Presiden Iran: Sanksi AS adalah 'Perang Ekonomi'
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran , Hassan Rouhani, menggambarkan sanksi Amerika Serikat (AS) sebagai perang ekonomi yang sedang dilakukan terhadap Teheran. Ia lantas menekankan bahwa perang ekonomi lebih sulit daripada perang militer.
Hal itu diungkapkan Rouhani ketika meresmikan fase ketiga dan terakhir dari kilang Bintang Teluk Persia yang dibangun di kota pelabuhan Teluk Persia, Bandar Abbas. Pembangunan kilang dimulai pada 2006 dan sekarang memiliki kapasitas 400 ribu barel per hari, yang berjumlah sekitar 20 persen dari 2,1 juta barel kapasitas penyulingan harian Iran.
Rouhani memuji pembangunan tersebut, mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa pembangunan itu datang meskipun Amerika menjatuhkan sanksi paling keras terhadap Iran.
Pemerintahan Trump tahun lalu menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran, dengan menargetkan sektor minyak yang vital.
"Kami telah meresmikan proyek-proyek nasional besar dalam situasi ini," kata Rouhani pada upacara peresmian itu seperti dikutip dari Washington Times, Selasa (19/2/2019).
Ia menambahkan bahwa pembangunan ini terjadi terlepas dari upaya AS, Israel dan sekutu mereka untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menepis laporan AS soal mantan spesialis kontra-intelijen Angkatan Udara AS yang membelot ke Iran meskipun ada peringatan dari FBI. Monica Elfriede Witt (39) telah dituduh mengungkapkan informasi rahasia kepada pemerintah Teheran, termasuk nama kode dan misi rahasia program Pentagon.
Baca Juga: Membelot ke Iran, Eks Perwira Intelijen Berbalik Mata-matai AS
"Saya pikir itu tidak benar, dan itu adalah propaganda media yang ditujukan untuk Iran," kata Bahram Ghasemi tanpa menjelaskan secara spesifik.
Hal itu diungkapkan Rouhani ketika meresmikan fase ketiga dan terakhir dari kilang Bintang Teluk Persia yang dibangun di kota pelabuhan Teluk Persia, Bandar Abbas. Pembangunan kilang dimulai pada 2006 dan sekarang memiliki kapasitas 400 ribu barel per hari, yang berjumlah sekitar 20 persen dari 2,1 juta barel kapasitas penyulingan harian Iran.
Rouhani memuji pembangunan tersebut, mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa pembangunan itu datang meskipun Amerika menjatuhkan sanksi paling keras terhadap Iran.
Pemerintahan Trump tahun lalu menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran, dengan menargetkan sektor minyak yang vital.
"Kami telah meresmikan proyek-proyek nasional besar dalam situasi ini," kata Rouhani pada upacara peresmian itu seperti dikutip dari Washington Times, Selasa (19/2/2019).
Ia menambahkan bahwa pembangunan ini terjadi terlepas dari upaya AS, Israel dan sekutu mereka untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menepis laporan AS soal mantan spesialis kontra-intelijen Angkatan Udara AS yang membelot ke Iran meskipun ada peringatan dari FBI. Monica Elfriede Witt (39) telah dituduh mengungkapkan informasi rahasia kepada pemerintah Teheran, termasuk nama kode dan misi rahasia program Pentagon.
Baca Juga: Membelot ke Iran, Eks Perwira Intelijen Berbalik Mata-matai AS
"Saya pikir itu tidak benar, dan itu adalah propaganda media yang ditujukan untuk Iran," kata Bahram Ghasemi tanpa menjelaskan secara spesifik.
(ian)