Terpojok, 'Kekhalifahan' ISIS di Suriah di Ambang Tamat
A
A
A
NEAR BAGHOUZ - Pasukan oposisi Suriah yang didukung Amerika Serikat (AS) siap untuk merebut kantong kecil terakhir Islamic State atau ISIS di Sungai Eufrat. Seorang komandan pasukan oposisi menyatakan pertempuran pada hari Sabtu membawa "kekhalifahan" kelompok itu ke akhir riwayatnya.
Jiya Furat, seorang komandan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mengatakan kelompok militan ISIS telah terpojok di lingkungan desa Baghouz, dekat perbatasan Irak. Kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu terus mendapat serangan dari berbagai pihak.
"Dalam beberapa hari mendatang, dalam waktu yang sangat singkat, kami akan menyebarkan poin bagus ke akhir (riwayat) Daesh," katanya, menggunakan akronim Arab untuk ISIS, seperti dikutip Reuters, Minggu (17/2/2019).
Furat mengungkap nasib kelompok radikal tersebut setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa akan ada "pengumuman besar" tentang Suriah selama 24 jam ke depan.
Trump telah bersumpah untuk menarik pasukan AS dari Suriah setelah kekalahan teritorial ISIS. Namun, keputusan itu memicu pertanyaan tentang nasib sekutunya, pasukan Kurdi, dan keterlibatan Turki di Suriah timur laut.
Ketika SDF bergerak maju dengan dukungan serangan udara AS dalam beberapa hari terakhir, para warga sipil yang mendiami dusun dan area pertanian beberapa mil persegi tetap dalam "cengkeraman" ISIS. Mereka bersama dengan para militan yang kalah berusaha melarikan diri tanpa diketahui.
Sekadar diketahui, ISIS mendeklarasikan kekhalifahannya di sebagian wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014. Deklarasi itu disampaikan Abu Bakr al-Baghdadi yang memproklamirkan diri sebagai khalifah.
Baghdadi yang nasibnya kini dalam pelarian, telah mendirikan sistem pemerintahan dengan pengadilan, mata uang dan bendera sendiri dengan wilayah yang membentang dari barat laut Suriah hingga ke wilayah Irak yang hampir mencapai Baghdad. Wilayah yang diduduki ISIS kala itu juga mencakup sekitar 2 juta penduduk.
Tetapi pemerintahannya ala Baghdadi diwarnai teror terhadap minoritas dan musuh yang ditandai dengan pembantaian, perbudakan seksual dan pemenggalan sandera. Hal itu memicu respons militer internasional.
Menurut SDF, sebagian besar militan ISIS yang tersisa di Baghouz adalah orang asing. Furat menambahkan, wilayah yang jadi persembunyian akhir ISIS di Suriah saat ini hanya sekitar 700 meter persegi. "Ribuan warga sipil masih terjebak di sana sebagai perisai manusia," katanya.
Juru bicara SDF Mustafa Bali mengatakan pasukan SDF telah menangkap beberapa gerilyawan yang berusaha melarikan diri di antara warga sipil. Sedangkan yang lainnya menyerahkan diri.
Jiya Furat, seorang komandan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mengatakan kelompok militan ISIS telah terpojok di lingkungan desa Baghouz, dekat perbatasan Irak. Kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu terus mendapat serangan dari berbagai pihak.
"Dalam beberapa hari mendatang, dalam waktu yang sangat singkat, kami akan menyebarkan poin bagus ke akhir (riwayat) Daesh," katanya, menggunakan akronim Arab untuk ISIS, seperti dikutip Reuters, Minggu (17/2/2019).
Furat mengungkap nasib kelompok radikal tersebut setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa akan ada "pengumuman besar" tentang Suriah selama 24 jam ke depan.
Trump telah bersumpah untuk menarik pasukan AS dari Suriah setelah kekalahan teritorial ISIS. Namun, keputusan itu memicu pertanyaan tentang nasib sekutunya, pasukan Kurdi, dan keterlibatan Turki di Suriah timur laut.
Ketika SDF bergerak maju dengan dukungan serangan udara AS dalam beberapa hari terakhir, para warga sipil yang mendiami dusun dan area pertanian beberapa mil persegi tetap dalam "cengkeraman" ISIS. Mereka bersama dengan para militan yang kalah berusaha melarikan diri tanpa diketahui.
Sekadar diketahui, ISIS mendeklarasikan kekhalifahannya di sebagian wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014. Deklarasi itu disampaikan Abu Bakr al-Baghdadi yang memproklamirkan diri sebagai khalifah.
Baghdadi yang nasibnya kini dalam pelarian, telah mendirikan sistem pemerintahan dengan pengadilan, mata uang dan bendera sendiri dengan wilayah yang membentang dari barat laut Suriah hingga ke wilayah Irak yang hampir mencapai Baghdad. Wilayah yang diduduki ISIS kala itu juga mencakup sekitar 2 juta penduduk.
Tetapi pemerintahannya ala Baghdadi diwarnai teror terhadap minoritas dan musuh yang ditandai dengan pembantaian, perbudakan seksual dan pemenggalan sandera. Hal itu memicu respons militer internasional.
Menurut SDF, sebagian besar militan ISIS yang tersisa di Baghouz adalah orang asing. Furat menambahkan, wilayah yang jadi persembunyian akhir ISIS di Suriah saat ini hanya sekitar 700 meter persegi. "Ribuan warga sipil masih terjebak di sana sebagai perisai manusia," katanya.
Juru bicara SDF Mustafa Bali mengatakan pasukan SDF telah menangkap beberapa gerilyawan yang berusaha melarikan diri di antara warga sipil. Sedangkan yang lainnya menyerahkan diri.
(mas)