika AS meningkatkan armada drone secara besar-besaran sejak Global Hawk pertama kali melayani Angkatan Laut Amerika Serikat 13 tahun yang lalu—disusul dengan bergabungnya MQ-4C Triton—, Iran juga memiliki rudal yang lebih maju daripada yang menjatuhkan drone RQ-4A Global Hawk.
Sepuluh hari sebelum insiden itu, Iran meluncurkan peningkatan yang hampir dua kali lipat jangkauan rudal dan semua itu buatan sendiri. Ini mengejutkan karena negara itu sudah bertahun-tahun dihantam sanksi internasional.
Binnie mengatakan Iran telah membeli atau mengembangkan teknologi radar yang telah membantu mereka meningkatkan penargetan di kejauhan. "Kami tidak benar-benar mengerti bagaimana sistem panduan ini bekerja," katanya.
Binnie menambahkan bahwa sudut serangan rudal itu tampaknya menunjukkan bahwa senjata tersebut telah mendekati drone dari barat, daripada mengejarnya dari belakang. Hal itu menunjukkan bahwa senjata tersebut relatif efisien dipandu ke arah drone oleh peluncurnya.
Ini bukan pertama kalinya Iran mampu menargetkan produk teknologi canggih AS. Pada 2011, militer negara tersebut juga menjatuhkan drone RQ-170 dan dilaporkan merekayasa balik untuk membuat varian sendiri dari reruntuhan pesawat nirawak Amerika tersebut.
(mas)