Iran: Drone AS Ditembak Saat Dalam Mode Siluman
A
A
A
NEW YORK - Iran menyatakan drone Amerika Serikat (AS) yang ditembak jatuh di atas Selat Hormuz dalam mode siluman penuh dan terlibat dalam operasi mata-mata. Hal itu disampaikan Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi, dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
"Sebuah sistem pesawat tak berawak AS, lepas landas dari salah satu pangkalan pasukan militer AS di Selatan Teluk Persia, melakukan penerbangan berlebihan melalui Selat Hormuz ke pelabuhan Chabahar dalam mode siluman penuh karena telah mematikan identifikasi peralatan dan jelas terlibat dalam operasi mata-mata," tulis Ravanchi.
Ravanchi dalam suratnya, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (21/6), menuturkan, bahwa militer Iran telah berulang kali memberi peringatan radio kepada drone tersebut. Namun, karena peringatan itu tidak digubris, akhirnya drone tersebut ditembak jatuh.
"Ketika drone itu berbelok ke bagian barat wilayah dekat Selat Hormuz, meskipun peringatan radio berulang-ulang, itu masuk ke wilayah udara Iran di mana sistem pertahanan udara Iran, bertindak berdasarkan Pasal 51 dari Piagam PBB, menargetkan pesawat pengganggu pada pukul 04:05 waktu setempat pada tanggal yang sama di koordinat N255943dan E570225dekat wilayah Kouh-e Mobarak di distrik pusat Jask," sambungnya.
Dia lalu mendesak komunitas internasional untuk mendorong AS agar menghentikan tindakannya yang tidak stabil di kawasan Teluk Persia. "Komunitas internasional diminta untuk menuntut AS untuk mengakhiri tindakannya yang melanggar hukum dan tidak stabil di wilayah Teluk Persia yang sudah bergejolak," ungkapnya.
Selain itu, Ravanchi mencatat bahwa setelah pelanggaran wilayah udara oleh AS, Iran mengajukan protes resmi melalui Kedutaan Besar Swiss di Teheran. Kedutaan Swiss di Teheran menjadi perpanjangan tangan AS di negara tersebut, dikarenakan tidak adanya hubungan diplomatik antara kedua negara.
"Sebuah sistem pesawat tak berawak AS, lepas landas dari salah satu pangkalan pasukan militer AS di Selatan Teluk Persia, melakukan penerbangan berlebihan melalui Selat Hormuz ke pelabuhan Chabahar dalam mode siluman penuh karena telah mematikan identifikasi peralatan dan jelas terlibat dalam operasi mata-mata," tulis Ravanchi.
Ravanchi dalam suratnya, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (21/6), menuturkan, bahwa militer Iran telah berulang kali memberi peringatan radio kepada drone tersebut. Namun, karena peringatan itu tidak digubris, akhirnya drone tersebut ditembak jatuh.
"Ketika drone itu berbelok ke bagian barat wilayah dekat Selat Hormuz, meskipun peringatan radio berulang-ulang, itu masuk ke wilayah udara Iran di mana sistem pertahanan udara Iran, bertindak berdasarkan Pasal 51 dari Piagam PBB, menargetkan pesawat pengganggu pada pukul 04:05 waktu setempat pada tanggal yang sama di koordinat N255943dan E570225dekat wilayah Kouh-e Mobarak di distrik pusat Jask," sambungnya.
Dia lalu mendesak komunitas internasional untuk mendorong AS agar menghentikan tindakannya yang tidak stabil di kawasan Teluk Persia. "Komunitas internasional diminta untuk menuntut AS untuk mengakhiri tindakannya yang melanggar hukum dan tidak stabil di wilayah Teluk Persia yang sudah bergejolak," ungkapnya.
Selain itu, Ravanchi mencatat bahwa setelah pelanggaran wilayah udara oleh AS, Iran mengajukan protes resmi melalui Kedutaan Besar Swiss di Teheran. Kedutaan Swiss di Teheran menjadi perpanjangan tangan AS di negara tersebut, dikarenakan tidak adanya hubungan diplomatik antara kedua negara.
(esn)