Dituduh Kudeta, Mata-mata Rusia Divonis 15 Tahun Penjara di Montenegro

Jum'at, 10 Mei 2019 - 11:41 WIB
Dituduh Kudeta, Mata-mata...
Dituduh Kudeta, Mata-mata Rusia Divonis 15 Tahun Penjara di Montenegro
A A A
PODGORICA - Sebuah pengadilan di Montenegro menjatuhkan hukuman terhadap dua mata-mata Rusia masing-masing 15 tahun dan 12 tahun penjara atas tuduhan terlibat kudeta di negara itu tahun 2016. Kudeta yang gagal itu bertujuan mencegah Montenegro bergabung dengan NATO.

Hakim ketua pengadilan, Suzana Mugosa, mengatakan Eduard Shishmakov dan Vladimir Popov, yang dinyatakan sebagai sebagai agen intelijen militer Rusia, GRU, bersalah atas percobaan tindakan terorisme dan menciptakan organisasi kriminal. Keduanya, masing-masing dijatuhi hukuman 15 dan 12 tahun penjara.

Kedua mata-mata itu diadili secara in absentia. Selain mereka, dua politisi setempat, Andrija Mandic dan Milan Knezevic, masing-masing dijatuhi hukuman lima tahun penjara terkait peran mereka dalam upaya kudeta.

Kelompok yang terlibat upaya kudeta itu dituduh berencana mengambil alih parlemen pada hari pemilu Oktober 2016, membunuh perdana menteri saat itu, Milo oukanovic, dan menetapkan pemimpin pro-Kremlin.

Pihak berwenang Montenegro mengklaim rencana kudeta digagalkan atas dasar informasi dari agen mata-mata Barat, dan para tersangka ditangkap sebelum rencana itu dapat dilaksanakan.

Kremlin Membantah


Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, sebelumnya menolak tuduhan keterlibatan Rusia sebagai tuduhan tidak masuk akal. Dia mengklaim Rusia tidak ikut campur dalam urusan internal negara-negara lain.

Dokumen vonis yang dijatuhkan pada hari Kamis (9/5/2019) mengatakan dua mata-mata Rusia mengoordinasikan upaya kudeta dari Serbia dan diizinkan meninggalkan negara itu oleh otoritas Serbia. Sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada Guardian pada waktu itu bahwa kedua pria Rusia itu diizinkan meninggalkan negaranya dengan pesawat Nikolai Patrushev, kepala dewan keamanan Rusia.

Seorang sumber yang dekat dengan pemerintah Beograd mengatakan kepada Guardian pada waktu itu bahwa Patrushev, seorang mantan kepala layanan keamanan FSB Rusia, meminta maaf atas apa yang disebutnya operasi jahat yang dilakukan tanpa sanksi Kremlin. Seorang pejabat dewan keamanan Rusia menanggapi laporan Guardian dengan mengatakan Patrushev "tidak meminta maaf kepada siapa pun, karena tidak ada yang meminta maaf untuk itu".

Situs investigasi Bellingcat telah mengidentifikasi dua orang Rusia yang dijatuhi hukuman pada hari Kamis sebagai terduga agen GRU yang beroperasi dengan nama samaran.

"Tujuan kudeta adalah untuk mengubah kehendak pemilu rakyat dan mencegah Montenegro bergabung dengan NATO," kata Hakim Mugosa. Hakim juga yakin bahwa kedua politisi Montenegro telah pergi ke Moskow untuk menerima instruksi dari para agen GRU.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9668 seconds (0.1#10.140)