China Klaim Bisa Deteksi Jet Tempur Siluman AS, Termasuk F-35
A
A
A
BEIJING - China mengaku telah mengembangkan radar peringatan dini maritim di atas cakrawala yang dapat mendeteksi pesawat siluman di luar jangkauan visual. Temuan Beijing ini dinilai berpotensi menjadi malapetaka bagi jet tempur F-22 dan F-35 Angkatan Udara Amerika Serikat (AS).
Liu Yongtan, pemimpin tim untuk proyek radar China, mengatakan kepada media setempat bahwa radar itu memancarkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi dengan gelombang panjang dan balok lebar yang bisa mendeteksi "aset tersembunyi" atau "aset siluman".
Radar, yang dikenal sebagai "garis pertahanan pertama" China itu diklaim kebal terhadap rudal anti-radiasi yang dapat mendeteksi titik asal gelombang elektromagnetik dan mampu menghilangkan target radar.
Liu mengatakan radar canggih itu juga "kebal" dari rudal anti-radiasi, yang melacak titik asal gelombang elektromagnetik.
Media China mengklaim bahwa jaringan radar baru ini menempatkan China di depan militer dunia lainnya.
"Sedangkan untuk saat ini, saya tidak melihat radar pertahanan udara gelombang meter dari luar negeri yang dapat menandingi kriteria radar gelombang meter canggih (seperti yang dimiliki China)," kata Wu Jianqi, salah satu ilmuwan di balik sistem radar baru tersebut, kepada Global Times.
Sementara itu, para pakar Barat berpendapat bahwa jenis radar yang dikembangkan China itu bukan teknologi baru, namun bisa menawarkan pertahanan negara kesempatan untuk melawan aset siluman yang masuk. Para pakar menegaskan ada batasan yang mencegahnya dari ancaman maut pesawat tempur generasi kelima seperti F-35 Lightning II Joint Strike Fighter AS.
"Karena panjang gelombangnya yang sangat panjang, ia dapat mendeteksi benda-benda seperti pesawat tersembunyi," kata Todd Harrison, seorang ahli kedirgantaraan di Pusat Studi Strategis dan Internasional kepada Business Insider, Rabu (12/6/2019).
Kelemahan utama radar seperti itu, kata Harrison, termasuk resolusi rendah dan melacak target secara real-time. "Ini akan memberi tahu Anda ada sesuatu di sana, tetapi Anda tidak dapat menggambarkannya," ujar Harrison. "Radar tidak bisa mendapatkan perbaikan yang cukup akurat pada posisi untuk menargetkannya."
Justin Bronk, seorang pakar tempur udara di Royal United Services Institute (RUSI) mengatakan kepada Business Insider bahwa China dengan radar itu mungkin bisa diberitahu tentang di mana para jet tempur siluman Amerika beroperasi di ruang pertempuran. "Tetapi masih tidak dapat menggunakan sistem radar itu untuk memberi isyarat pada rudal untuk benar-benar membunuh mereka," katanya.
Liu Yongtan, pemimpin tim untuk proyek radar China, mengatakan kepada media setempat bahwa radar itu memancarkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi dengan gelombang panjang dan balok lebar yang bisa mendeteksi "aset tersembunyi" atau "aset siluman".
Radar, yang dikenal sebagai "garis pertahanan pertama" China itu diklaim kebal terhadap rudal anti-radiasi yang dapat mendeteksi titik asal gelombang elektromagnetik dan mampu menghilangkan target radar.
Liu mengatakan radar canggih itu juga "kebal" dari rudal anti-radiasi, yang melacak titik asal gelombang elektromagnetik.
Media China mengklaim bahwa jaringan radar baru ini menempatkan China di depan militer dunia lainnya.
"Sedangkan untuk saat ini, saya tidak melihat radar pertahanan udara gelombang meter dari luar negeri yang dapat menandingi kriteria radar gelombang meter canggih (seperti yang dimiliki China)," kata Wu Jianqi, salah satu ilmuwan di balik sistem radar baru tersebut, kepada Global Times.
Sementara itu, para pakar Barat berpendapat bahwa jenis radar yang dikembangkan China itu bukan teknologi baru, namun bisa menawarkan pertahanan negara kesempatan untuk melawan aset siluman yang masuk. Para pakar menegaskan ada batasan yang mencegahnya dari ancaman maut pesawat tempur generasi kelima seperti F-35 Lightning II Joint Strike Fighter AS.
"Karena panjang gelombangnya yang sangat panjang, ia dapat mendeteksi benda-benda seperti pesawat tersembunyi," kata Todd Harrison, seorang ahli kedirgantaraan di Pusat Studi Strategis dan Internasional kepada Business Insider, Rabu (12/6/2019).
Kelemahan utama radar seperti itu, kata Harrison, termasuk resolusi rendah dan melacak target secara real-time. "Ini akan memberi tahu Anda ada sesuatu di sana, tetapi Anda tidak dapat menggambarkannya," ujar Harrison. "Radar tidak bisa mendapatkan perbaikan yang cukup akurat pada posisi untuk menargetkannya."
Justin Bronk, seorang pakar tempur udara di Royal United Services Institute (RUSI) mengatakan kepada Business Insider bahwa China dengan radar itu mungkin bisa diberitahu tentang di mana para jet tempur siluman Amerika beroperasi di ruang pertempuran. "Tetapi masih tidak dapat menggunakan sistem radar itu untuk memberi isyarat pada rudal untuk benar-benar membunuh mereka," katanya.
(mas)