Maduro Sebut Rusia Akan Pasok Obat-obatan ke Venezuela
A
A
A
CARACAS - Rusia minggu depan akan mulai mengirimkan pasokan medis dan membawa beberapa ton produk farmasi ke Venezuela. Hal itu dikatakan oleh Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
"Pihak berwenang Rusia telah mengumumkan bahwa minggu depan, beberapa ton berbagai obat-obatan dan zat-zat farmasi akan dikirimkan. Ini akan diadakan secara rutin. Minggu demi minggu," kata Maduro seperti dilansir dari Sputnik, Kamis (21/3/2019).
Hal itu diungkapkan Maduro dalam sebuah acara yang ditujukan untuk peluncuran kembali program nasional Venezuela bagi mengembangkan industri farmasi.
Maduro mencatat bahwa Venezuela memenuhi 70 persen dari permintaannya sendiri akan obat-obatan, dengan catatan bahwa ia mengharapkan mitra kunci Venezuela macam Belarus, China, Iran, Rusia dan Turki, membantu negara dengan memasok obat-obatan yang diperlukan.
"Kami terhubung oleh hubungan aliansi yang kuat," ujar Maduro yang pidatonya disiarkan melalui saluran Periscope-nya.
Rusia sendiri sebelumnya telah mengirimkan obat-obatan ke Venezuela pada awal tahun ini di tengah krisis politik dan ekonomi yang melanda negara itu.
Maduro mengatakan bahwa pengiriman semacam itu membantu mengembangkan sistem impor Venezuela, mencatat bahwa negara Amerika Selatan itu hidup di bawah kondisi blokade dan penganiayaan oleh pemerintah imperialistik Amerika Serikat dalam hal keuangan dan ekonomi.
Venezuela terjerembab ke dalam krisis politik setelah sebelumnya dihantam krisis ekonomi berkepanjangan. Situasi semakin meruncing setelah ketua Majelis Nasional, parlemen Venezuela, sekaligus pemimpin opisisi Juan Guaido memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido pun lantas mendapat pengakuan dari Amerika Serikat (AS), mayoritas negara Uni Eropa dan lusinan negara lainnya sebagai pemimpin negara itu yang sah.
Namun Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dengan gigih menolak seruan dari Guaido dan para pendukungnya untuk menyerahkan kekuasaan, bersikeras dia adalah korban dari kudeta yang diatur oleh AS.
Rusia, China, Turki, Kuba, dan negara-negara lain berpihak pada Presiden Nicolas Maduro yang terpilih dalam pemilu yang diboikot oposisi. Mereka memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak "campur tangan" dalam urusan dalam negeri negara Amerika Selatan itu.
Maduro mengatakan bahwa pengiriman semacam itu membantu mengembangkan sistem impor Venezuela, mencatat bahwa negara Amerika Selatan itu hidup di bawah kondisi blokade dan penganiayaan oleh pemerintah imperialistik Amerika Serikat dalam hal keuangan dan ekonomi.
Venezuela terjerembab ke dalam krisis politik setelah sebelumnya dihantam krisis ekonomi berkepanjangan. Situasi semakin meruncing setelah ketua Majelis Nasional, parlemen Venezuela, sekaligus pemimpin opisisi Juan Guaido memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido pun lantas mendapat pengakuan dari Amerika Serikat (AS), mayoritas negara Uni Eropa dan lusinan negara lainnya sebagai pemimpin negara itu yang sah.
Namun Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dengan gigih menolak seruan dari Guaido dan para pendukungnya untuk menyerahkan kekuasaan, bersikeras dia adalah korban dari kudeta yang diatur oleh AS.
Rusia, China, Turki, Kuba, dan negara-negara lain berpihak pada Presiden Nicolas Maduro yang terpilih dalam pemilu yang diboikot oposisi. Mereka memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak "campur tangan" dalam urusan dalam negeri negara Amerika Selatan itu.
"Pihak berwenang Rusia telah mengumumkan bahwa minggu depan, beberapa ton berbagai obat-obatan dan zat-zat farmasi akan dikirimkan. Ini akan diadakan secara rutin. Minggu demi minggu," kata Maduro seperti dilansir dari Sputnik, Kamis (21/3/2019).
Hal itu diungkapkan Maduro dalam sebuah acara yang ditujukan untuk peluncuran kembali program nasional Venezuela bagi mengembangkan industri farmasi.
Maduro mencatat bahwa Venezuela memenuhi 70 persen dari permintaannya sendiri akan obat-obatan, dengan catatan bahwa ia mengharapkan mitra kunci Venezuela macam Belarus, China, Iran, Rusia dan Turki, membantu negara dengan memasok obat-obatan yang diperlukan.
"Kami terhubung oleh hubungan aliansi yang kuat," ujar Maduro yang pidatonya disiarkan melalui saluran Periscope-nya.
Rusia sendiri sebelumnya telah mengirimkan obat-obatan ke Venezuela pada awal tahun ini di tengah krisis politik dan ekonomi yang melanda negara itu.
Maduro mengatakan bahwa pengiriman semacam itu membantu mengembangkan sistem impor Venezuela, mencatat bahwa negara Amerika Selatan itu hidup di bawah kondisi blokade dan penganiayaan oleh pemerintah imperialistik Amerika Serikat dalam hal keuangan dan ekonomi.
Venezuela terjerembab ke dalam krisis politik setelah sebelumnya dihantam krisis ekonomi berkepanjangan. Situasi semakin meruncing setelah ketua Majelis Nasional, parlemen Venezuela, sekaligus pemimpin opisisi Juan Guaido memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido pun lantas mendapat pengakuan dari Amerika Serikat (AS), mayoritas negara Uni Eropa dan lusinan negara lainnya sebagai pemimpin negara itu yang sah.
Namun Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dengan gigih menolak seruan dari Guaido dan para pendukungnya untuk menyerahkan kekuasaan, bersikeras dia adalah korban dari kudeta yang diatur oleh AS.
Rusia, China, Turki, Kuba, dan negara-negara lain berpihak pada Presiden Nicolas Maduro yang terpilih dalam pemilu yang diboikot oposisi. Mereka memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak "campur tangan" dalam urusan dalam negeri negara Amerika Selatan itu.
Maduro mengatakan bahwa pengiriman semacam itu membantu mengembangkan sistem impor Venezuela, mencatat bahwa negara Amerika Selatan itu hidup di bawah kondisi blokade dan penganiayaan oleh pemerintah imperialistik Amerika Serikat dalam hal keuangan dan ekonomi.
Venezuela terjerembab ke dalam krisis politik setelah sebelumnya dihantam krisis ekonomi berkepanjangan. Situasi semakin meruncing setelah ketua Majelis Nasional, parlemen Venezuela, sekaligus pemimpin opisisi Juan Guaido memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido pun lantas mendapat pengakuan dari Amerika Serikat (AS), mayoritas negara Uni Eropa dan lusinan negara lainnya sebagai pemimpin negara itu yang sah.
Namun Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dengan gigih menolak seruan dari Guaido dan para pendukungnya untuk menyerahkan kekuasaan, bersikeras dia adalah korban dari kudeta yang diatur oleh AS.
Rusia, China, Turki, Kuba, dan negara-negara lain berpihak pada Presiden Nicolas Maduro yang terpilih dalam pemilu yang diboikot oposisi. Mereka memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak "campur tangan" dalam urusan dalam negeri negara Amerika Selatan itu.
(ian)