AS Setujui Penjualan Rudal ke Korea Selatan

Senin, 20 Mei 2019 - 12:28 WIB
AS Setujui Penjualan...
AS Setujui Penjualan Rudal ke Korea Selatan
A A A
SEOUL - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) menyetujui kemungkinan penjualan rudal pertahanan udara ke Korea Selatan (Korsel) senilai USD314 juta (Rp4,5 triliun).

Pentagon menjelaskan perkembangan itu saat ketegangan kembali meningkat di Semenanjung Korea. Korsel sebagai aliansi AS ingin membeli 94 rudal SM-2 yang digunakan oleh kapal untuk melawan ancaman udara serta 12 sistem kendali dan bantuan teknis dengan total nilainya mencapai USD313,9 juta.

Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS (DSCA) mengungkapkan rencana pembelian itu dalam website -nya. DSCA merupakan unit di Departemen Pertahanan AS yang mengirimkan sertifikasi untuk menginformasikan kepada Kongres tentang kemungkinan penjualan itu.

Rencana penjualan itu muncul setelah Korea Utara (Korut) mengkritik Korsel yang membeli sistem pertahanan dari AS, termasuk dengan datangnya pesawat siluman pertama F-35.

Dengan perundingan denuklirisasi yang terhenti setelah kegagalan konferensi tingkat tinggi (KTT) kedua antara Korut dan AS di Hanoi pada Februari lalu, Korut kemudian menggelar sejumlah tes senjata bulan ini.

Korut dan Korsel secara teknis masih berperang karena konflik 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan traktat perdamaian. Korsel telah menggunakan rudal SM-2 yang dikembangkan Raytheon Co, tapi masih membangun lebih banyak kapal destroyer dengan senjata itu.

Korut juga meningkatkan kemampuannya dalam pembuatan rudal dari darat ke udara. Secara terpisah, Jepang yang juga aliansi AS telah diizinkan membeli rudal jarak menengah dari udara ke udara dari Washington.

Di tengah ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea, warga Korut mengalami krisis pangan lantaran dilanda kekeringan terburuk dalam beberapa dekade dan suplai makanan terus berkurang.

Sebanyak 10 juta warga Korut diperkirakan sangat membutuhkan bantuan. Meski demikian, upaya Korsel menyediakan bantuan harus terganjal oleh ketegangan yang meningkat akibat tes rudal dan sanksi internasional.

Korsel ingin mengirim makanan ke Korut melalui donasi ke lembaga-lembaga internasional, termasuk Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

”Jika rencana itu berhasil, hal tersebut akan menandai bantuan makanan bilateral pertama Korsel ke Korut sejak 2010, saat Seoul mengirimkan 5.000 ton beras,” ungkap data Kementerian Unifikasi Korsel seperti dilansir Reuters.

WFP menyatakan lebih dari 10 juta warga Korut membutuhkan bantuan setelah hasil panen turun mencapai rekor terendah dalam satu dekade pada tahun lalu. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7014 seconds (0.1#10.140)