Temui Menlu Yordania, Menlu RI Bahas Isu Palestina dan Bilateral
A
A
A
AMMAN - Isu Palestina dan bilateral menjadi topik utama pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi. Keduanya melakukan pertemuan di Ibu Kota Yordania, Amman.
Dalam pertemuan itu, Retno menyampaikan berbagai langkah yang dilakukan Indonesia dalam upaya untuk membantu perjuangan rakyat Palestina, baik secara politis maupun ekonomi, seperti memberikan tarif nol persen untuk beberapa produk ekspor Palestina ke Indonesia, memberikan bantuan keuangan dan peningkatan kapasitas.
Retno juga menyampaikan pelaksanaan Palestina week di Jakarta dan Bandung pada Oktober 2018. Even ini menunjukan dukungan kuat masyarakat Indonesia terhadap perjuangan Palestina.
“Indonesia dan Yordania memiliki kesamaan posisi untuk isu Palestina. Isu Palestina berada di jantung politik luar negeri Indonesia," kata Retno, seperti dikutip Sindonews dari siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (6/3).
Dia kemudian menyatakan bahwa ini merupakan kunjungan keempat ke Yordania dalam dua tahun terakhir. Seringnya kunjungan ke Yordania, ungkap Retno menunjukan bahwa hubungan Indonesia Jordan baik, dan tidak ada isu yang dapat memberatkan hubungan bilateral kedua negara dan menjadi dasar kuat untuk terus meningkatkan kerja sama khususnya di bidang ekonomi.
Dalam konteks hubungan bilateral, kedua Menlu membahas sejumlah isu, antara lain, perdagangan, investasi dan people to people contact.
Terkait bidang perdagangan, Retno mencatat positif adanya pertumbuhan, dengan nilai perdagangan tahun 2018 mencapai USD 299,52 juta, meningkat dua persen dibanding tahun 2017. Dibidang investasi, juga terlihat peningkatan investasi Jordan ke Indonesia lebih dari 50% dengan nilai investasi Jordan mencapai USD 3.8 juta pada tahun 2018.
Selain bidang perdagangan dan investasi, jumlah turis Indonesia ke Jordan juga terus mingkat mencapai sekitar 40 ribu orang pertahunnya. Untuk mengimbangi, ungkap Retno Indonesia terus melakukan promosi untuk menarik turis Jordan ke Indonesia.
“Peluang kerja sama ekonomi kedua negara terbuka lebar, kita harus terus dorong interaksi antar pengusaha untuk memanfaatkan peluang yang ada,” tukasnya.
Dalam pertemuan itu, Retno menyampaikan berbagai langkah yang dilakukan Indonesia dalam upaya untuk membantu perjuangan rakyat Palestina, baik secara politis maupun ekonomi, seperti memberikan tarif nol persen untuk beberapa produk ekspor Palestina ke Indonesia, memberikan bantuan keuangan dan peningkatan kapasitas.
Retno juga menyampaikan pelaksanaan Palestina week di Jakarta dan Bandung pada Oktober 2018. Even ini menunjukan dukungan kuat masyarakat Indonesia terhadap perjuangan Palestina.
“Indonesia dan Yordania memiliki kesamaan posisi untuk isu Palestina. Isu Palestina berada di jantung politik luar negeri Indonesia," kata Retno, seperti dikutip Sindonews dari siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (6/3).
Dia kemudian menyatakan bahwa ini merupakan kunjungan keempat ke Yordania dalam dua tahun terakhir. Seringnya kunjungan ke Yordania, ungkap Retno menunjukan bahwa hubungan Indonesia Jordan baik, dan tidak ada isu yang dapat memberatkan hubungan bilateral kedua negara dan menjadi dasar kuat untuk terus meningkatkan kerja sama khususnya di bidang ekonomi.
Dalam konteks hubungan bilateral, kedua Menlu membahas sejumlah isu, antara lain, perdagangan, investasi dan people to people contact.
Terkait bidang perdagangan, Retno mencatat positif adanya pertumbuhan, dengan nilai perdagangan tahun 2018 mencapai USD 299,52 juta, meningkat dua persen dibanding tahun 2017. Dibidang investasi, juga terlihat peningkatan investasi Jordan ke Indonesia lebih dari 50% dengan nilai investasi Jordan mencapai USD 3.8 juta pada tahun 2018.
Selain bidang perdagangan dan investasi, jumlah turis Indonesia ke Jordan juga terus mingkat mencapai sekitar 40 ribu orang pertahunnya. Untuk mengimbangi, ungkap Retno Indonesia terus melakukan promosi untuk menarik turis Jordan ke Indonesia.
“Peluang kerja sama ekonomi kedua negara terbuka lebar, kita harus terus dorong interaksi antar pengusaha untuk memanfaatkan peluang yang ada,” tukasnya.
(esn)