Putin Siap Akhiri Perjanjian Senjata Nuklir New START dengan AS
A
A
A
SAINT PETERSBURG - Presiden Vladimir Vladimorvich Putin mengatakan Rusia siap untuk mengakhiri perjanjian senjata nuklir dengan Amerika Serikat yang dikenal sebagai perjanjian New START. Dia memperingatkan risiko bencana global terkait runtuhnya perjanjian tersebut.
Dalam sebuah forum ekonomi di kota Saint Petersburg, Putin mengatakan Washington tidak menunjukkan minat yang tulus dalam melakukan pembicaraan tentang perpanjangan perjanjian New START yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang jauh di bawah batas era Perang Dingin.
"Jika tidak ada yang merasa ingin memperpanjang perjanjian (New START), ya, kami tidak akan melakukannya," kata Putin.
"Kami telah mengatakan seratus kali bahwa kami siap (untuk memperpanjangnya)," lanjut Putin. "Tidak ada proses negosiasi formal," sambung orang nomor satu Rusia tersebut, seperti dikutip AFP, Jumat (7/6/2019).
Perjanjian itu ditandatangani oleh Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia kala itu; Dmitry Medvedev, di Praha pada tahun 2010. Perjanjian ini akan berakhir pada tahun 2021.
Bersama dengan perjanjian lain yang dikenal sebagai perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987, perjanjian New START dianggap sebagai pusat kendali senjata negara adidaya.
Moskow telah menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian INF pada bulan Maret setelah Gedung Putih mengumumkan akan membatalkan perjanjian era Perang Dingin itu dengan alasan Moskow melanggarnya.
Putin menuduh Washington mengikis rezim pengendali senjata global dengan menarik diri dari Perjanjian Misil Anti-Balistik pada 2002 dan kemudian keluar dari perjanjian INF pada Februari.
Putin mengatakan implikasi potensial dari membiarkan perjanjian START Baru runtuh akan sangat besar, salah satunya memicu perlombaan senjata nuklir.
"Jika kita tidak menjaga 'naga api' ini terkendali, jika kita membiarkannya keluar dari botol— Tuhan melarang—ini dapat menyebabkan bencana global," kata Putin.
"Tidak akan ada instrumen sama sekali yang membatasi perlombaan senjata, misalnya, penyebaran senjata di ruang angkasa," imbuh dia. "Ini berarti bahwa senjata nuklir akan tergantung pada kita semua setiap saat."
Putin mengatakan dia bingung dengan tidak adanya diskusi global. "Apakah ada yang akan memikirkannya, berbicara, menunjukkan kekhawatiran?," tanya pemimpin Rusia itu. "Tidak—sunyi total."
Dia mengaku pernah membahas masalah itu dengan Presiden Donald Trump selama pembicaraan telepon pada awal Mei.
"Donald memberi tahu saya bahwa dia juga prihatin," kata Putin, seraya menambahkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo juga menyuarakan keprihatinan serupa saat berbicara dengannya pada bulan yang sama.
Dalam sebuah forum ekonomi di kota Saint Petersburg, Putin mengatakan Washington tidak menunjukkan minat yang tulus dalam melakukan pembicaraan tentang perpanjangan perjanjian New START yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang jauh di bawah batas era Perang Dingin.
"Jika tidak ada yang merasa ingin memperpanjang perjanjian (New START), ya, kami tidak akan melakukannya," kata Putin.
"Kami telah mengatakan seratus kali bahwa kami siap (untuk memperpanjangnya)," lanjut Putin. "Tidak ada proses negosiasi formal," sambung orang nomor satu Rusia tersebut, seperti dikutip AFP, Jumat (7/6/2019).
Perjanjian itu ditandatangani oleh Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia kala itu; Dmitry Medvedev, di Praha pada tahun 2010. Perjanjian ini akan berakhir pada tahun 2021.
Bersama dengan perjanjian lain yang dikenal sebagai perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987, perjanjian New START dianggap sebagai pusat kendali senjata negara adidaya.
Moskow telah menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian INF pada bulan Maret setelah Gedung Putih mengumumkan akan membatalkan perjanjian era Perang Dingin itu dengan alasan Moskow melanggarnya.
Putin menuduh Washington mengikis rezim pengendali senjata global dengan menarik diri dari Perjanjian Misil Anti-Balistik pada 2002 dan kemudian keluar dari perjanjian INF pada Februari.
Putin mengatakan implikasi potensial dari membiarkan perjanjian START Baru runtuh akan sangat besar, salah satunya memicu perlombaan senjata nuklir.
"Jika kita tidak menjaga 'naga api' ini terkendali, jika kita membiarkannya keluar dari botol— Tuhan melarang—ini dapat menyebabkan bencana global," kata Putin.
"Tidak akan ada instrumen sama sekali yang membatasi perlombaan senjata, misalnya, penyebaran senjata di ruang angkasa," imbuh dia. "Ini berarti bahwa senjata nuklir akan tergantung pada kita semua setiap saat."
Putin mengatakan dia bingung dengan tidak adanya diskusi global. "Apakah ada yang akan memikirkannya, berbicara, menunjukkan kekhawatiran?," tanya pemimpin Rusia itu. "Tidak—sunyi total."
Dia mengaku pernah membahas masalah itu dengan Presiden Donald Trump selama pembicaraan telepon pada awal Mei.
"Donald memberi tahu saya bahwa dia juga prihatin," kata Putin, seraya menambahkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo juga menyuarakan keprihatinan serupa saat berbicara dengannya pada bulan yang sama.
(mas)