Trump Puji Jenderal Haftar Perangi Teroris Tripoli

Sabtu, 20 April 2019 - 07:22 WIB
Trump Puji Jenderal Haftar Perangi Teroris Tripoli
Trump Puji Jenderal Haftar Perangi Teroris Tripoli
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pembicaraan telepon dengan jenderal Libya, Khalifa Haftar. Pemimpin Amerika itu memuji pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) loyalis Haftar dalam memerangi teroris dan mengamankan sumber minyak di negara tersebut.

Pemerintahan Libya terpecah setelah revolusi yang didukung invasi NATO tahun 2011 dengan tumbangnya rezim Muammar Gaddafi. LNA berbasis di wilayah timur Libya. Sedangkan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB berkuasa di Tripoli dan kawasan barat Libya.

LNA dalam sepekan ini menyerbu Tripoli dengan alasan memerangi teroris. GNA yang dilindungi sejumlah kelompok militan memberikan perlawanan atas serbuan LNA.

Apresiasi Trump kepada Jenderal Haftar membingungkan. Sebab, AS selama ini sejalan dengan PBB mendukung GNA berkuasa penuh di Tripoli.

"Trump mengakui peran penting Field Marshal Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber daya minyak Libya, dan keduanya membahas visi bersama untuk transisi Libya ke sistem politik yang stabil dan demokratis," bunyi pernyataan Gedung Putih pada hari Jumat, seperti dikutip CNN, Sabtu (20/4/2019).

Percakapan telepon itu sebenarnya terjadi hari Senin lalu. Entah karena alasan apa Gedung Putih baru merilisnya hari Jumat.

Pujian Trump juga kontradiksi dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo pada awal bulan ini. "Kami telah menjelaskan bahwa kami menentang serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak penghentian segera operasi militer ini terhadap ibu kota Libya," kata Pompeo.

"Kampanye militer unilateral melawan Tripoli ini membahayakan warga sipil dan merusak prospek untuk masa depan yang lebih baik bagi semua warga Libya," imbuh dia.

Setidaknya 213 orang telah tewas dan 1.009 lainnya cedera dalam bentrokan di sekitar ibu kota Libya pada bulan ini. Angka tersebut merupakan data Organisasi Kesehatan Dunia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5738 seconds (0.1#10.140)