Tak Memperoleh Budak Seks, Pria Ini Menyesal Gabung ISIS

Selasa, 05 Maret 2019 - 08:06 WIB
Tak Memperoleh Budak...
Tak Memperoleh Budak Seks, Pria Ini Menyesal Gabung ISIS
A A A
DAMASKUS - Seorang pria militan ISIS asal Selandia Baru bernama Mark John Taylor mengaku menyesal bergabung dengan kelompok teror itu karena tidak mendapatkan wanita untuk dijadikan budak seks. Dia pernah dipenjara oleh kelompok tersebut setelah tak sengaja men-tweet lokasi rekan-rekannya sesama militan.

Taylor yang berusia 40-an tahun telah ditangkap pasukan Kurdi di Suriah. Dia mengatakan kepada wartawan dari sel penjaranya bahwa dia menyesal tidak mampu membeli wanita Yazidi untuk dijadikan budak seks. Dia berharap bisa kembali ke negara asalnya.

Para wanita dan anak gadis Yazidi, yang merupakan kelompok minoritas Irak, kerap menjadi sasaran pemerkosaan dan budak seks oleh kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi tersebut. Bagi kelompok itu, komunitas Yazidi dipandang sebagai "orang kafir".

Taylor bercerita tentang kekecewaannya bahwa seorang budak Yazidi begitu mahal.

"Untuk membeli seorang budak, Anda mencari setidaknya USD4.000 untuk membeli seorang wanita yang lebih tua, setidaknya 50 tahun," katanya kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC), yang dikutip Selasa (5/3/2019).

"Untuk membeli yang layak, setidaknya USD10.000 atau USD20.000," lanjut dia.

Mark Taylor adalah satu di antara setengah lusin orang Selandia Baru yang diduga bergabung dengan kelompok Islamic State atau ISIS.

Pria asal negeri Kiwi itu juga dikenal sebagai Mohammad Daniel dan Abu Abdul Rahman. Dia pernah membakar paspor Selandia Baru setelah membelot ke Suriah untuk memperjuangkan ISIS pada 2014.
Dia mengaku sudah menikahi dua wanita Suriah. Namun, pernikahan itu tidak berlangsung lama.

Ditantang oleh penyiar ABC tentang klaimnya bahwa dia tidak akan memaksa seorang budak untuk berhubungan seks, Taylor menjawab; "Tidak memaksa, tidak. Ini lebih seperti hubungan pacaran."

"Saya minta maaf karena menyebabkan terlalu banyak masalah dan menjadi sedikit 'panas' dan flamboyan dalam pendekatan saya. Saya tidak tahu apakah saya bisa kembali ke Selandia Baru, tetapi pada akhirnya itu benar-benar sesuatu yang harus saya lakukan. Hidup dengan sisa umur hidup saya," ujarnya.

Taylor mencapai ketenaran khususnya pada tahun 2014 ketika dia lupa mematikan fitur geo-tagging otomatis di akun Twitter-nya. Hal itu membuatnya tak sengaja mengungkapkan lokasi para militan ISIS.

Taylor, yang sebelumnya dilaporkan pernah mengacungkan senjata dan pisau, mengklaim dalam sebuah wawancara dengan ABC dari penjara bahwa dia sebenarnya bukan petempur. Dia mengaku telah bekerja untuk ISIS sebagai penjaga wilayah perbatasan yang memisahkan pasukan ISIS dan pasukan pemerintah Suriah.

Dia mengatakan kepada ABC bahwa dia telah dipenjara oleh ISIS tiga kali, yang salah satunya menghabiskan 50 hari di balik jeruji besi karena kesalahan dalam bermain Twitter.

Dia juga mengaku menyaksikan kelompok ISIS melakukan berbagai eksekusi, termasuk pemenggalan kepala. Bahkan, dia mengaku pernah melihat seorang wanita dikeluarkan dari truk dan ditembak di belakang kepala.

Taylor mengaku akan terkejut jika pemerintah Selandia Baru tidak akan menerimanya kembali walaupun dia berharap dirinya akan dipenjara oleh negara asalnya.

Pada tahun 2009 Taylor telah ditangkap oleh otoritas Pakistan ketika mencoba mengakses kelompok al-Qaeda dan Taliban di dekat perbatasan Afghanistan dengan negara tersebut. Hal itu membuatnya ditempatkan di bawah pembatasan perjalanan oleh Pemerintah Selandia Baru.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kepada media setempat pada hari Senin bahwa akan sulit bagi Taylor untuk pulang Selandia Baru, karena dia perlu mendapatkan dokumen perjalanan untuk melakukannya.

Otoritas negara itu mencatat Taylor sudah tidak memiliki paspor Selandia Baru. Ardern menambahkan bahwa sebagai warga negara Selandia Baru, Taylor memiliki hak berdasarkan hukum internasional.
(mas)
Berita Terkait
Rusia Pulangkan 145...
Rusia Pulangkan 145 Anak Militan ISIS dari Suriah dan Irak
Profil Abu al-Hassan...
Profil Abu al-Hassan al-Hashemi al-Quraishi, Pemimpin ISIS yang Meledakkan Dirinya Saat Dikepung
Denmark Tarik Pasukan...
Denmark Tarik Pasukan dari Suriah dan Irak, Ini Tujuannya
3 Negara Tetangga Indonesia...
3 Negara Tetangga Indonesia Penghasil Militan ISIS Terbanyak
Daftar Negara Asia Tengah...
Daftar Negara Asia Tengah dengan Jumlah Militan ISIS Terbanyak
Selandia Baru akan Terima...
Selandia Baru akan Terima Kembali Warganya yang Diduga Gabung ISIS
Berita Terkini
Guru Australia dan Indonesia...
Guru Australia dan Indonesia Perkuat Hubungan
45 menit yang lalu
Iran Ancam Netanyahu:...
Iran Ancam Netanyahu: Setiap Aksi Permusuhan akan Dibalas dengan Respons Menghancurkan
1 jam yang lalu
Angkatan Udara Rusia...
Angkatan Udara Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur Su-27 Ukraina
2 jam yang lalu
Pemukim Israel Bangun...
Pemukim Israel Bangun Jalan Baru saat Tentara Curi Uang di Rumah-rumah Warga Palestina
3 jam yang lalu
Houthi Akui Serang Kapal...
Houthi Akui Serang Kapal Induk AS Harry S Truman di Laut Merah
4 jam yang lalu
3 Negara yang Memperebutkan...
3 Negara yang Memperebutkan Kashmir, Siapa yang Berhak?
4 jam yang lalu
Infografis
3 Penyebab Para Jenderal...
3 Penyebab Para Jenderal Israel Sudah Tak Ingin Serang Gaza
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved