Kedok Intervensi Militer, Rusia Curigai Bantuan Kemanusiaan AS
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengungkapkan keraguannya atas niat Amerika Serikat (AS) untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Venezuela yang dijadwalkan pada akhir pekan ini.
"Jika penyelenggara benar-benar hanya ingin memberikan semacam bantuan kemanusiaan kepada yang membutuhkan, mengapa tidak menggunakan badan khusus PBB yang memiliki pengalaman luas dan tak ternilai dalam melakukan operasi seperti itu?" tanya Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (22/2/2019).
Zakharova mengulangi peringatan Rusia Kamis lalu terhadap langkah AS untuk menggunakan pengiriman bantuan kemanusiaan sebagai dalih intervensi militer.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menyebut intervensi militer sebagai kemungkinan dari sejumlah pilihan yang dapat ia gunakan untuk membantu menyelesaikan krisis di Venezuela.
Krisi politik di Venezuela semakin dalam setelah tokoh oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai pejabat presiden pada 23 Januari lalu. Sebagai pemimpin parlemen ia mengatakan mempunyai kuasa untuk melakukan hal itu karena pemilu lalu yang dimenangkan oleh Nicolas Maduro tidak sah.
Amerika Serikat (AS) pun dengan cepat mengakui Guaido sebagai presiden sementara negara yang kaya akan minyak itu. Langkah AS diikuti oleh sejumlah negara lainnya macam Australia, negara-negara anggota Grup Lima (kecuali Meksiko), dan parlemen Eropa.
Maduro pun tidak mengakui deklarasi itu dan memutuskan hubungan diplomatik dengan AS. Ia juga menolak bantuan kemanusiaan yang dianggap akan menjadi pintu masuk intervensi asing.
Maduro mendapat dukungan dari Turki, Rusia, Iran, Kuba, China, dan Bolivia.
"Jika penyelenggara benar-benar hanya ingin memberikan semacam bantuan kemanusiaan kepada yang membutuhkan, mengapa tidak menggunakan badan khusus PBB yang memiliki pengalaman luas dan tak ternilai dalam melakukan operasi seperti itu?" tanya Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (22/2/2019).
Zakharova mengulangi peringatan Rusia Kamis lalu terhadap langkah AS untuk menggunakan pengiriman bantuan kemanusiaan sebagai dalih intervensi militer.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menyebut intervensi militer sebagai kemungkinan dari sejumlah pilihan yang dapat ia gunakan untuk membantu menyelesaikan krisis di Venezuela.
Krisi politik di Venezuela semakin dalam setelah tokoh oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai pejabat presiden pada 23 Januari lalu. Sebagai pemimpin parlemen ia mengatakan mempunyai kuasa untuk melakukan hal itu karena pemilu lalu yang dimenangkan oleh Nicolas Maduro tidak sah.
Amerika Serikat (AS) pun dengan cepat mengakui Guaido sebagai presiden sementara negara yang kaya akan minyak itu. Langkah AS diikuti oleh sejumlah negara lainnya macam Australia, negara-negara anggota Grup Lima (kecuali Meksiko), dan parlemen Eropa.
Maduro pun tidak mengakui deklarasi itu dan memutuskan hubungan diplomatik dengan AS. Ia juga menolak bantuan kemanusiaan yang dianggap akan menjadi pintu masuk intervensi asing.
Maduro mendapat dukungan dari Turki, Rusia, Iran, Kuba, China, dan Bolivia.
(ian)