Raja Salman: Negara-negara Arab dan Islam Akan Lawan Ancaman Agresif
A
A
A
MAKKAH - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi Salman menyatakan negara-negara Arab dan Islam akan tegas melawan ancaman agresif. Dia tidak menyebut nama Iran meskipun Teheran sedang terlibat perseteruan dengan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Menurut Raja Salman, pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Makkah yang dihadiri 57 negara pada hari Jumat akan berfokus pada upaya untuk menghadapi ancaman dan bekerja untuk masa depan negara-negara Arab dan Islam.
"Kami bertemu di Makkah untuk membangun masa depan rakyat kami, untuk mencapai keamanan dan stabilitas bagi negara-negara Arab dan Islam kami, dan untuk secara tegas menghadapi ancaman agresif dan kegiatan subversif," tulis Raja Salman di Twitter, seperti dikutip Reuters, Sabtu (1/6/2019).
Sebelumnya pada hari Jumat, Raja Salman mengatakan tindakan tegas diperlukan untuk menghentikan "eskalasi" Iran setelah serangan terhadap aset minyak Teluk, karena para pejabat AS mengatakan pengerahan militernya ke Timur Tengah ditujukan pada Iran.
Sementara itu, Suriah menolak pernyataan akhir pertemuan darurat negara-negara Arab yang diadakan di Arab Saudi, yang mengkritik apa yang disebutnya intervensi Iran terhadap urusan internal Suriah.
Suriah mengatakan pernyataan dari pertemuan di Saudi itu merupakan campur tangan yang tidak dapat diterima oleh Damaskus.
"Kehadiran Iran sah karena datang atas permintaan pemerintah Suriah dan berkontribusi untuk mendukung upaya Suriah dalam memerangi terorisme yang didukung oleh beberapa peserta dalam KTT itu," kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Suriah mengatakan KTT itu seharusnya mengutuk keterlibatan negara-negara lain dalam urusan Suriah yang tidak memiliki legitimasi dan legalitas. "Dan memberikan dukungan tak terbatas dalam berbagai bentuk kepada kelompok-kelompok teroris dan memperpanjang krisis di Suriah," imbuh pernyataan kementerian tersebut.
Menurut Raja Salman, pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Makkah yang dihadiri 57 negara pada hari Jumat akan berfokus pada upaya untuk menghadapi ancaman dan bekerja untuk masa depan negara-negara Arab dan Islam.
"Kami bertemu di Makkah untuk membangun masa depan rakyat kami, untuk mencapai keamanan dan stabilitas bagi negara-negara Arab dan Islam kami, dan untuk secara tegas menghadapi ancaman agresif dan kegiatan subversif," tulis Raja Salman di Twitter, seperti dikutip Reuters, Sabtu (1/6/2019).
Sebelumnya pada hari Jumat, Raja Salman mengatakan tindakan tegas diperlukan untuk menghentikan "eskalasi" Iran setelah serangan terhadap aset minyak Teluk, karena para pejabat AS mengatakan pengerahan militernya ke Timur Tengah ditujukan pada Iran.
Sementara itu, Suriah menolak pernyataan akhir pertemuan darurat negara-negara Arab yang diadakan di Arab Saudi, yang mengkritik apa yang disebutnya intervensi Iran terhadap urusan internal Suriah.
Suriah mengatakan pernyataan dari pertemuan di Saudi itu merupakan campur tangan yang tidak dapat diterima oleh Damaskus.
"Kehadiran Iran sah karena datang atas permintaan pemerintah Suriah dan berkontribusi untuk mendukung upaya Suriah dalam memerangi terorisme yang didukung oleh beberapa peserta dalam KTT itu," kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Suriah mengatakan KTT itu seharusnya mengutuk keterlibatan negara-negara lain dalam urusan Suriah yang tidak memiliki legitimasi dan legalitas. "Dan memberikan dukungan tak terbatas dalam berbagai bentuk kepada kelompok-kelompok teroris dan memperpanjang krisis di Suriah," imbuh pernyataan kementerian tersebut.
(mas)