Tidak Hanya Lewat Aksi, Jutaan Orang Juga Teken Petisi Tolak Brexit
A
A
A
LONDON - Aksi penolakan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit tidak hanya terjadi di dunia nyata tapi juga di dunia maya. Jutaan orang telah menandatangani petisi menolak Brexit hanya dalam tiga hari.
Lebih dari 4,5 juta orang telah menandatangani petisi untuk membatalkan Brexit. Jumlah itu lebih dari batas maksimal sebuah petisi untuk diperdebatjan di parlemen yaitu 100 ribu.
Petisi yang diluncurkan pada hari Rabu itu menyerukan pemerintah untuk mencabut Pasal 50, mekanisme yang mengatur keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Pemerintah berulang kali mengklaim keluar dari UE adalah 'kehendak rakyat.' Kami perlu menghentikan klaim ini dengan membuktikan kekuatan dukungan publik sekarang, untuk tetap berada di UE. Suara Rakyat mungkin tidak terjadi - jadi pilih sekarang," bunyi petisi itu seperti dilansir dari Deutsche Welle, Minggu (24/3/2019).
Menurut komite petisi resmi parlemen, situs itu sempat crash pada hari Kamis setelah menerima jumlah tanda tangan tertinggi yang pernah ada.
Parlemen Inggris sendiri akan mempertimbangkan untuk memperdebatkan semua petisi yang mendapatkan lebih dari 100 ribu tanda tangan.
Petisi ini juga mendapat dukungan dari selebritas terkemuka dan anggota parlemen yang membantu menyebarkan pesan di media sosial.
Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon menulis di Twitter: "Masalah sebesar dan sepenting Brexit tidak boleh sampai pada petisi - yang mengatakan, jika Anda frustrasi bahwa PM tidak mendengarkan, Anda dapat masuk ke sini."
Inggris memutuskan untuk keluar dari UE lewat referendum yang digelar pada 24 Juni 2016. Kala itu, hampir 52 persen rakyat Inggris memilih untuk meninggalkan UE.
Perdana Menteri Inggris saat itu David Cameron, yang telah berkampanye agar Inggris tetap bertahan di UE, mengakui "kehendak rakyat Inggris" dan mengundurkan diri keesokan paginya.
Lebih dari 4,5 juta orang telah menandatangani petisi untuk membatalkan Brexit. Jumlah itu lebih dari batas maksimal sebuah petisi untuk diperdebatjan di parlemen yaitu 100 ribu.
Petisi yang diluncurkan pada hari Rabu itu menyerukan pemerintah untuk mencabut Pasal 50, mekanisme yang mengatur keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Pemerintah berulang kali mengklaim keluar dari UE adalah 'kehendak rakyat.' Kami perlu menghentikan klaim ini dengan membuktikan kekuatan dukungan publik sekarang, untuk tetap berada di UE. Suara Rakyat mungkin tidak terjadi - jadi pilih sekarang," bunyi petisi itu seperti dilansir dari Deutsche Welle, Minggu (24/3/2019).
Menurut komite petisi resmi parlemen, situs itu sempat crash pada hari Kamis setelah menerima jumlah tanda tangan tertinggi yang pernah ada.
Parlemen Inggris sendiri akan mempertimbangkan untuk memperdebatkan semua petisi yang mendapatkan lebih dari 100 ribu tanda tangan.
Petisi ini juga mendapat dukungan dari selebritas terkemuka dan anggota parlemen yang membantu menyebarkan pesan di media sosial.
Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon menulis di Twitter: "Masalah sebesar dan sepenting Brexit tidak boleh sampai pada petisi - yang mengatakan, jika Anda frustrasi bahwa PM tidak mendengarkan, Anda dapat masuk ke sini."
Inggris memutuskan untuk keluar dari UE lewat referendum yang digelar pada 24 Juni 2016. Kala itu, hampir 52 persen rakyat Inggris memilih untuk meninggalkan UE.
Perdana Menteri Inggris saat itu David Cameron, yang telah berkampanye agar Inggris tetap bertahan di UE, mengakui "kehendak rakyat Inggris" dan mengundurkan diri keesokan paginya.
(ian)