Maduro Ambil 8 Ton Emas dari Bank Sentral Venezuela
A
A
A
CARACAS - Setidaknya delapan ton emas dilaporkan diambil atau ditarik dari bank sentral Venezuela atas perintah Presiden Nicolas Maduro Moros. Para kritikus bersikeras bahwa Maduro melakukan itu dalam upaya untuk menyelundupkannya ke luar negeri.
Anggota parlemen Angel Daniel Alvarado Rangel dari Democratic Unity Roundtable (MUD), koalisi oposisi di parlemen Venezuela, mengatakan kepada Reuters, Kamis (28/2/2019), bahwa emas telah diambil dengan kendaraan pemerintah antara hari Rabu dan Jumat pekan lalu.
Alvarado dan tiga sumber pemerintah lainnya mengklaim bahwa pada saat ekstraksi, presiden bank sentral Venezuela Calixto Ortego sedang bepergian ke luar negeri dan tidak ada penjaga keamanan reguler di gedung itu.
Alvarado berpendapat bahwa emas itu akan dijual di luar negeri secara ilegal, tetapi dia tidak menjelaskan ke negara mana emas itu akan diangkut atau siapa yang akan membelinya.
Dua minggu lalu, Presiden Maduro mengritik Bank of England yang telah membekukan sekitar 80 ton emas Venezuela. Dia berharap emas-emas negaranya tidak akan dirampok, karena secara hukum emas 80 ton itu menjadi milik Venezuela.
Krisis konstitusi yang mendalam di Venezuela mencapai puncaknya bulan lalu ketika pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara. Guaido menyerukan pengunduran diri Maduro dan menyerukan pemilihan umum (pemilu) baru.
Sekadar diketahui, Venezuela sejatinya sudah menggelar pemilu 2018 lalu dan kubu Maduro menjadi pemenang. Kemenangan itu membuat Maduro terpilih kembali sebagai presiden. Namun, oposisi tidak mengakui pemilu 2018 dengan alasan sarat kecurangan.
Amerika Serikat, bersama dengan serentetan negara-negara Barat lainnya yang telah lama menentang kepemimpinan sayap kiri Maduro dan pendahulunya Hugo Chavez, telah mengakui Guaido sebagai pemimpin negara kaya minyak tersebut. Namun, Rusia, China, Meksiko, Turki, dan beberapa negara lain tetap mendukung Maduro sebagai presiden yang terpilih melalui pemilu 2018.
Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap sekutu-sekutu Maduro dan perusahaan minyak raksasa negara itu, PDVSA, dengan membekukan aset perusahaan senilai USD7 miliar. Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan sanksi itu akan merugikan pemerintah Maduro, karena penghasilan tambahan USD11 miliar dari hasil ekspor negara itu hilang.
Wakil Presiden AS Mike Pence menyerukan kepada anggota Kelompok Lima—sebuah blok negara yang bertujuan untuk mengatasi erosi demokrasi di bawah rezim Maduro—untuk memblokir aset-aset PDVSA dan untuk mengalihkan kepemilikan aset-aset Venezuela di pemerintahan Guaido.
Akhir bulan lalu, muncul laporan bahwa Bank of England—bank sentral Inggris—telah menolak permintaan pejabat Maduro untuk menarik emas senilai lebih dari USD1 juta setelah pejabat AS melobi rekan-rekan mereka di Inggris untuk membantu memotong aset pemerintah Maduro di luar negeri.
Maduro percaya bahwa Bank of England telah memblokir akses kurang lebih 80 ton emas Venezuela. Dalam sebuah wawancara dengan BBC pada 12 Februari lalu, dia berharap emas-emas negaranya tidak dirampok, karena secara hukum emas-emas itu milik bank sentral Venezuela.
Anggota parlemen Angel Daniel Alvarado Rangel dari Democratic Unity Roundtable (MUD), koalisi oposisi di parlemen Venezuela, mengatakan kepada Reuters, Kamis (28/2/2019), bahwa emas telah diambil dengan kendaraan pemerintah antara hari Rabu dan Jumat pekan lalu.
Alvarado dan tiga sumber pemerintah lainnya mengklaim bahwa pada saat ekstraksi, presiden bank sentral Venezuela Calixto Ortego sedang bepergian ke luar negeri dan tidak ada penjaga keamanan reguler di gedung itu.
Alvarado berpendapat bahwa emas itu akan dijual di luar negeri secara ilegal, tetapi dia tidak menjelaskan ke negara mana emas itu akan diangkut atau siapa yang akan membelinya.
Dua minggu lalu, Presiden Maduro mengritik Bank of England yang telah membekukan sekitar 80 ton emas Venezuela. Dia berharap emas-emas negaranya tidak akan dirampok, karena secara hukum emas 80 ton itu menjadi milik Venezuela.
Krisis konstitusi yang mendalam di Venezuela mencapai puncaknya bulan lalu ketika pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara. Guaido menyerukan pengunduran diri Maduro dan menyerukan pemilihan umum (pemilu) baru.
Sekadar diketahui, Venezuela sejatinya sudah menggelar pemilu 2018 lalu dan kubu Maduro menjadi pemenang. Kemenangan itu membuat Maduro terpilih kembali sebagai presiden. Namun, oposisi tidak mengakui pemilu 2018 dengan alasan sarat kecurangan.
Amerika Serikat, bersama dengan serentetan negara-negara Barat lainnya yang telah lama menentang kepemimpinan sayap kiri Maduro dan pendahulunya Hugo Chavez, telah mengakui Guaido sebagai pemimpin negara kaya minyak tersebut. Namun, Rusia, China, Meksiko, Turki, dan beberapa negara lain tetap mendukung Maduro sebagai presiden yang terpilih melalui pemilu 2018.
Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap sekutu-sekutu Maduro dan perusahaan minyak raksasa negara itu, PDVSA, dengan membekukan aset perusahaan senilai USD7 miliar. Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan sanksi itu akan merugikan pemerintah Maduro, karena penghasilan tambahan USD11 miliar dari hasil ekspor negara itu hilang.
Wakil Presiden AS Mike Pence menyerukan kepada anggota Kelompok Lima—sebuah blok negara yang bertujuan untuk mengatasi erosi demokrasi di bawah rezim Maduro—untuk memblokir aset-aset PDVSA dan untuk mengalihkan kepemilikan aset-aset Venezuela di pemerintahan Guaido.
Akhir bulan lalu, muncul laporan bahwa Bank of England—bank sentral Inggris—telah menolak permintaan pejabat Maduro untuk menarik emas senilai lebih dari USD1 juta setelah pejabat AS melobi rekan-rekan mereka di Inggris untuk membantu memotong aset pemerintah Maduro di luar negeri.
Maduro percaya bahwa Bank of England telah memblokir akses kurang lebih 80 ton emas Venezuela. Dalam sebuah wawancara dengan BBC pada 12 Februari lalu, dia berharap emas-emas negaranya tidak dirampok, karena secara hukum emas-emas itu milik bank sentral Venezuela.
(mas)