Korban Selamat Emosi Pelaku Pembantaian Christchurch Mengaku Tidak Bersalah
A
A
A
WELLINGTON - Keluarga korban penembakan di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, naik pitam setelah pelaku mengaku tidak bersalah dalam persidangan. Diam selama persidangan, senyuman pelaku membuat para korban yang selamat dari penembakan emosi.
Terdakwa Brenton Tarrant mengajukan pembelaan atas tuduhan 51 pembunuhan, 40 tuduhan percobaan pembunuhan, dan satu tuduhan terorisme di Pengadilan Tinggi Christchurch sehubungan dengan pembantaian pada 15 Maret lalu.
Dalam sebuah serangan yang disiarkan langsung di Facebook, Tarrant yang dipersenjatai dengan senjata semi-otomatis menargetkan umat Islam yang tengah salat Jumat di dua masjdi di Christchurch pada 15 Maret. Itu adalah penembakan massal terburuk di Selandia Baru dan menyebabkan perubahan besar dalam undang-undang senjata negara itu.
Dalam serangan itu, 42 orang terbunuh di masjid Al Noor dan tujuh orang terbunuh di masjid Linwood saat salat Jumat. Dua lagi meninggal kemudian di Rumah Sakit Christchurch.
Warga Australia berusia 28 tahun itu muncul di pengadilan melalui tautan video dari sebuah ruangan kecil di penjara keamanan maksimum di Auckland tempat dia ditahan. Tautannya telah diredam, dan dia tidak mencoba berbicara.
Mengenakan kaus abu-abu, Tarrant, yang memproklamirkan diri pendukung supremasi kulit putih, menyeringai ketika pengacaranya membacakan pembelaan, tetapi sebaliknya menunjukkan sedikit emosi.
Sekitar 80 orang yang selamat dan kerabat mereka yang tewas berada di ruang sidang sementara 60 lainnya menyaksikan persidangan melalui video feed dari ruang terdekat. Beberapa dari mereka yang hadir menyatakan kemarahan melihat terdakwa nyengir selama persidangan.
"Itu hanya menunjukkan bahwa dia adalah seekor binatang," ujar seorang korban Mustafa Boztas, yang terluka di paha, kepada AFP yang dikutip Deutsche Welle, Jumat (14/6/2019).
"Aku merasa sedih bahwa seseorang bisa jadi tidak manusiawi dan mengambil nyawa orang yang tidak bersalah," imbuhnya.
Janna Ezat yang mengenakan kemeja rancangannya dengan menampilkan gambar putranya Hussein Al-Umari, yang terbunuh dalam serangan itu, ikut memberikan tanggapan.
"Sebelumnya saya baik-baik saja dan tenang serta percaya anak saya telah tiada dalam kehidupan ini dan dia berada di tempat yang baik," katanya kepada Associated Press.
"Tapi ketika saya melihat teroris, dia hanyalah, dia bukan siapa-siapa. Hanya duduk seperti itu. Berpura-pura tidak bersalah dan tidak ada yang salah," sambungnya.
"Tidak mudah kehilangan anakmu. Bukan hanya anakku, tetapi 50 orang. Ini tidak adil. Tidak adil. Dan dia tertawa," ujarnya.
Sebelumnya hakim yang memimpin jalannya sidang Cameron Mander dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan tak lama setelah sidang menyatakan kondisi mental Tarrant cukup fit untuk mengikuti sidang.
"Tidak ada masalah yang timbul sehubungan dengan kesehatan terdakwa untuk membuat dalih, untuk menginstruksikan pengacara, dan untuk diadili. Sidang kebugaran tidak diperlukan," kata Mander.
Mander menjadwalkan uji coba enam minggu mulai Mei mendatang. Tarrant akan dikembalikan ke tahanan sampai 16 Agustus, ketika peninjauan kasus dijadwalkan.
Mander melarang outlet berita mengambil foto atau video penampilan Tarrant pada hari Jumat.
Terdakwa Brenton Tarrant mengajukan pembelaan atas tuduhan 51 pembunuhan, 40 tuduhan percobaan pembunuhan, dan satu tuduhan terorisme di Pengadilan Tinggi Christchurch sehubungan dengan pembantaian pada 15 Maret lalu.
Dalam sebuah serangan yang disiarkan langsung di Facebook, Tarrant yang dipersenjatai dengan senjata semi-otomatis menargetkan umat Islam yang tengah salat Jumat di dua masjdi di Christchurch pada 15 Maret. Itu adalah penembakan massal terburuk di Selandia Baru dan menyebabkan perubahan besar dalam undang-undang senjata negara itu.
Dalam serangan itu, 42 orang terbunuh di masjid Al Noor dan tujuh orang terbunuh di masjid Linwood saat salat Jumat. Dua lagi meninggal kemudian di Rumah Sakit Christchurch.
Warga Australia berusia 28 tahun itu muncul di pengadilan melalui tautan video dari sebuah ruangan kecil di penjara keamanan maksimum di Auckland tempat dia ditahan. Tautannya telah diredam, dan dia tidak mencoba berbicara.
Mengenakan kaus abu-abu, Tarrant, yang memproklamirkan diri pendukung supremasi kulit putih, menyeringai ketika pengacaranya membacakan pembelaan, tetapi sebaliknya menunjukkan sedikit emosi.
Sekitar 80 orang yang selamat dan kerabat mereka yang tewas berada di ruang sidang sementara 60 lainnya menyaksikan persidangan melalui video feed dari ruang terdekat. Beberapa dari mereka yang hadir menyatakan kemarahan melihat terdakwa nyengir selama persidangan.
"Itu hanya menunjukkan bahwa dia adalah seekor binatang," ujar seorang korban Mustafa Boztas, yang terluka di paha, kepada AFP yang dikutip Deutsche Welle, Jumat (14/6/2019).
"Aku merasa sedih bahwa seseorang bisa jadi tidak manusiawi dan mengambil nyawa orang yang tidak bersalah," imbuhnya.
Janna Ezat yang mengenakan kemeja rancangannya dengan menampilkan gambar putranya Hussein Al-Umari, yang terbunuh dalam serangan itu, ikut memberikan tanggapan.
"Sebelumnya saya baik-baik saja dan tenang serta percaya anak saya telah tiada dalam kehidupan ini dan dia berada di tempat yang baik," katanya kepada Associated Press.
"Tapi ketika saya melihat teroris, dia hanyalah, dia bukan siapa-siapa. Hanya duduk seperti itu. Berpura-pura tidak bersalah dan tidak ada yang salah," sambungnya.
"Tidak mudah kehilangan anakmu. Bukan hanya anakku, tetapi 50 orang. Ini tidak adil. Tidak adil. Dan dia tertawa," ujarnya.
Sebelumnya hakim yang memimpin jalannya sidang Cameron Mander dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan tak lama setelah sidang menyatakan kondisi mental Tarrant cukup fit untuk mengikuti sidang.
"Tidak ada masalah yang timbul sehubungan dengan kesehatan terdakwa untuk membuat dalih, untuk menginstruksikan pengacara, dan untuk diadili. Sidang kebugaran tidak diperlukan," kata Mander.
Mander menjadwalkan uji coba enam minggu mulai Mei mendatang. Tarrant akan dikembalikan ke tahanan sampai 16 Agustus, ketika peninjauan kasus dijadwalkan.
Mander melarang outlet berita mengambil foto atau video penampilan Tarrant pada hari Jumat.
(ian)