Atasi Krisis Venezuela, AS Siap Lakukan Aksi Militer
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Michael Pompeo mengatakan Amerika Serikat (AS) terbuka untuk melakukan aksi militer guna mengatasi krisis Venezuela. Meski mengumbar retorika perang, diplomat top Amerika itu menegaskan bahwa opsi damai lebih disukai.
“Jika pertanyaannya adalah, apakah Amerika Serikat siap untuk mempertimbangkan aksi militer jika itu yang diperlukan untuk memulihkan demokrasi di Venezuela, presiden (AS) konsisten dan tidak ambigu mengenai hal itu, bahwa opsi untuk menggunakan kekuatan militer tersedia jika itulah yang akhirnya diminta," kata Pompeo dalam sebuah wawancara di Fox News, Rabu (1/5/2019).
Pompeo sebelumnya muncul di CNN dan mengklaim bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros akan melarikan diri dari Caracas ke Kuba. Namun, pada saat-saat terakhir, Rusia meyakinkannya untuk tetap tinggal di negaranya. Pernyataan Pompeo itu menuai ejekan di media sosial.
Klaim Pompeo dengan cepat dibantah oleh Venezuela dan Rusia. Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengecam pejabat AS tersebut yang dia anggap mengarang berita palsu.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Washington melancarkan "perang informasi" dengan harapan menebarkan perselisihan di negara Amerika Selatan tersebut.
Pada hari Selasa, pemimpin oposisi Juan Guaido meminta militer untuk bergabung dengannya guna mengakhiri perebutan kekuasaan dari pemerintah Maduro. Seruan Guaido itu menyebabkan protes dan kerusuhan di seluruh Caracas. Ibu Kota Venezuela itu menjadi medan pertempuran sporadis antara tentara dan massa pro-oposisi.
Presiden Donald Trump adalah di antara pejabat AS yang menolak untuk mengesampingkan intervensi militer terhadap Venezuela. Trump mengatakan semua opsi ada di atas meja.
Menanggapi hal itu, Maduro mengatakan intervensi militer Washington bahwa berubah menjadi konflik seperti "David melawan Goliath" dan membuat AS ternoda dengan darah.
“Jika pertanyaannya adalah, apakah Amerika Serikat siap untuk mempertimbangkan aksi militer jika itu yang diperlukan untuk memulihkan demokrasi di Venezuela, presiden (AS) konsisten dan tidak ambigu mengenai hal itu, bahwa opsi untuk menggunakan kekuatan militer tersedia jika itulah yang akhirnya diminta," kata Pompeo dalam sebuah wawancara di Fox News, Rabu (1/5/2019).
Pompeo sebelumnya muncul di CNN dan mengklaim bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros akan melarikan diri dari Caracas ke Kuba. Namun, pada saat-saat terakhir, Rusia meyakinkannya untuk tetap tinggal di negaranya. Pernyataan Pompeo itu menuai ejekan di media sosial.
Klaim Pompeo dengan cepat dibantah oleh Venezuela dan Rusia. Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengecam pejabat AS tersebut yang dia anggap mengarang berita palsu.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Washington melancarkan "perang informasi" dengan harapan menebarkan perselisihan di negara Amerika Selatan tersebut.
Pada hari Selasa, pemimpin oposisi Juan Guaido meminta militer untuk bergabung dengannya guna mengakhiri perebutan kekuasaan dari pemerintah Maduro. Seruan Guaido itu menyebabkan protes dan kerusuhan di seluruh Caracas. Ibu Kota Venezuela itu menjadi medan pertempuran sporadis antara tentara dan massa pro-oposisi.
Presiden Donald Trump adalah di antara pejabat AS yang menolak untuk mengesampingkan intervensi militer terhadap Venezuela. Trump mengatakan semua opsi ada di atas meja.
Menanggapi hal itu, Maduro mengatakan intervensi militer Washington bahwa berubah menjadi konflik seperti "David melawan Goliath" dan membuat AS ternoda dengan darah.
(mas)