Eks Bos Mossad: Pemilih Netanyahu Orang yang Tidak Berpikir
A
A
A
TEL AVIV - Mantan kepala agen spionase Mossad Israel, Shabtai Shavit, mengatakan para warga yang memilih mendukung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemilu adalah orang-orang yang tidak berpikir dan tidak mengerti apa-apa.
Pernyataan mantan bos Mossad ini muncul dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Maariv, yang diterbitkan hari Kamis. Dia mengatakan bahwa pangkalan politik perdana menteri terdiri dari orang-orang "yang ambang batasnya normal pada tingkat rumput."
Netanyahu yang tersinggung dengan cepat merespons komentar Shavit. "Mereka menyebut kami riffraff, pencium jimat, bot, dan sekarang kami 'orang yang tidak punya pikiran'. Tidak ada batasan arogansi kiri mengenai pemilih (Partai) Likud. Respons kami akan datang di kotak suara," tulis Netanyahu di Twitter, seperti dikutip dari Haaretz, Jumat (21/6/2019).
Pemilihan umum (pemilu) baru Israel dijadwalkan digelar pada 17 September. Pemilu baru ini digelar ulang setelah Netanyahu gagal membentuk pemerintah koalisi mayoritas usai pemilu pada bulan April lalu.
Kutipan dari wawancara yang Shavit sampaikan kepada Maariv memicu kegaduhan di media sosial. Wawancara lengkap tersebut akan dipublikasikan pada edisi Jumat.
Menanggapi komentar Shavit, anggota parlemen Amir Peretz, yang mencalonkan diri untuk memimpin Partai Buruh, menulis di Twitter; "Shabtai, Anda telah memainkan bagian dalam keamanan Israel, tetapi bergabung dengan klub arogansi bukan (di) jalur."
Pada Kamis pagi, Shavit berbicara di Army Radio sebagai upaya untuk menjelaskan komentarnya yang memicu kegaduhan."Saya tidak melepaskan diri saya dari kutipan," katanya. "Saya berbicara tentang persamaan kepemimpinan dan etika dan saya menyatakan pendapat saya bahwa tidak mungkin menjembatani dua kontradiksi ini," katanya.
"Tidak ada orang yang benar-benar bermoral dapat didamaikan dengan kepemimpinan yang sangat, sangat rendah secara moral, dan itu meremehkan," ujar Shavit. "Seperti yang saya lihat dan mengerti, siapa pun yang memilih pemimpin bermoral rendah...memiliki beberapa kekurangan dalam moral mereka sendiri," paparnya.
Shavit mengklaim tidak ada aspek rasis atau arogan dalam komentarnya. "Jika ada yang tersinggung dengan apa yang saya katakan dan berpikir itu berasal dari tempat yang buruk, maka saya minta maaf," katanya. "Saya tidak berniat menyakiti siapa pun."
Pernyataan mantan bos Mossad ini muncul dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Maariv, yang diterbitkan hari Kamis. Dia mengatakan bahwa pangkalan politik perdana menteri terdiri dari orang-orang "yang ambang batasnya normal pada tingkat rumput."
Netanyahu yang tersinggung dengan cepat merespons komentar Shavit. "Mereka menyebut kami riffraff, pencium jimat, bot, dan sekarang kami 'orang yang tidak punya pikiran'. Tidak ada batasan arogansi kiri mengenai pemilih (Partai) Likud. Respons kami akan datang di kotak suara," tulis Netanyahu di Twitter, seperti dikutip dari Haaretz, Jumat (21/6/2019).
Pemilihan umum (pemilu) baru Israel dijadwalkan digelar pada 17 September. Pemilu baru ini digelar ulang setelah Netanyahu gagal membentuk pemerintah koalisi mayoritas usai pemilu pada bulan April lalu.
Kutipan dari wawancara yang Shavit sampaikan kepada Maariv memicu kegaduhan di media sosial. Wawancara lengkap tersebut akan dipublikasikan pada edisi Jumat.
Menanggapi komentar Shavit, anggota parlemen Amir Peretz, yang mencalonkan diri untuk memimpin Partai Buruh, menulis di Twitter; "Shabtai, Anda telah memainkan bagian dalam keamanan Israel, tetapi bergabung dengan klub arogansi bukan (di) jalur."
Pada Kamis pagi, Shavit berbicara di Army Radio sebagai upaya untuk menjelaskan komentarnya yang memicu kegaduhan."Saya tidak melepaskan diri saya dari kutipan," katanya. "Saya berbicara tentang persamaan kepemimpinan dan etika dan saya menyatakan pendapat saya bahwa tidak mungkin menjembatani dua kontradiksi ini," katanya.
"Tidak ada orang yang benar-benar bermoral dapat didamaikan dengan kepemimpinan yang sangat, sangat rendah secara moral, dan itu meremehkan," ujar Shavit. "Seperti yang saya lihat dan mengerti, siapa pun yang memilih pemimpin bermoral rendah...memiliki beberapa kekurangan dalam moral mereka sendiri," paparnya.
Shavit mengklaim tidak ada aspek rasis atau arogan dalam komentarnya. "Jika ada yang tersinggung dengan apa yang saya katakan dan berpikir itu berasal dari tempat yang buruk, maka saya minta maaf," katanya. "Saya tidak berniat menyakiti siapa pun."
(mas)