Komandan IRGC: AS Tidak Akan Berani Serang Iran
A
A
A
TEHERAN - Amerika Serikat (AS) dan sekutunya tidak akan berani menyerang Iran karena semangat perlawanan. Hal itu diucapkan oleh seorang komandan senior Garda Revolusi Iran (IRGC).
"Jika penjahat Amerika dan sekutu Barat serta regionalnya tidak berani melakukan serangan militer berhadap-hadapan terhadap negara kita, itu karena semangat perlawanan dan pengorbanan rakyat serta pemuda," kata Mayor Jenderal Gholamali Rashid, menurut kantor berita semi-resmi Iran Fars yang dilansir Reuters, Kamis (22/5/2019).
Komandan IRGC lainnya mengatakan pasukan elit dan unit militer Iran reguler memiliki kendali penuh atas perairan Teluk di utara Selat Hormuz.
"Segala sesuatu di utara Selat Hormuz berada di bawah kendali kami," ujar Ali Fadavi yang dikutip Fars, merujuk pada selat di ujung tenggara Teluk di mana sekitar seperlima dari minyak yang dikonsumsi mengalir secara global.
"(Pergerakan) kapal perang Amerika di wilayah itu berada di bawah kendali penuh tentara Iran dan Garda Revolusi," sambung Fadavi, tanpa memberikan penjelasan lebih rinci.
Sementara itu, dalam pesan Twitter yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, seorang penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pengerahan militer AS ke wilayah tersebut merupakan provokasi yang disengaja.
“Kamu @SecPompeo tidak membawa kapal perang ke wilayah kami dan menyebutnya pencegahan. Itu disebut provokasi. Ini memaksa Iran untuk menggambarkan pencegahannya sendiri, yang Anda sebut provokasi. Anda melihat siklusnya?” kata Hesameddin Ashena, dalam tweet berbahasa Inggris.
Dalam sebuah pernyataan, militer AS mengatakan akan terus terbang dan berlayar di mana pun hukum internasional diizinkan.
"Kami siap dengan sekutu dan mitra kami untuk memastikan kebebasan navigasi dan arus perdagangan bebas di seluruh wilayah tanggung jawab Komando Sentral AS," kata Kapten Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS.
Pada hari Minggu, Presiden AS Donald Trump mentweet: "Jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir resmi Iran. Jangan pernah mengancam Amerika Serikat lagi!”
Ketegangan meningkat antara Iran dan AS setelah Washington mengirim lebih banyak pasukan militer ke Timur Tengah, termasuk kapal induk, pembom B-52 dan rudal Patriot, dalam unjuk kekuatan terhadap apa yang dikatakan pejabat AS sebagai ancaman Iran terhadap pasukan dan kepentingannya di wilayah tersebut.
"Jika penjahat Amerika dan sekutu Barat serta regionalnya tidak berani melakukan serangan militer berhadap-hadapan terhadap negara kita, itu karena semangat perlawanan dan pengorbanan rakyat serta pemuda," kata Mayor Jenderal Gholamali Rashid, menurut kantor berita semi-resmi Iran Fars yang dilansir Reuters, Kamis (22/5/2019).
Komandan IRGC lainnya mengatakan pasukan elit dan unit militer Iran reguler memiliki kendali penuh atas perairan Teluk di utara Selat Hormuz.
"Segala sesuatu di utara Selat Hormuz berada di bawah kendali kami," ujar Ali Fadavi yang dikutip Fars, merujuk pada selat di ujung tenggara Teluk di mana sekitar seperlima dari minyak yang dikonsumsi mengalir secara global.
"(Pergerakan) kapal perang Amerika di wilayah itu berada di bawah kendali penuh tentara Iran dan Garda Revolusi," sambung Fadavi, tanpa memberikan penjelasan lebih rinci.
Sementara itu, dalam pesan Twitter yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, seorang penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pengerahan militer AS ke wilayah tersebut merupakan provokasi yang disengaja.
“Kamu @SecPompeo tidak membawa kapal perang ke wilayah kami dan menyebutnya pencegahan. Itu disebut provokasi. Ini memaksa Iran untuk menggambarkan pencegahannya sendiri, yang Anda sebut provokasi. Anda melihat siklusnya?” kata Hesameddin Ashena, dalam tweet berbahasa Inggris.
Dalam sebuah pernyataan, militer AS mengatakan akan terus terbang dan berlayar di mana pun hukum internasional diizinkan.
"Kami siap dengan sekutu dan mitra kami untuk memastikan kebebasan navigasi dan arus perdagangan bebas di seluruh wilayah tanggung jawab Komando Sentral AS," kata Kapten Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS.
Pada hari Minggu, Presiden AS Donald Trump mentweet: "Jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir resmi Iran. Jangan pernah mengancam Amerika Serikat lagi!”
Ketegangan meningkat antara Iran dan AS setelah Washington mengirim lebih banyak pasukan militer ke Timur Tengah, termasuk kapal induk, pembom B-52 dan rudal Patriot, dalam unjuk kekuatan terhadap apa yang dikatakan pejabat AS sebagai ancaman Iran terhadap pasukan dan kepentingannya di wilayah tersebut.
(ian)