Wapres AS Janji Tingkatkan Tekanan untuk Gulingkan Maduro
A
A
A
DORAL - Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Mike Pence berjanji untuk meningkatkan tekanan untuk membantu opsosisi dalam menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros. Komitmen itu disampaikan setelah dia mendengarkan kisah-kisah pelecehan dan penyiksaan para warga Venezuela yang melarikan diri ke Amerika Serikat.
Dalam kunjungan ke komunitas terbesar Venezuela di pengasingan di Amerika Serikat, Pence yang diapit empat politisi terkemuka Republik asal Florida, menolak seruan untuk melakukan pembicaraan dengan Maduro. Dia mengatakan semua opsi ada di atas meja untuk memaksa penguasa negara kaya minyak itu lengser.
"Ini bukan waktunya untuk berdialog. Ini saatnya untuk bertindak," kata Pence di hadapan ratusan orang dalam sebuah pertemuan umum di sebuah gereja lokal, di mana kebanyakan dari mereka melambaikan bendera Venezuela dan berteriak, "Libertad!".
"Waktunya telah tiba untuk mengakhiri kediktatoran Maduro untuk selamanya," kata Pence, dikutip Reuters, Sabtu (2/2/2019). Pence menjadi salah satu tokoh terkuat di pemerintahan Donald Trump yang menyerukan perlawanaan terhadap rezim Maduro.
Pemerintah Presiden Donald Trump telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Sebagian besar negara-negara Amerika Latin juga melakukan hal yang sama. Sedangkan pemerintah Eropa juga memberikan dukungannya di belakang Guaido, meskipun lebih hati-hati.
Beda halnya dengan Rusia dan China yang mendukung Maduro sebagai presiden yang terpilih melalui pemilu 2018. Maduro sendiri menyatakan pengakuan Washington bahwa Ketua Majelis Nasional (Parlemen) Juan Guaido sebagai presiden adalah percobaan kudeta yang didukung AS.
Opsisi Venezuela tidak mengakui pemilu 2018 yang dimenangkan kubu Maduro. Alasannya, pemilu dicurangi kubu petahana yang berhaluan sosialis. AS dan sekutu-sekutunya mendukung klaim oposisi tersebut.
Beberapa negara Amerika Latin, termasuk Meksiko dan Uruguay, telah menawarkan diri untuk menengahi krisis politik di Venezuela.
Maduro adalah anak didik mendiang Presiden Hugo Chavez. Di bawah pemerintahannya, negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang parah, di mana lebih dari 3 juta warga Venezuela telah melarikan diri dari negaranya karena kekurangan makanan dan obat-obatan dan hiperinflasi.
Pence mengatakan Amerika Serikat berupaya menyalurkan lebih banyak bantuan kepada pengungsi Venezuela. Departemen Luar Negeri AS pada pekan lalu menjanjikan bantuan baru senilai USD20.
"Amerika Serikat siap untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Venezuela juga yang ada di Venezuela," kata Pence, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan bekerja sama dengan Majelis Nasional yang dikelola oposisi untuk melakukannya.
Dalam kunjungan ke komunitas terbesar Venezuela di pengasingan di Amerika Serikat, Pence yang diapit empat politisi terkemuka Republik asal Florida, menolak seruan untuk melakukan pembicaraan dengan Maduro. Dia mengatakan semua opsi ada di atas meja untuk memaksa penguasa negara kaya minyak itu lengser.
"Ini bukan waktunya untuk berdialog. Ini saatnya untuk bertindak," kata Pence di hadapan ratusan orang dalam sebuah pertemuan umum di sebuah gereja lokal, di mana kebanyakan dari mereka melambaikan bendera Venezuela dan berteriak, "Libertad!".
"Waktunya telah tiba untuk mengakhiri kediktatoran Maduro untuk selamanya," kata Pence, dikutip Reuters, Sabtu (2/2/2019). Pence menjadi salah satu tokoh terkuat di pemerintahan Donald Trump yang menyerukan perlawanaan terhadap rezim Maduro.
Pemerintah Presiden Donald Trump telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Sebagian besar negara-negara Amerika Latin juga melakukan hal yang sama. Sedangkan pemerintah Eropa juga memberikan dukungannya di belakang Guaido, meskipun lebih hati-hati.
Beda halnya dengan Rusia dan China yang mendukung Maduro sebagai presiden yang terpilih melalui pemilu 2018. Maduro sendiri menyatakan pengakuan Washington bahwa Ketua Majelis Nasional (Parlemen) Juan Guaido sebagai presiden adalah percobaan kudeta yang didukung AS.
Opsisi Venezuela tidak mengakui pemilu 2018 yang dimenangkan kubu Maduro. Alasannya, pemilu dicurangi kubu petahana yang berhaluan sosialis. AS dan sekutu-sekutunya mendukung klaim oposisi tersebut.
Beberapa negara Amerika Latin, termasuk Meksiko dan Uruguay, telah menawarkan diri untuk menengahi krisis politik di Venezuela.
Maduro adalah anak didik mendiang Presiden Hugo Chavez. Di bawah pemerintahannya, negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang parah, di mana lebih dari 3 juta warga Venezuela telah melarikan diri dari negaranya karena kekurangan makanan dan obat-obatan dan hiperinflasi.
Pence mengatakan Amerika Serikat berupaya menyalurkan lebih banyak bantuan kepada pengungsi Venezuela. Departemen Luar Negeri AS pada pekan lalu menjanjikan bantuan baru senilai USD20.
"Amerika Serikat siap untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Venezuela juga yang ada di Venezuela," kata Pence, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan bekerja sama dengan Majelis Nasional yang dikelola oposisi untuk melakukannya.
(mas)