Saingi AS, China Ingin Kapal Induknya Pakai Ketapel Elektromagnetik
A
A
A
BEIJING - China berencana menggunakan sistem ketapel elektromagnetik pada kapal induknya dalam langkah untuk menyaingi kecanggihan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Amerika Serikat sudah menerapkan sistem itu pada kapal induk USS Gerald Ford untuk melontarkan jet-jet tempur.
Sistem itu akan diterapkan pada Liaoning, satu-satunya kapal induk Beijing yang operasional. Menurut laporan South China Morning Post, teknologi futuristik tersebut akan diterapkan China pada Liaoning sebelum kapal-kapal induk generasi baru memasuki layanan militer.
Type 001A, sebuah kapal induk China (Tiongkok) baru akan memasuki layanan militer akhir tahun ini. Sedangkan Type 002 yang konstruksinya telah dimulai tahun lalu dijadwalkan akan diluncurkan pada tahun 2025.
Liaoning yang dibangun oleh Soviet dan dibeli China dari Ukraina memungkinan untuk dilengkapi ketapel elektromagnetik. "Ini akan membuat Liaoning menjadi platform pelatihan untuk menerbangkan pesawat tempur untuk kapal induk generasi berikutnya China, Type 002," kata seorang perwira Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA-N), yang ingin ditulis anonim, kepada South China Morning Post.
Saat ini, jet-jet tempur Beijing dilontarkan dari Liaoning dengan teknologi ketapel uap. Teknologi elektromagnetik memanfaatkan arus listrik untuk menghasilkan medan magnet yang menggerakkan pesawat terbang dengan carriage berkecepatan tinggi.
Beijing juga ingin memiliki setidaknya empat kapal induk—yang diharapkan akan dilengkapi dengan ketapel elektromagnetik—yang beroperasi pada tahun 2035.
"China perlu melatih pilot berbasis kapal induk untuk lepas landas dari sistem ketapel elektromagnetik dan mendarat di platform mengambang dan bergetar ketika kapal induk berada dalam kecepatan penuh, yang dekat dengan pelatihan pertempuran nyata," kata pakar militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming, yang dilansir Senin (11/2/2019).
Tetapi, lanjut Zhou, pilot Angkatan Laut Tiongkok jauh tertinggal dari AS dan sekutunya di bidang pelatihan yang penting.
"Seorang pilot pesawat tempur profesional berbasis kapal induk membutuhkan setidaknya 10.000 jam pelatihan di darat dan di atas kapal, sementara pelatihan saat ini untuk pilot China terbatas pada sistem peluncuran elektromagnetik yang disimulasikan di darat di dekat Teluk Bohai (di perairan dalam dari Laut Kuning)," katanya.
"Jika pilot Tiongkok sekarang mulai tinggal landas dan pelatihan pendaratan dengan peluncur elektromagnetik di atas kapal, mereka akan membutuhkan setidaknya empat tahun untuk memenuhi tujuan (10.000 jam)."
Beijing ingin memperluas kapal induknya untuk mencapai ambisi global Angkatan Laut-nya dan mempertahankan kepentingan luar negerinya yang semakin besar. Presiden China Xi Jinping telah menjadikan ekspansi dan modernisasi Angkatan Laut sebagai tujuan utama.
Sistem itu akan diterapkan pada Liaoning, satu-satunya kapal induk Beijing yang operasional. Menurut laporan South China Morning Post, teknologi futuristik tersebut akan diterapkan China pada Liaoning sebelum kapal-kapal induk generasi baru memasuki layanan militer.
Type 001A, sebuah kapal induk China (Tiongkok) baru akan memasuki layanan militer akhir tahun ini. Sedangkan Type 002 yang konstruksinya telah dimulai tahun lalu dijadwalkan akan diluncurkan pada tahun 2025.
Liaoning yang dibangun oleh Soviet dan dibeli China dari Ukraina memungkinan untuk dilengkapi ketapel elektromagnetik. "Ini akan membuat Liaoning menjadi platform pelatihan untuk menerbangkan pesawat tempur untuk kapal induk generasi berikutnya China, Type 002," kata seorang perwira Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA-N), yang ingin ditulis anonim, kepada South China Morning Post.
Saat ini, jet-jet tempur Beijing dilontarkan dari Liaoning dengan teknologi ketapel uap. Teknologi elektromagnetik memanfaatkan arus listrik untuk menghasilkan medan magnet yang menggerakkan pesawat terbang dengan carriage berkecepatan tinggi.
Beijing juga ingin memiliki setidaknya empat kapal induk—yang diharapkan akan dilengkapi dengan ketapel elektromagnetik—yang beroperasi pada tahun 2035.
"China perlu melatih pilot berbasis kapal induk untuk lepas landas dari sistem ketapel elektromagnetik dan mendarat di platform mengambang dan bergetar ketika kapal induk berada dalam kecepatan penuh, yang dekat dengan pelatihan pertempuran nyata," kata pakar militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming, yang dilansir Senin (11/2/2019).
Tetapi, lanjut Zhou, pilot Angkatan Laut Tiongkok jauh tertinggal dari AS dan sekutunya di bidang pelatihan yang penting.
"Seorang pilot pesawat tempur profesional berbasis kapal induk membutuhkan setidaknya 10.000 jam pelatihan di darat dan di atas kapal, sementara pelatihan saat ini untuk pilot China terbatas pada sistem peluncuran elektromagnetik yang disimulasikan di darat di dekat Teluk Bohai (di perairan dalam dari Laut Kuning)," katanya.
"Jika pilot Tiongkok sekarang mulai tinggal landas dan pelatihan pendaratan dengan peluncur elektromagnetik di atas kapal, mereka akan membutuhkan setidaknya empat tahun untuk memenuhi tujuan (10.000 jam)."
Beijing ingin memperluas kapal induknya untuk mencapai ambisi global Angkatan Laut-nya dan mempertahankan kepentingan luar negerinya yang semakin besar. Presiden China Xi Jinping telah menjadikan ekspansi dan modernisasi Angkatan Laut sebagai tujuan utama.
(mas)