Mengapa AS yang canggih Tak Bisa Temukan Bos ISIS al-Baghdadi?

Kamis, 02 Mei 2019 - 04:09 WIB
Mengapa AS yang canggih...
Mengapa AS yang canggih Tak Bisa Temukan Bos ISIS al-Baghdadi?
A A A
WASHINGTON - Pemimpin ISIS (Islamic State), Abu Bakr al-Baghdadi, tiba-tiba muncul dalam sebuah video setelah lima tahun keberadaanya tak diketahui. Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menawarkan hadiah USD25 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya juga tidak bisa menemukannya meski memiliki teknologi canggih.

Dia saat ini menjadi orang yang paling dicari di dunia. Selama lebih dari tiga tahun terakhir dia telah menghindari penangkapan, dan selalu memerhatikan keamanannya.

Al-Baghdadi menjadi pemberitaan utama media-media internasional pada tahun 2014 ketika dia berkhotbah di sebuah masjid di Mosul, Irak, di mana dia mendeklarasikan kekhalifahan yang dia perintah.

Video kemunculannya pada awal pekan ini menjadi kejutan, karena dia sudah beberapa kali dikabarkan terluka parah. Dalam video online 18 menit, dia menggalang dukungan dari para pengikutnya. Namun, lagi-lagi dia tidak memberikan petunjuk tentang keberadaannya saat ini.

Jadi, dimana dia, bagaimana dia dicari, dan mengapa AS dan sekutunya dengan semua teknologi canggihnya, tidak dapat menemukannya?

Sebuah laporan mengatakan bahwa pada 3 November 2016, Baghdadi membuat kesalahan yang hampir menewaskannya. Saat itu terjadi pertempuran untuk memperebutkan kota Mosul, Irak, di mana ISIS digempur oleh serangan udara koalisi pimpinan AS.

Dari suatu tempat di luar kota Mosul, Baghdadi membuat panggilan radio berdurasi 45 detik. Dia mendesak para pengikutnya untuk terus berjuang. Pesan itu disadap oleh pesawat penguping elektronik yang dioperasikan oleh koalisi pimpinan AS. Dari penyadapan itu juga diketahui sedang ada perebutan kekuasaan di internal kelompok radikal tersebut.

Tetapi, pada saat itu al-Baghdadi sudah pergi dengan perlindungan pengawalnya, dan tidak diragukan lagi dia menghindari melakukan panggilan radio secara real time lagi.

Sebagai perbandingan, intelijen AS membutuhkan waktu hampir sepuluh tahun untuk melacak dan membunuh pendiri al-Qaeda; Osama bin Laden. Jeda perburuan itu antara hari serangan 11 September atau 9/11 pada tahun 2001 hingga jam-jam singkat pada 2 Mei 2011 ketika pasukan khusus Navy SEAL AS menyerbu tempat persembunyiannya di Pakistan.

Badan Keamanan Nasional (NSA) AS dan GCHQ Inggris memiliki kapasitas besar untuk Signals Intelligence, yang dikenal jago memantau, menyadap, dan memecahkan kode komunikasi terbuka dan terenkripsi di seluruh dunia. Namun, al-Baghdadi belum terendus.

Di masa lalu, teroris dalam daftar orang yang dicari kadang-kadang akan memberikan lokasi mereka dengan membuat panggilan dari ponselnya atau tetap online terlalu lama dari satu lokasi. Osama bin Laden bijak dalam hal itu, dan Baghdadi juga demikian, sehingga sulit dilacak.

Osama bin Laden pada akhirnya terlacak di Abbottabad bukan melalui jejak digitalnya, tetapi melalui kurir yang mengangkut video propagandanya dan pesan-pesan lainnya dari sana.

Menelusuri perjalanan terbalik mungkin menjadi salah satu hal pertama yang mungkin akan dilakukan intelijen AS setelah rilis video al-Baghdadi. Tapi, tim keamanan bos ISIS itu tetap akan hati-hati dengan tidak meninggalkan jejak.

Siapa al-Baghdadi?

Lahir di dekat Samarra, Irak, pada tahun 1971, nama aslinya adalah Ibrahim Awad al-Badri.

Dia sangat religius sejak usia dini. Dia kemudian menghabiskan waktu di penjara di kamp interniran yang dikelola AS di Kamp Bucca pada 2004 setelah invasi dan pendudukan Anglo-AS. Di sana dia menjalin aliansi erat dengan narapidana lain, termasuk mantan pejabat intelijen Irak.

"Dia belajar banyak tentang cara beroperasi dari mantan pejabat intelijen Saddam (Hussein)," kata Michael Stephens, seorang ahli Timur Tengah di Royal United Services Institute (RUSI) yang berbasis di London, seperti dikutip BBC, Kamis (2/5/2019).

"Keamanan operasionalnya sangat baik," ujarnya. "Sebagian karena paranoia yang berlebihan," lanjut dia.

"Di mana dia bersembunyi sekarang? Hampir dipastikan masih di wilayah perbatasan Irak-Suriah," kata Stephens.

"Dia akan dapat mengambil keuntungan dari jaringan penyelundupan yang didirikan melintasi perbatasan itu," papar Stephens. "Menggunakan uang untuk membayar jalan di antara suku-suku di sana."
(mas)
Berita Terkait
ISIS Manfaatkan Pandemi...
ISIS Manfaatkan Pandemi COVID-19 untuk Tingkatkan Serangan di Irak
Panglima Tertinggi Negara...
Panglima Tertinggi Negara Islam di Irak Jassim Al-Mazrouei Tewas Terbunuh
Balas Dendam, Rudal-rudal...
Balas Dendam, Rudal-rudal Iran Serang ISIS di Suriah dan Markas Mossad di Irak
Suriah Murka! Sebut...
Suriah Murka! Sebut Serangan AS Bagian dari Agenda Bermusuhan
Serangan AS di Suriah...
Serangan AS di Suriah Tewaskan Pemimpin Senior ISIS
Pasukan AS Tewaskan...
Pasukan AS Tewaskan Dua Pentolan ISIS dalam Serangan di Suriah
Berita Terkini
Kebakaran Menggila di...
Kebakaran Menggila di Israel, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
7 jam yang lalu
Putin Tegaskan Rusia...
Putin Tegaskan Rusia adalah Negara Para Pemenang
7 jam yang lalu
Trump Hadapi Upaya Pemakzulan...
Trump Hadapi Upaya Pemakzulan Ketiga
8 jam yang lalu
507.000 Warga Palestina...
507.000 Warga Palestina Menganggur di Tepi Barat, Ribuan Orang Dibunuh Israel Saat Cari Nafkah
9 jam yang lalu
Perbandingan Kebakaran...
Perbandingan Kebakaran yang Melanda Israel dan California, Separah Apa?
10 jam yang lalu
Kebakaran Israel Berkobar...
Kebakaran Israel Berkobar Mendekati Yerusalem pada Hari Kedua, Zionis Darurat Nasional
10 jam yang lalu
Infografis
Kapasitas Pembangkit...
Kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi Indonesia Bisa Salip AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved