Simulasi Diserang China, Jet Tempur Taiwan Mendarat di Jalan Raya
A
A
A
TAIPEI - Pesawat-pesawat jet tempur Taiwan mendarat di jalan raya pada hari Selasa (28/5/2019) sebagai bagian dari latihan perang tahunan yang dirancang untuk menguji kemampuan militer negara itu. Dalam latihan, pesawat-pesawat tersebut mensimulasikan perlawanan terhadap serangan dari militer China di seberang Selat Taiwan.
Presiden Tsai Ing-wen menyaksikan latihan yang berlangsung di wilayah selatan Changhua, tidak jauh dari salah satu pangkalan udara utama Taiwan di Taichung.
"Keamanan nasional kami telah menghadapi banyak tantangan," kata Tsai. "Apakah itu pelatihan jarak jauh Partai Komunis China (Tentara Pembebasan Rakyat) atau jet tempurnya yang mengelilingi Taiwan, itu telah menimbulkan tingkat ancaman tertentu terhadap perdamaian dan stabilitas regional."
"Kita harus menjaga kewaspadaan tingkat tinggi," katanya lagi, seperti dikutip AP.
Pesawat-pesawat tempur yang terlibat dalam latihan termasuk F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat, Mirage 2000 buatan Prancis, jet tempur IDF (Indigenous Defense Fighter) buatan Taiwan dan pesawat pengintai Northrop Grumman E-2 Hawkeye buatan AS.
Kru darat melakukan pengisian bahan bakar dan pengisian amunisi sebelum pesawat kembali ke udara. Sekitar 1.600 personel layanan dimobilisasi dalam latihan hari Selasa.
Manuver ini menandai debut latihan F-16 pertama yang ditingkatkan ke varian V, yang menampilkan kemampuan radar dan tempur tingkat lanjut. Taiwan menghabiskan sekitar USD4,21 miliar untuk meningkatkan 144 unit F-16A dan F-16B ke versi F-16V.
Taiwan membeli perangkat keras militer terutama dari AS dan telah mengajukan pembelian pesawat tempur F-16V terbaru dan tank M1 Abrams.
Penjualan senjata Amerika ke Taiwan telah lama menjadi duri dalam hubungan AS dengan China, yang secara rutin mengundang protes dari Beijing bahwa Washington telah mengingkari komitmen.
Beijing juga marah oleh "mesra"-nya hubungan antara Taipei dan Washington sejak Tsai berkuasa pada 2016.
Pada hari Senin, Beijing bereaksi dingin terhadap foto-foto yang menunjukkan pertemuan langka antara petugas berseragam Taiwan dan rekan-rekan Washington-nya di AS bulan ini.
Pekan lalu, Beijing mengajukan protes ke Washington setelah dua kapal perang AS berlayar melalui Selat Taiwan.
Taiwan diperkirakan akan kalah perihal jumlah pasukan dan daya tembak dalam setiap perang dengan China, tetapi pihaknya mengklaim telah mengembangkan taktik perang asimetris yang canggih untuk membuat invasi yang mahal ke Beijing.
"Hanya ada beberapa pangkalan udara militer yang akan menjadi target utama jika terjadi serangan. Latihan jalan raya diperlukan karena strip jalan raya akan menjadi pilihan prioritas kami jika landasan pacu rusak selama perang," kata pejabat Angkatan Udara, Kolonel Shu Kuo-mao.
Media Taiwan, Central News Agency (CNA) melaporkan, lepas landas dan latihan pendaratan jalan raya oleh jet-jet tempur negara itu terakhir terjadi pada tahun 2014. Seorang sumber militer mengatakan kepada CNA bahwa latihan hari Selasa tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh militer selama latihan Han Kuang, tetapi ini masih menantang.
Di antara tantangannya, kata sumber tersebut, adalah bahwa latihan itu tidak dapat dilakukan ulang dan diperlukan komunikasi yang jelas antara militer, polisi dan Biro Jalan Raya Nasional.
Presiden Tsai Ing-wen menyaksikan latihan yang berlangsung di wilayah selatan Changhua, tidak jauh dari salah satu pangkalan udara utama Taiwan di Taichung.
"Keamanan nasional kami telah menghadapi banyak tantangan," kata Tsai. "Apakah itu pelatihan jarak jauh Partai Komunis China (Tentara Pembebasan Rakyat) atau jet tempurnya yang mengelilingi Taiwan, itu telah menimbulkan tingkat ancaman tertentu terhadap perdamaian dan stabilitas regional."
"Kita harus menjaga kewaspadaan tingkat tinggi," katanya lagi, seperti dikutip AP.
Pesawat-pesawat tempur yang terlibat dalam latihan termasuk F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat, Mirage 2000 buatan Prancis, jet tempur IDF (Indigenous Defense Fighter) buatan Taiwan dan pesawat pengintai Northrop Grumman E-2 Hawkeye buatan AS.
Kru darat melakukan pengisian bahan bakar dan pengisian amunisi sebelum pesawat kembali ke udara. Sekitar 1.600 personel layanan dimobilisasi dalam latihan hari Selasa.
Manuver ini menandai debut latihan F-16 pertama yang ditingkatkan ke varian V, yang menampilkan kemampuan radar dan tempur tingkat lanjut. Taiwan menghabiskan sekitar USD4,21 miliar untuk meningkatkan 144 unit F-16A dan F-16B ke versi F-16V.
Taiwan membeli perangkat keras militer terutama dari AS dan telah mengajukan pembelian pesawat tempur F-16V terbaru dan tank M1 Abrams.
Penjualan senjata Amerika ke Taiwan telah lama menjadi duri dalam hubungan AS dengan China, yang secara rutin mengundang protes dari Beijing bahwa Washington telah mengingkari komitmen.
Beijing juga marah oleh "mesra"-nya hubungan antara Taipei dan Washington sejak Tsai berkuasa pada 2016.
Pada hari Senin, Beijing bereaksi dingin terhadap foto-foto yang menunjukkan pertemuan langka antara petugas berseragam Taiwan dan rekan-rekan Washington-nya di AS bulan ini.
Pekan lalu, Beijing mengajukan protes ke Washington setelah dua kapal perang AS berlayar melalui Selat Taiwan.
Taiwan diperkirakan akan kalah perihal jumlah pasukan dan daya tembak dalam setiap perang dengan China, tetapi pihaknya mengklaim telah mengembangkan taktik perang asimetris yang canggih untuk membuat invasi yang mahal ke Beijing.
"Hanya ada beberapa pangkalan udara militer yang akan menjadi target utama jika terjadi serangan. Latihan jalan raya diperlukan karena strip jalan raya akan menjadi pilihan prioritas kami jika landasan pacu rusak selama perang," kata pejabat Angkatan Udara, Kolonel Shu Kuo-mao.
Media Taiwan, Central News Agency (CNA) melaporkan, lepas landas dan latihan pendaratan jalan raya oleh jet-jet tempur negara itu terakhir terjadi pada tahun 2014. Seorang sumber militer mengatakan kepada CNA bahwa latihan hari Selasa tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh militer selama latihan Han Kuang, tetapi ini masih menantang.
Di antara tantangannya, kata sumber tersebut, adalah bahwa latihan itu tidak dapat dilakukan ulang dan diperlukan komunikasi yang jelas antara militer, polisi dan Biro Jalan Raya Nasional.
(mas)