Tingkat Ancaman Menurun, Selandia Baru 'Preteli' Senjata Polisi
A
A
A
WELLINGTON - Polisi Selandia Baru dilaporkan telah mengakhiri periode untuk mempersenjatai petugas garis depan secara rutin. Ini dilakukan setelah tingkat ancaman terorisme diturunkan, sebulan setelah pembantaian masjid di Christchurch.
Petugas garis depan polisi Selandia Baru secara historis tidak membawa senjata api dan banyak orang terkejut melihat mereka bersenjata lengkap setelah serangan teroris yang menewaskan 50 orang.
Polisi dan agen keamanan mengurangi tingkat ancaman dari tinggi ke sedang, berarti pihak berwenang menilai bahwa serangan teroris lain, perilaku kriminal yang kejam, atau protes kekerasan "mungkin" dan bukan lagi "sangat mungkin". Level ini masih lebih tinggi daripada sebelum serangan 15 Maret, ketika ancaman dianggap "rendah."
"Tidak ada ancaman spesifik saat ini, tetapi badan-badan keamanan percaya tingkat menengah secara akurat mencerminkan status kita saat ini," kata Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern sepeti dilansir Al Arabiya pada Rabu (17/4).
Sementara itu, Komisioner polisi Mike Bush mengatakan dengan berkurangnya tingkat ancaman keamanan, polisi telah menilai kembali posisi mereka dalam mempersenjatai petugas garis depan. Izin petugas membawa senjata, ungkap Bush, saat ini tergantung kasus per kasus.
Bush menyebut keputusan itu dibuat setelah konsultasi signifikan dengan masjid dan Pusat Islam sehubungan dengan keamanan yang berkelanjutan.
"Tidak pernah ada niat untuk membawa senjata api secara rutin tanpa batas waktu. Secara umum ini berarti petugas garis depan akan beralih kembali ke pendekatan normal kami terkait membawa dan akses ke senjata api," ungkap Bush.
Petugas garis depan polisi Selandia Baru secara historis tidak membawa senjata api dan banyak orang terkejut melihat mereka bersenjata lengkap setelah serangan teroris yang menewaskan 50 orang.
Polisi dan agen keamanan mengurangi tingkat ancaman dari tinggi ke sedang, berarti pihak berwenang menilai bahwa serangan teroris lain, perilaku kriminal yang kejam, atau protes kekerasan "mungkin" dan bukan lagi "sangat mungkin". Level ini masih lebih tinggi daripada sebelum serangan 15 Maret, ketika ancaman dianggap "rendah."
"Tidak ada ancaman spesifik saat ini, tetapi badan-badan keamanan percaya tingkat menengah secara akurat mencerminkan status kita saat ini," kata Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern sepeti dilansir Al Arabiya pada Rabu (17/4).
Sementara itu, Komisioner polisi Mike Bush mengatakan dengan berkurangnya tingkat ancaman keamanan, polisi telah menilai kembali posisi mereka dalam mempersenjatai petugas garis depan. Izin petugas membawa senjata, ungkap Bush, saat ini tergantung kasus per kasus.
Bush menyebut keputusan itu dibuat setelah konsultasi signifikan dengan masjid dan Pusat Islam sehubungan dengan keamanan yang berkelanjutan.
"Tidak pernah ada niat untuk membawa senjata api secara rutin tanpa batas waktu. Secara umum ini berarti petugas garis depan akan beralih kembali ke pendekatan normal kami terkait membawa dan akses ke senjata api," ungkap Bush.
(esn)