Soal Keputusan Inggris, Hizbullah: Mereka Hanya Pelayan AS
A
A
A
BEIRUT - Hizbullah melemparkan kecaman keras kepada Inggris, setelah pada awal pekan ini London melarang operasi dan memasukan sayap politik mereka kedalam daftar kelompok teroris. Hizbullah menyebut keputusan Inggris ini sebagai upaya London menyenangkan Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengatakan mereka gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel dan menggambarkan langkah Inggris sebagai penghinaan terhadap perasaan, simpati dan kehendak rakyat Lebanon yang mempertimbangkan Hizbullah sebagai kekuatan politik dan populer utama.
"Hizbullah melihat dalam keputusan ini bentukna kepatuhan kepada pemerintah AS, mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris hanyalah pengikut dalam pelayanan tuannya di Amerika," kata Hizbullah, seperti dilansir Reuters pada Jumat (1/3).
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid mengatakan, keputusan ini diambil karena sulit membedakan mana sayap politik dan militer Hizbullah, yang menurutnya berkontribusi pada tidak stabilnya situasi di Timur Tengah.
"Hizbullah terus berupaya untuk mengacaukan situasi rapuh di Timur Tengah dan kami tidak lagi dapat membedakan antara sayap militer mereka yang sudah dilarang dan partai politik. Karena itu, saya telah mengambil keputusan untuk melarang kelompok itu dalam keseluruhannya," ucap Javid.
Namun, keputusan Javid belum sepenuhnya resmi, karena masih membutuhkan persetujuan dari Parlemen Inggris untuk dapat disahkan.
Menteri Luar Negeri Lebanon, Gebran Bassil yang turut berkomentar mengenai keputusan ini menyebut gerakan perlawanan tidak sama dengan terorisme. "Jika seluruh dunia berdiri dan mengatakan perlawanan itu terorisme, ini tidak menjadikannya terorisme, sejauh menyangkut orang Lebanon," kata Bassil.
Dia kemudian mengatakan, dia tidak berpandangan bahwa keputusan Inggris itu akan mempengaruhi hubungan antara Beirut dan London, meskipun Hizbullah memiliki peran dalam pemerintahan Lebanon.
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengatakan mereka gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel dan menggambarkan langkah Inggris sebagai penghinaan terhadap perasaan, simpati dan kehendak rakyat Lebanon yang mempertimbangkan Hizbullah sebagai kekuatan politik dan populer utama.
"Hizbullah melihat dalam keputusan ini bentukna kepatuhan kepada pemerintah AS, mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris hanyalah pengikut dalam pelayanan tuannya di Amerika," kata Hizbullah, seperti dilansir Reuters pada Jumat (1/3).
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid mengatakan, keputusan ini diambil karena sulit membedakan mana sayap politik dan militer Hizbullah, yang menurutnya berkontribusi pada tidak stabilnya situasi di Timur Tengah.
"Hizbullah terus berupaya untuk mengacaukan situasi rapuh di Timur Tengah dan kami tidak lagi dapat membedakan antara sayap militer mereka yang sudah dilarang dan partai politik. Karena itu, saya telah mengambil keputusan untuk melarang kelompok itu dalam keseluruhannya," ucap Javid.
Namun, keputusan Javid belum sepenuhnya resmi, karena masih membutuhkan persetujuan dari Parlemen Inggris untuk dapat disahkan.
Menteri Luar Negeri Lebanon, Gebran Bassil yang turut berkomentar mengenai keputusan ini menyebut gerakan perlawanan tidak sama dengan terorisme. "Jika seluruh dunia berdiri dan mengatakan perlawanan itu terorisme, ini tidak menjadikannya terorisme, sejauh menyangkut orang Lebanon," kata Bassil.
Dia kemudian mengatakan, dia tidak berpandangan bahwa keputusan Inggris itu akan mempengaruhi hubungan antara Beirut dan London, meskipun Hizbullah memiliki peran dalam pemerintahan Lebanon.
(esn)