Pesawat Tempur Siluman F-35 AS Lakukan Debut Tempur di Irak

Rabu, 01 Mei 2019 - 14:49 WIB
Pesawat Tempur Siluman F-35 AS Lakukan Debut Tempur di Irak
Pesawat Tempur Siluman F-35 AS Lakukan Debut Tempur di Irak
A A A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) menyatakan dua jet tempur siluman F-35 miliknya telah melakukan misi tempur pertamanya di pegunungan Irak, membom sasaran Negara Islam (ISIS).Ini adalah debut tempur pesawat tempur F-35 Angkatan Udara AS, tiga tahun setelah dinyatakan cocok untuk tugas tempur.

Serangan dalam mendukung Operasi Inherent Resolve dilakukan oleh dua pesawat Angkatan Udara AS F-35A Lightning II di atas pegunungan Wadi Ashai, Irak pada hari Selasa waktu setempat.

"F-35As melakukan serangan udara menggunakan Joint Direct Attack Munition untuk menyerang terowongan dan gudang senjata jaringan Daesh jauh di dalam Pegunungan Hamrin, sebuah lokasi yang dapat mengancam pasukan sekutu," bunyi pernyataan itu.

"Serangan ini menandai pekerjaan tempur pertama F-35A," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (1/5/2019).

Lima belas tahun setelah Lockheed Martin memenangkan kontrak untuk membuat pesawat, Angkatan Udara AS menyatakan F-35As siap untuk ditempatkan pada Agustus 2016. Kemudian butuh hampir tiga tahun untuk menggunakan pesawat tempur generasi kelima itu dalam peperangan. Israel mengalahkan AS untuk hal itu dengan menjadi negara pertama di dunia yang melakukan serangan operasional menggunakan pesawat siluman tersebut Mei lalu.

Terlepas dari dua misi tempur yang dikonfirmasi, jet siluman andalan AS itu terus menderita masalah teknis.

Pada bulan April, seorang pesawat tempur siluman Angkatan Udara Jepang F-35A jatuh di lepas pantai Jepang. Kementerian Pertahanan Jepang mengungkapkan pesawat nahas itu memiliki masalah dengan sistem pendingin dan navigasinya sebelum kecelakaan terjadi. Kenyataan ini mengungkap masalah lain yang terkait dengan sistem bahan bakar dan hidrolik dari armada F35A-nya.

Seri F-35 telah dinodai dengan kontroversi atas keterlambatan dalam pengembangan, biaya yang berlebihan, dan beberapa kelemahan teknis. Sebuah laporan tahun 2018 dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS menemukan bahwa program tersebut memiliki lebih dari 960 "kekurangan terbuka" yang perlu diselesaikan.

Pada bulan Februari, sebuah laporan Pentagon mengungkapkan lebih banyak masalah dengan pesawat, termasuk masalah dengan senjatanya dan fakta bahwa masa operasinya ternyata jauh lebih rendah dari yang direncanakan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7340 seconds (0.1#10.140)