Berhadapan dengan Pesawat China, Jet Taiwan Keliru Tembakkan Senjata
A
A
A
TAIPEI - Seorang pilot pesawat jet tempur Taiwan keliru menembakkan senjata bela diri ketika behadapan dengan sebuah pesawat tempur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Senjata yang ditembakkan pilot tersebut adalah proyektil umpan inframerah.
Belum diketahui kapan dan dimana insiden itu terjadi, namun sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapnya kepada China Times awal pekan ini. Insiden itu tidak memicu konflik langsung.
"Penembakan proyektil umpan inframerah adalah tindakan defensif, sehingga tidak menyebabkan pertukaran tembakan," kata sumber yang tidak disebutkan namanya tersebut, seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (1/5/2019).
Proyektil umpan biasanya digunakan untuk menghindari terkena rudal musuh yang datang.
Dalam insiden terpisah, pilot Taiwan lainnya secara tidak sengaja menembakkan proyektil umpan inframerah ketika memantau pesawat pengintai P-3C Amerika Serikat di dekat pulau itu.
Angkatan Udara Taiwan tidak menanggapi pertanyaan tentang kedua insiden itu.
Rincian dari pertemuan udara antar-pesawat militer yang langka itu menggarisbawahi ketegangan yang meningkat di Selat Taiwan. Taiwan merupakan titik api yang berpotensi berbahaya bagi Beijing, yang menganggap pulau sebagai provinsinya yang membangkang.
Beijing telah meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan sejak Tsai Ing-wen, dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan, menjadi presiden pada tahun 2016. Presiden perempuan ini menolak untuk menerima prinsip satu-China.
Pada akhir Maret, dua jet tempur PLA China melintasi garis perbatasan yang memisahkan Taiwan dari China. Saat itu, Tsai merespons dengan memerintahkan "pengusiran paksa" pesawat tempur PLA jika nekat melewati "garis batas" lagi.
Collin Koh, seorang pakar militer dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapore’s Nanyang Technological University, mengatakan meningkatnya tekanan militer dari Beijing dapat menyebabkan lebih banyak senjata ditembakkan secara keliru.
"Meskipun tujuan sebenarnya (dari pilot Taiwan menembakkan proyektil umpan infra merah) sulit untuk dikonfirmasi, satu hal yang jelas—dalam keadaan tegang ada risiko penggunaan kekuatan yang tidak disengaja atau tidak disengaja," kata Koh.
"Jika PLA melanjutkan apa yang disebut patroli pulau di sekitar Taiwan, kita dapat mengharapkan militer Taiwan untuk menjaga respons mereka—dan dari waktu ke waktu ketegangan yang menumpuk dapat meningkat menjadi kecelakaan."
Laporan South China Morning Post juga mengatakan bahwa Taiwan telah menyebarkan sebagian kecil jet tempur untuk memperingatkan dan memonitor pesawat-pesawat tempur PLA selama setahun terakhir.
Menurut sumber surat kabar tersebut, kegiatan militer di dekat pulau itu sedang dipantau pada jarak 30 km oleh militer Taiwan karena berusaha menghindari konflik yang tidak disengaja.
Pakar militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming, mengatakan Taiwan berusaha mengerahkan lebih sedikit jet tempurnya untuk mengusir pesawat-pesawat China yang mengisyaratkan bahwa Taipei merasakan tekanan dari seberang Selat Taiwan.
Tetapi, mantan wakil menteri pertahanan Taiwan Lin Chong-pin mengatakan tindakan itu lebih cenderung menjadi tanda bahwa pemerintah Tsai mengambil pendekatan yang bijaksana dan terkendali.
Belum diketahui kapan dan dimana insiden itu terjadi, namun sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapnya kepada China Times awal pekan ini. Insiden itu tidak memicu konflik langsung.
"Penembakan proyektil umpan inframerah adalah tindakan defensif, sehingga tidak menyebabkan pertukaran tembakan," kata sumber yang tidak disebutkan namanya tersebut, seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (1/5/2019).
Proyektil umpan biasanya digunakan untuk menghindari terkena rudal musuh yang datang.
Dalam insiden terpisah, pilot Taiwan lainnya secara tidak sengaja menembakkan proyektil umpan inframerah ketika memantau pesawat pengintai P-3C Amerika Serikat di dekat pulau itu.
Angkatan Udara Taiwan tidak menanggapi pertanyaan tentang kedua insiden itu.
Rincian dari pertemuan udara antar-pesawat militer yang langka itu menggarisbawahi ketegangan yang meningkat di Selat Taiwan. Taiwan merupakan titik api yang berpotensi berbahaya bagi Beijing, yang menganggap pulau sebagai provinsinya yang membangkang.
Beijing telah meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan sejak Tsai Ing-wen, dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan, menjadi presiden pada tahun 2016. Presiden perempuan ini menolak untuk menerima prinsip satu-China.
Pada akhir Maret, dua jet tempur PLA China melintasi garis perbatasan yang memisahkan Taiwan dari China. Saat itu, Tsai merespons dengan memerintahkan "pengusiran paksa" pesawat tempur PLA jika nekat melewati "garis batas" lagi.
Collin Koh, seorang pakar militer dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapore’s Nanyang Technological University, mengatakan meningkatnya tekanan militer dari Beijing dapat menyebabkan lebih banyak senjata ditembakkan secara keliru.
"Meskipun tujuan sebenarnya (dari pilot Taiwan menembakkan proyektil umpan infra merah) sulit untuk dikonfirmasi, satu hal yang jelas—dalam keadaan tegang ada risiko penggunaan kekuatan yang tidak disengaja atau tidak disengaja," kata Koh.
"Jika PLA melanjutkan apa yang disebut patroli pulau di sekitar Taiwan, kita dapat mengharapkan militer Taiwan untuk menjaga respons mereka—dan dari waktu ke waktu ketegangan yang menumpuk dapat meningkat menjadi kecelakaan."
Laporan South China Morning Post juga mengatakan bahwa Taiwan telah menyebarkan sebagian kecil jet tempur untuk memperingatkan dan memonitor pesawat-pesawat tempur PLA selama setahun terakhir.
Menurut sumber surat kabar tersebut, kegiatan militer di dekat pulau itu sedang dipantau pada jarak 30 km oleh militer Taiwan karena berusaha menghindari konflik yang tidak disengaja.
Pakar militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming, mengatakan Taiwan berusaha mengerahkan lebih sedikit jet tempurnya untuk mengusir pesawat-pesawat China yang mengisyaratkan bahwa Taipei merasakan tekanan dari seberang Selat Taiwan.
Tetapi, mantan wakil menteri pertahanan Taiwan Lin Chong-pin mengatakan tindakan itu lebih cenderung menjadi tanda bahwa pemerintah Tsai mengambil pendekatan yang bijaksana dan terkendali.
(ian)