Maduro Salahkan Trump Bila Venezuela Dilanda Pertumpahan Darah
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros akan menyalahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump bila Caracas dilanda kekerasan dan pertumpahan darah. Dia menyampaikan hal itu dalam pidato bahasa Inggris di hadapan para diplomatnya yang pulang dari Amerika Serikat.
Presiden penerus Hugo Chavez ini telah menuduh Washington mengatur kudeta terhadap pemerintahannya dengan mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden interim. Pengakuan itulah yang membuat Caracas memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington.
Dalam pidatonya hari Senin waktu Caracas, Maduro menuntut AS meninggalkan Venezuela sendirian. "Segera tinggalkan Venezuela, segera!," katanya.
"Trump, Anda bertanggung jawab atas segala kekerasan yang mungkin terjadi di Venezuela, itu adalah tanggung jawab Anda...Darah yang dapat tumpah di Venezuela ada di tangan Anda, Presiden Donald Trump," lanjut Maduro, yang video pidatonya disiarkan di akun Twitter-nya, Selasa (29/1/2019).
Negara Amerika Latin ini sebenarnya sudah menggelar pemilu tahun lalu, di mana Maduro sebagai kandidat presiden petahana dari United Socialist Party of Venezuela (PSUV) menang. Kemenangan itu membuatnya kembali terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya dan telah diambil sumpah jabatan beberapa pekan lalu.
Namun, Juan Guaido, 35, Kepala Majelis Nasional atau Parlemen yang dikendalikan oposisi tidak mengakui hasil pemilu tersebut. Guaido dari Partai Popular Will (VP) justru mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela. Deklarasi itu diakui AS, Israel, Australia, Brasil dan negara-negara lain.
Maduro sendiri dibela oleh Rusia, Iran, Turki, China dan negara-negara lain yang berseberangan dengan Amerika. Dia menyebut Guaido sebagai "boneka" AS.
Presiden Venezuel itu juga mengomentari sanksi baru AS yang ditargetkan pada perusahaan minyak milik negara Venezuela, PDVSA. Sanksi ini sebagai bagian dari upaya untuk mengalihkan kekuasaan dari Maduro kepada Guaido.
Presiden penerus Hugo Chavez ini telah menuduh Washington mengatur kudeta terhadap pemerintahannya dengan mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden interim. Pengakuan itulah yang membuat Caracas memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington.
Dalam pidatonya hari Senin waktu Caracas, Maduro menuntut AS meninggalkan Venezuela sendirian. "Segera tinggalkan Venezuela, segera!," katanya.
"Trump, Anda bertanggung jawab atas segala kekerasan yang mungkin terjadi di Venezuela, itu adalah tanggung jawab Anda...Darah yang dapat tumpah di Venezuela ada di tangan Anda, Presiden Donald Trump," lanjut Maduro, yang video pidatonya disiarkan di akun Twitter-nya, Selasa (29/1/2019).
Negara Amerika Latin ini sebenarnya sudah menggelar pemilu tahun lalu, di mana Maduro sebagai kandidat presiden petahana dari United Socialist Party of Venezuela (PSUV) menang. Kemenangan itu membuatnya kembali terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya dan telah diambil sumpah jabatan beberapa pekan lalu.
Namun, Juan Guaido, 35, Kepala Majelis Nasional atau Parlemen yang dikendalikan oposisi tidak mengakui hasil pemilu tersebut. Guaido dari Partai Popular Will (VP) justru mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela. Deklarasi itu diakui AS, Israel, Australia, Brasil dan negara-negara lain.
Maduro sendiri dibela oleh Rusia, Iran, Turki, China dan negara-negara lain yang berseberangan dengan Amerika. Dia menyebut Guaido sebagai "boneka" AS.
Presiden Venezuel itu juga mengomentari sanksi baru AS yang ditargetkan pada perusahaan minyak milik negara Venezuela, PDVSA. Sanksi ini sebagai bagian dari upaya untuk mengalihkan kekuasaan dari Maduro kepada Guaido.
(mas)