Iran-AS Berada di Ambang Perang, Ini Reaksi Dunia
A
A
A
WASHINGTON - Iran menembak jatuh sebuah pesawat nirawak atau drone mata-mata militer Amerika Serikat (AS) telah membuat Teheran dan Washington berada di ambang perang. Para pemimpin dunia ramai-ramai medesak kedua negara untuk menahan diri dari menghunuskan "senjata perang".
Seruan untuk de-eskalasi bermunculan ketika Presiden AS Donald John Trump, melalui posting Twitter pada hari Jumat, mengonfirmasi bahwa dia telah membatalkan serangan balasan terhadap Iran.
"Kami membidikkan dan memuat (senjata) untuk membalas semalam terhadap tiga sasaran yang berbeda," tulis Trump. "Saya menghentikannya 10 menit sebelum serangan, tidak sebanding dengan menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak."
Ketegangan AS-Iran telah meningkat sejak Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir 2015 yang mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan pencabutan sanksi. Setelah keluar dari kesepakatan multinasional itu, AS menerapkan kembali sanksinya terhadap Teheran.
Berikut reaksi dunia atas perseteruan Teheran dan Washington yang sudah berada di ambang perang, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (22/6/2019).
Rusia
Rusia menuduh AS secara sengaja menyalakan ketegangan berbahaya dengan Iran dan mendorong situasi ke ambang perang.
Dalam komentarnya kepada kantor berita RIA Novosti pada hari Jumat, Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov meminta Washington untuk mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi dari konflik dengan Iran. Dia memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan sangat berbahaya.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mendesak semua pihak untuk menahan diri.
"Situasi di Teluk Persia sangat tegang. Kami sangat prihatin tentang hal itu, kami mengikuti situasi dan kami meminta semua pihak yang terlibat untuk menahan diri," katanya.
Uni Eropa
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan dia mendesak pengekangan di kedua pihak dan menolak seruan bahwa Uni Eropa harus berbicara lebih keras dalam perselisihan.
"Masalah terbesar dalam sejarah kami tidak terlalu pasif," katanya pada KTT Uni Eropa di Brussels. Menurut Tusk, diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini, secara teratur melakukan kontak dengan kedua pihak.
Inggris
Perdana Menteri Theresa May melalui seorang juru bicaranya mengatakan bahwa dia secara teratur berhubungan dengan AS mengenai situasi dengan Iran.
"Kami telah mengatakan terus-menerus bahwa kami menyerukan de-eskalasi semua pihak dan telah lama memperjelas masalah kami dengan aktivitas Iran," katanya. "Kami tidak percaya eskalasi akan menjadi kepentingan pihak mana pun dan terus berbicara dengan AS dan mitra kami."
Prancis
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak pengekangan diri, dan mengatakan bahwa Paris ingin menjaga kesepakatan nuklir Iran yang masih hidup.
"Saya sangat ingin menghindari meningkatnya ketegangan di kawasan itu," katanya.
"Kita perlu memiliki agenda dengan Iran dan wilayah yang memungkinkan kita untuk terus bekerja pada krisis ini, untuk melangkah lebih jauh, tetapi kita harus menghindari eskalasi ketegangan," ujarnya. "Jadi saya mengundang semua pihak untuk tenang dan untuk berdiskusi."
Jerman
Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan dialog. "Secara normal, kami menghadapi situasi dan kami mengandalkan negosiasi diplomatik untuk solusi politik atas situasi yang sangat tegang," katanya.
Sebelumnya, Trump dilaporkan memutuskan untuk membatalkan serangan militer terhadap Teheran.
"Mengenai Presiden Trump, saya dapat mengatakan bahwa ada banyak pernyataan dan indikasi untuk presiden Amerika," kata juru bicara Merkel, Martina Fietz.
PBB
Alessandra Vellucci, juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan tentang situasi telah memanas di Teluk. "Saya hanya punya satu rekomendasi kuat—nerves of steel," ujarnya.
Komentarnya muncul setelah juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pada hari Kamis bahwa Guterres sangat prihatin tentang insiden di Teluk.
Vatikan
Peter Turkson, seorang kardinal Vatikan memohon AS dan Iran untuk mundur dari ketegangan yang mengguncang dunia dan menyerukan persahabatan. "Berlutut, mari kita berdoa AS dan Iran jangan menghunuskan senjata perang!," tulis dia di Twitter.
"Bangsa-bangsa menumbuhkan persahabatan politik dan bukan demonisasi bersama," imbuh dia.
Arab Saudi
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia telah membahas "serangan Iran" terbaru dengan utusan AS untuk Iran, Brian Hook, dalam pertemuan hari Jumat.
"Kami menegaskan dukungan kerajaan...yang muncul sebagai akibat dari berlanjutnya permusuhan dan terorisme Iran," katanya."Saya dan Hook mengeksplorasi upaya terbaru untuk melawan tindakan Iran yang bermusuhan dan eskalasi terus-menerus yang mengancam keamanan dan stabilitas kawasan ini."
Seruan untuk de-eskalasi bermunculan ketika Presiden AS Donald John Trump, melalui posting Twitter pada hari Jumat, mengonfirmasi bahwa dia telah membatalkan serangan balasan terhadap Iran.
"Kami membidikkan dan memuat (senjata) untuk membalas semalam terhadap tiga sasaran yang berbeda," tulis Trump. "Saya menghentikannya 10 menit sebelum serangan, tidak sebanding dengan menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak."
Ketegangan AS-Iran telah meningkat sejak Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir 2015 yang mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan pencabutan sanksi. Setelah keluar dari kesepakatan multinasional itu, AS menerapkan kembali sanksinya terhadap Teheran.
Berikut reaksi dunia atas perseteruan Teheran dan Washington yang sudah berada di ambang perang, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (22/6/2019).
Rusia
Rusia menuduh AS secara sengaja menyalakan ketegangan berbahaya dengan Iran dan mendorong situasi ke ambang perang.
Dalam komentarnya kepada kantor berita RIA Novosti pada hari Jumat, Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov meminta Washington untuk mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi dari konflik dengan Iran. Dia memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan sangat berbahaya.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mendesak semua pihak untuk menahan diri.
"Situasi di Teluk Persia sangat tegang. Kami sangat prihatin tentang hal itu, kami mengikuti situasi dan kami meminta semua pihak yang terlibat untuk menahan diri," katanya.
Uni Eropa
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan dia mendesak pengekangan di kedua pihak dan menolak seruan bahwa Uni Eropa harus berbicara lebih keras dalam perselisihan.
"Masalah terbesar dalam sejarah kami tidak terlalu pasif," katanya pada KTT Uni Eropa di Brussels. Menurut Tusk, diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini, secara teratur melakukan kontak dengan kedua pihak.
Inggris
Perdana Menteri Theresa May melalui seorang juru bicaranya mengatakan bahwa dia secara teratur berhubungan dengan AS mengenai situasi dengan Iran.
"Kami telah mengatakan terus-menerus bahwa kami menyerukan de-eskalasi semua pihak dan telah lama memperjelas masalah kami dengan aktivitas Iran," katanya. "Kami tidak percaya eskalasi akan menjadi kepentingan pihak mana pun dan terus berbicara dengan AS dan mitra kami."
Prancis
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak pengekangan diri, dan mengatakan bahwa Paris ingin menjaga kesepakatan nuklir Iran yang masih hidup.
"Saya sangat ingin menghindari meningkatnya ketegangan di kawasan itu," katanya.
"Kita perlu memiliki agenda dengan Iran dan wilayah yang memungkinkan kita untuk terus bekerja pada krisis ini, untuk melangkah lebih jauh, tetapi kita harus menghindari eskalasi ketegangan," ujarnya. "Jadi saya mengundang semua pihak untuk tenang dan untuk berdiskusi."
Jerman
Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan dialog. "Secara normal, kami menghadapi situasi dan kami mengandalkan negosiasi diplomatik untuk solusi politik atas situasi yang sangat tegang," katanya.
Sebelumnya, Trump dilaporkan memutuskan untuk membatalkan serangan militer terhadap Teheran.
"Mengenai Presiden Trump, saya dapat mengatakan bahwa ada banyak pernyataan dan indikasi untuk presiden Amerika," kata juru bicara Merkel, Martina Fietz.
PBB
Alessandra Vellucci, juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan tentang situasi telah memanas di Teluk. "Saya hanya punya satu rekomendasi kuat—nerves of steel," ujarnya.
Komentarnya muncul setelah juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pada hari Kamis bahwa Guterres sangat prihatin tentang insiden di Teluk.
Vatikan
Peter Turkson, seorang kardinal Vatikan memohon AS dan Iran untuk mundur dari ketegangan yang mengguncang dunia dan menyerukan persahabatan. "Berlutut, mari kita berdoa AS dan Iran jangan menghunuskan senjata perang!," tulis dia di Twitter.
"Bangsa-bangsa menumbuhkan persahabatan politik dan bukan demonisasi bersama," imbuh dia.
Arab Saudi
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia telah membahas "serangan Iran" terbaru dengan utusan AS untuk Iran, Brian Hook, dalam pertemuan hari Jumat.
"Kami menegaskan dukungan kerajaan...yang muncul sebagai akibat dari berlanjutnya permusuhan dan terorisme Iran," katanya."Saya dan Hook mengeksplorasi upaya terbaru untuk melawan tindakan Iran yang bermusuhan dan eskalasi terus-menerus yang mengancam keamanan dan stabilitas kawasan ini."
(mas)