Singapura Perketat Pengawasan, 22 Orang Dikarantina

Sabtu, 11 Mei 2019 - 06:19 WIB
Singapura Perketat Pengawasan, 22 Orang Dikarantina
Singapura Perketat Pengawasan, 22 Orang Dikarantina
A A A
SINGAPURA - Singapura memperketat pengawasan dan pemeriksaan setelah seorang lelaki asal Nigeria positif mengidap penyakit langka monkeypox. Pasien saat ini berada di ruang isolasi di Pusat Penyakit Menular Nasional (NCID) dan dalam kondisi stabil. Ini merupakan kasus monkeypox pertama yang ditemukan di kawasan Asia.

Berdasarkan penyelidikan awal, pasien diduga mengonsumsi daging hewan liar dalam pesta pernikahan di Nigeria. Dia berkunjung ke Singapura untuk mengikuti workshop di Samsung Hub dan menginap di Hotel 81 Orchid, Geylang pada 28 April. Dua hari kemudian, dia mengalami demam, nyeri otot, dan ruam.

Lelaki berusia 38 tahun itu dilaporkan lebih banyak istirahat di kamar antara 1-7 Mei sebelum dibawa ke Rumah Sakit Tan Tock Seng menggunakan ambulans.NCID telah melakukan pemeriksaan dan menawarkan vaksin untuk mengurangi gejala atau mencegah monkeypox terhadap pasien.

Sebanyak 22 dari 23 orang yang diidentifikasi melakukan kontak dengan pasien pun terpaksa harus dikarantina untuk mencegah terjadinya penularan virus. Mereka yang dikarantina meliputi 18 partisipan, mentor, petugas, dan empat staf hotel. Seorang lagi yang juga peserta workshop sudah meninggalkan Singapura pada 5 Mei.

“Sebagai langkah pencegahan, mereka akan dikarantina selama 21 hari penuh,” ungkap Kementerian Kesehatan Singapura, dikutip The Star.Selama masa karantina ini, mereka akan diawasi dan dihubungi dua kali sehari. Jika mengalami gejala monkeypox, mereka akan dirawat di NCID. Jika tidak menunjukkan gejala apapun, mereka akan dibebaskan.

Kementerian Kesehatan menyatakan monkeypox dapat menular antar-manusia, tapi kemungkinannya kecil. Monkeypox biasanya mengidap satu orang dan dapat sembuh dalam dua atau tiga minggu. Dalam beberapa kasus sebelumnya, monkeypox dapat menyebabkan pneumonia, sepsis, ensefalitis, dan infeksi mata.

“Penularan antar-manusia biasanya terjadi akibat kontak langsung melalui sekreasi saluran pernafasan atau luka kulit dari pasien yang mengontaminasi material tertentu. Kematian akibat monkeypox juga meningkat dari 1% menjadi 10%, mayoritas menjangkit kelompok anak muda,” ungkap Kementerian Kesehatan.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sejauh ini tidak ada bukti monkeypox dapat menular antar-manusia. Monkeypox merupakan anggota dari genus Orthopoxvirus, keluarga Poxviridae dan merupakan virus yang menular dari hewan dengan gejala mirip smallpox, meski secara klinis lebih ringan.

Monkeypox biasanya mengidap hewan dan pertama kali menjangkit manusia pada 1970 di Kongo, dua tahun setelah wabah smallpox dinyatakan musnah. Sejak saat itu, kasus monkeypox banyak dilaporkan, terutama dari daerah pedalaman. Pemerintah Kongo lalu mengumumkan wabah besar monkeypox pada 1996.

Pada 2003, kasus monkeypox terjadi di Amerika Serikat (AS), negara pertama di luar Afrika yang terserang virus tersebut. Mayoritas pasien dilaporkan mengalami kontak langsung dengan anjing peliharaan yang terinfeksi tikus dari Afrika. Sebanyak empat kasus juga terjadi di Israel dan Inggris pada 2018.

Sebagian besar kasus monkeypox terjadi di Afrika Barat dan Tengah. Sejak 1970, monkeypox banyak dilaporkan dari Kongo, Kamerun, Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan. Pada 2017, Nigeria mengalami wabah monkeypox terbesar (115 kasus) sejak 1970 di Kongo.

Infeksi monkeypox dapat terjadi akibat kontak langsung dengan darah, cairan, atau luka kulit hewan yang terinfeksi. Sebagian besar kasus monkeypox di Afrika juga disebarkan monyet, tikus, dan tupai. Daging hewan liar banyak dikonsumsi di Afrika karena harganya lebih murah dibanding daging hewan ternak.

Menurut WHO, monkeypox tidak dapat diidentifikasi langsung. Gejalanya terjadi sekitar 5-21 hari sejak pertama kali terjangkit virus. Pada lima hari pertama, pasien akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri otot, limfadenopati, mialgia, dan asthenia sebelum ruam mulai menjalar ke seluruh tubuh.

Beberapa pasien menderita limfadenopati sebelum muncul ribuan ruam. Gejala itu menjadi salah satu ciri khas monkeypox dibanding penyakit serupa lainnya. “Monkeypox biasanya hanya menjangkit satu pasien selama 14-21 hari tergantung kondisi kesehatan pasien dan seberapa para penyakit itu,” ungkap WHO.

WHO menyebut sejauh ini, tidak ada vaksin atau perawatan khusus untuk mengobati monkeypox. Namun, wabah tersebut dapat dikendalikan. Vaksin smallpox terbukti 85% bekerja efektif mencegah monkeypox pada masa lalu. Namun, sejak smallpox dinyatakan musnah, vaksin tersebut tidak dijual bebas.

Meski demikian, kata WHO, alat lain yang lebih ampuh mengantisipasi monkeypox ialah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pembinaan dan pendidikan. “Hewan yang terinfeksi monkeypox harus diisolasi dari hewan lain dan dikarantina secepatnya. Adapun hewan lainnya perlu diawasi,” ungkap WHO.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6230 seconds (0.1#10.140)