Lindungi Rahasia Teknologi, AS-Jepang Berjuang Temukan F-35 yang Jatuh
A
A
A
TOKYO - Satu minggu setelah jet tempur siluman F-35A jatuh di lepas pantai timur laut Jepang, kapal-kapal militer Amerika Serikat (AS) dan Jepang berjuang untuk menemukan puing-puing pesawat tersebut. Tujuannya untuk melindungi rahasia teknologi yang berharga dari Rusia dan China.
Jet tempur Jepang itu lenyap dari pantauan radar pada 9 April di Samudra Pasifik ketika sedang melakukan misi pelatihan dengan tiga pesawat lain di wilayah yang berjarak sekitar 135 km timur Misawa, timur laut Jepang.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan kepada AFP bahwa sisa-sisa ekor jet tempur tersebut telah ditemukan, tetapi mereka masih berburu untuk menemukan sisa badan pesawat dan pilot.
"Rata-rata, dua pesawat, termasuk helikopter, dan dua kapal patroli terus-menerus dikerahkan dalam operasi pencarian 24 jam," kata pejabat itu, yang meminta untuk tetap anonim.
Pasukan Bela Diri Maritim Jepang juga mengirim kapal selam tanpa awak.
Secara terpisah, militer AS telah mengirim satu pesawat militer dan satu kapal untuk bergabung dengan misi itu.
Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya mengatakan kecelakaan itu akan dibahas pada pertemuan dengan rekannya dari AS di Washington pada Jumat (19/4/2019), yang juga akan melibatkan menteri luar negeri kedua negara.
Skuadron F-35 pertama Jepang baru saja beroperasi di pangkalan udara Misawa. Pemerintah negara itu berencana untuk membeli 87 pesawat tempur siluman guna memodernisasi pertahanan udaranya saat kekuatan militer China tumbuh.
"F-35A adalah pesawat terbang yang mengandung sejumlah besar rahasia yang perlu dilindungi," kata Iwaya kepada wartawan, seperti dikutip Straits Times, Selasa (16/4/2019).
"Dengan bantuan Amerika Serikat, kami akan terus mengambil peran utama dalam menyelidiki penyebab kecelakaan itu," katanya.
Dr Akira Kato, seorang profesor politik internasional dan keamanan regional di J.F. Oberlin University di Tokyo, mengatakan China dan Rusia akan memiliki minat yang kuat untuk mengumpulkan bahkan satu sekrup pun dari pesawat canggih tersebut.
Dr Hideshi Takesada, seorang ahli pertahanan dan profesor di Universitas Takushoku di Tokyo, mengatakan tidak akan mengejutkan jika Moskow dan Beijing terlibat dalam kegiatan menyamar untuk menemukan beberapa puing F-35A.
"Bahkan jika Jepang dan AS menemukannya, mereka mungkin tidak mengungkapkan rinciannya, termasuk lokasi persisnya, karena kekhawatiran bahwa China dan Rusia mungkin mencoba untuk mengumpulkannya," kata Takesada kepada AFP.
Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi belum melihat ada kapal atau pesawat yang mencurigakan dari negara ketiga di dekat lokasi kecelakaan.
Angkatan Udara Jepang pada pekan lalu mengumumkan pembentukan komisi untuk mempelajari penyebab kecelakaan itu, tetapi masih belum jelas apa yang terjadi pada pesawat tempur tersebut.
Kontraktor pertahanan AS, Lockheed Martin, menyebut jet tempur teknologi tinggi itu "hampir tidak terdeteksi" dan mengatakan itu memungkinkan AS dan sekutunya untuk mendominasi langit dengan kemampuan F-35 yang tak tertandingi dan kesadaran situasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebelumnya, Nikkei Asian Review melaporkan pada hari Minggu bahwa F-35 memiliki kemampuan untuk dimuat dengan rudal pencegat canggih yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan menembak jatuh rudal balistik yang masuk di udara selama serangan.
Kemampuan ini penting bagi Jepang karena akan mempertahankan negara terhadap peluncuran rudal China dan Korea Utara, serta berfungsi sebagai lapisan perlindungan tambahan terhadap Rusia.
Awal bulan ini, Wakil Presiden AS Mike Pence memperingatkan Turki agar tidak membeli sistem anti-rudal S-400 Rusia. Menurutnya, sistem pertahanan udara dari Rusia itu akan membahayakan keamanan jet F-35.
Jepang telah mengerahkan F-35A, yang masing-masing harganya lebih dari 10 miliar yen, untuk menggantikan pesawat tempur F-4 yang sudah tua. Menurut Departemen Pertahanan setempat, jet yang jatuh itu adalah salah satu dari 13 F-35A yang dikerahkan di Pangkalan Udara Misawa.
Saat ini, ada 12 jet tempur F-35A Jepang yang tersisa dan semuanya telah dikandangkan untuk sementara waktu.
Jet F-35A menjadi bagian penting dari upaya Perdana Menteri Shinzo Abe untuk meningkatkan kapasitas militer negara guna memenuhi perubahan dinamika kekuatan di Asia Timur, di mana China telah memodernisasi militernya dengan cepat.
Selama dekade berikutnya, Jepang berencana untuk membeli sebanyak 105 unit F-35A dan 42 unit jet berkapasitas tinggi lainnya, yang kemungkinan besar adalah F-35B.
Jet tempur Jepang itu lenyap dari pantauan radar pada 9 April di Samudra Pasifik ketika sedang melakukan misi pelatihan dengan tiga pesawat lain di wilayah yang berjarak sekitar 135 km timur Misawa, timur laut Jepang.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan kepada AFP bahwa sisa-sisa ekor jet tempur tersebut telah ditemukan, tetapi mereka masih berburu untuk menemukan sisa badan pesawat dan pilot.
"Rata-rata, dua pesawat, termasuk helikopter, dan dua kapal patroli terus-menerus dikerahkan dalam operasi pencarian 24 jam," kata pejabat itu, yang meminta untuk tetap anonim.
Pasukan Bela Diri Maritim Jepang juga mengirim kapal selam tanpa awak.
Secara terpisah, militer AS telah mengirim satu pesawat militer dan satu kapal untuk bergabung dengan misi itu.
Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya mengatakan kecelakaan itu akan dibahas pada pertemuan dengan rekannya dari AS di Washington pada Jumat (19/4/2019), yang juga akan melibatkan menteri luar negeri kedua negara.
Skuadron F-35 pertama Jepang baru saja beroperasi di pangkalan udara Misawa. Pemerintah negara itu berencana untuk membeli 87 pesawat tempur siluman guna memodernisasi pertahanan udaranya saat kekuatan militer China tumbuh.
"F-35A adalah pesawat terbang yang mengandung sejumlah besar rahasia yang perlu dilindungi," kata Iwaya kepada wartawan, seperti dikutip Straits Times, Selasa (16/4/2019).
"Dengan bantuan Amerika Serikat, kami akan terus mengambil peran utama dalam menyelidiki penyebab kecelakaan itu," katanya.
Dr Akira Kato, seorang profesor politik internasional dan keamanan regional di J.F. Oberlin University di Tokyo, mengatakan China dan Rusia akan memiliki minat yang kuat untuk mengumpulkan bahkan satu sekrup pun dari pesawat canggih tersebut.
Dr Hideshi Takesada, seorang ahli pertahanan dan profesor di Universitas Takushoku di Tokyo, mengatakan tidak akan mengejutkan jika Moskow dan Beijing terlibat dalam kegiatan menyamar untuk menemukan beberapa puing F-35A.
"Bahkan jika Jepang dan AS menemukannya, mereka mungkin tidak mengungkapkan rinciannya, termasuk lokasi persisnya, karena kekhawatiran bahwa China dan Rusia mungkin mencoba untuk mengumpulkannya," kata Takesada kepada AFP.
Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi belum melihat ada kapal atau pesawat yang mencurigakan dari negara ketiga di dekat lokasi kecelakaan.
Angkatan Udara Jepang pada pekan lalu mengumumkan pembentukan komisi untuk mempelajari penyebab kecelakaan itu, tetapi masih belum jelas apa yang terjadi pada pesawat tempur tersebut.
Kontraktor pertahanan AS, Lockheed Martin, menyebut jet tempur teknologi tinggi itu "hampir tidak terdeteksi" dan mengatakan itu memungkinkan AS dan sekutunya untuk mendominasi langit dengan kemampuan F-35 yang tak tertandingi dan kesadaran situasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebelumnya, Nikkei Asian Review melaporkan pada hari Minggu bahwa F-35 memiliki kemampuan untuk dimuat dengan rudal pencegat canggih yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan menembak jatuh rudal balistik yang masuk di udara selama serangan.
Kemampuan ini penting bagi Jepang karena akan mempertahankan negara terhadap peluncuran rudal China dan Korea Utara, serta berfungsi sebagai lapisan perlindungan tambahan terhadap Rusia.
Awal bulan ini, Wakil Presiden AS Mike Pence memperingatkan Turki agar tidak membeli sistem anti-rudal S-400 Rusia. Menurutnya, sistem pertahanan udara dari Rusia itu akan membahayakan keamanan jet F-35.
Jepang telah mengerahkan F-35A, yang masing-masing harganya lebih dari 10 miliar yen, untuk menggantikan pesawat tempur F-4 yang sudah tua. Menurut Departemen Pertahanan setempat, jet yang jatuh itu adalah salah satu dari 13 F-35A yang dikerahkan di Pangkalan Udara Misawa.
Saat ini, ada 12 jet tempur F-35A Jepang yang tersisa dan semuanya telah dikandangkan untuk sementara waktu.
Jet F-35A menjadi bagian penting dari upaya Perdana Menteri Shinzo Abe untuk meningkatkan kapasitas militer negara guna memenuhi perubahan dinamika kekuatan di Asia Timur, di mana China telah memodernisasi militernya dengan cepat.
Selama dekade berikutnya, Jepang berencana untuk membeli sebanyak 105 unit F-35A dan 42 unit jet berkapasitas tinggi lainnya, yang kemungkinan besar adalah F-35B.
(mas)