China Siap Mainkan Rare Earth, Industri Militer AS Terancam Lumpuh
A
A
A
BEIJING - Otoritas terkait China pada Senin (17/6/2019) mengumumkan akan mempelajari dan meluncurkan kebijakan baru yang relevan terkait elemen rare earth atau logam tanah jarang (LTJ). Jika kebijakan yang dimaksud adalah larangan LTJ ke Amerika Serikat (AS), maka industri militer termasuk produksi jet tempur F-35 Washington bisa terancam lumpuh.
Pengumuman ini disampaikan juru bicara Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China, Meng Wei, dalam konferensi pers singkat di Beijing, sebagaimana dikutip Channel News Asia. Meng Wei tidak merinci kebijakan baru LTJ yang dimaksud.
Meng mengatakan pemerintah China dengan tegas menentang segala upaya untuk menggunakan produk-produk yang dibuat dengan rare earth.
Larangan ekspor rare earth ke AS telah menjadi ancaman terselubung dari China. Media-media Beijing sebelumnya blakblakan menyebut kebijakan larangan ekspor rare earth adalah salah satu "opsi nuklir" China dalam perang dagang dengan Washington yang terus memanas.
Menurut perusahaan riset Adamas Intelligence, AS bergantung pada China untuk kebutuhan sekitar 80 persen dari pasokan elemen rare earth-nya. Angka itu merupakan data kebutuhan tahun 2014 hingga 2017.
Elemen rare earth tak hanya dibutuhkan untuk industri militer, tapi juga berbagai industri lain mulai dari mobil listrik, smartphone, laser hingga penyulingan minyak. Jika industri militer AS lumpuh karena "permainan" rare earth China, maka keamanan nasional Washington juga terancam.
Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun pabrik pemrosesan LTJ yang cukup untuk menyamai kapasitas pemrosesan LTJ China sebesar 220.000 ton. Angka produksi LTJ China itu setara lima kali lipat dari kapasitas gabungan produksi LTJ seluruh dunia.
LTJ adalah sekelompok 17 unsur kimia, yaitu gadolinium, holmium, disprosium, europium, ytterbium, lutetium, neodymium, praseodymium, promethium, samarium, terbium, thulium, cerium, erbium, skandium, yttrium dan lanthanum. Secara teknis LTJ tidak langka, tetapi sangat sulit ditemukan dalam konsentrasi besar, dan sulit untuk diproses karena bijihnya sering mengandung bahan radioaktif yang terjadi secara alami.
Pengumuman ini disampaikan juru bicara Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China, Meng Wei, dalam konferensi pers singkat di Beijing, sebagaimana dikutip Channel News Asia. Meng Wei tidak merinci kebijakan baru LTJ yang dimaksud.
Meng mengatakan pemerintah China dengan tegas menentang segala upaya untuk menggunakan produk-produk yang dibuat dengan rare earth.
Larangan ekspor rare earth ke AS telah menjadi ancaman terselubung dari China. Media-media Beijing sebelumnya blakblakan menyebut kebijakan larangan ekspor rare earth adalah salah satu "opsi nuklir" China dalam perang dagang dengan Washington yang terus memanas.
Menurut perusahaan riset Adamas Intelligence, AS bergantung pada China untuk kebutuhan sekitar 80 persen dari pasokan elemen rare earth-nya. Angka itu merupakan data kebutuhan tahun 2014 hingga 2017.
Elemen rare earth tak hanya dibutuhkan untuk industri militer, tapi juga berbagai industri lain mulai dari mobil listrik, smartphone, laser hingga penyulingan minyak. Jika industri militer AS lumpuh karena "permainan" rare earth China, maka keamanan nasional Washington juga terancam.
Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun pabrik pemrosesan LTJ yang cukup untuk menyamai kapasitas pemrosesan LTJ China sebesar 220.000 ton. Angka produksi LTJ China itu setara lima kali lipat dari kapasitas gabungan produksi LTJ seluruh dunia.
LTJ adalah sekelompok 17 unsur kimia, yaitu gadolinium, holmium, disprosium, europium, ytterbium, lutetium, neodymium, praseodymium, promethium, samarium, terbium, thulium, cerium, erbium, skandium, yttrium dan lanthanum. Secara teknis LTJ tidak langka, tetapi sangat sulit ditemukan dalam konsentrasi besar, dan sulit untuk diproses karena bijihnya sering mengandung bahan radioaktif yang terjadi secara alami.
(mas)