Erdogan Shock Trump Dukung Pemimpin Oposisi Venezuela
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku shock dengan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden interim.
"Saya shock dengan sikap Trump (terhadap situasi di Venezuela)," kata Erdogan pada konferensi pers di Ankara dengan Presiden Malta Marie-Louise Coleiro Preca."Harusnya menghormati orang yang memenangkan pemilu," lanjut Erdogan, seperti dikutip kantor berita TASS, Jumat (25/1/2019).
Pemimpin Turki itu menyatakan keyakinannya bahwa rakyat Venezuela akan mendukung pemimpin yang mereka pilih. Dia juga menegaskan bahwa Uni Eropa mengabaikan percobaan kudeta di Turki pada Juli 2016.
Pada 23 Januari, Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden interim Venezuela saat demonstrasi pro-oposisi pecah di Caracas.
Presiden petahana Venezuela Nicolas Maduro menggambarkan perkembangan ini sebagai upaya kudeta yang diatur oleh AS. Maduro akhirnya memutuskan hubungan diplomatik Venezuela dengan AS.
Negara-negara anggota Grup Lima, kecuali Meksiko, serta Albania, Georgia, AS, dan Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) telah mengakui Guaido sebagai presiden interim Venezuela.
Beberapa negara Uni Eropa memilih mendukung parlemen Venezuela dan menyatakan harapan bahwa pemilu baru akan diadakan untuk menyelesaikan krisis politik di negara kaya minyak tersebut.
Rusia, Bolivia, Iran, Kuba, Nikaragua, dan Turki menyatakan dukungan mereka untuk Maduro. Belarus dan China menyerukan untuk menyelesaikan semua perselisihan secara damai dan menentang campur tangan asing dalam urusan internal negara tersebut.
Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendukung dialog untuk menemukan solusi atas krisis politik Venezuela.
"Saya shock dengan sikap Trump (terhadap situasi di Venezuela)," kata Erdogan pada konferensi pers di Ankara dengan Presiden Malta Marie-Louise Coleiro Preca."Harusnya menghormati orang yang memenangkan pemilu," lanjut Erdogan, seperti dikutip kantor berita TASS, Jumat (25/1/2019).
Pemimpin Turki itu menyatakan keyakinannya bahwa rakyat Venezuela akan mendukung pemimpin yang mereka pilih. Dia juga menegaskan bahwa Uni Eropa mengabaikan percobaan kudeta di Turki pada Juli 2016.
Pada 23 Januari, Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden interim Venezuela saat demonstrasi pro-oposisi pecah di Caracas.
Presiden petahana Venezuela Nicolas Maduro menggambarkan perkembangan ini sebagai upaya kudeta yang diatur oleh AS. Maduro akhirnya memutuskan hubungan diplomatik Venezuela dengan AS.
Negara-negara anggota Grup Lima, kecuali Meksiko, serta Albania, Georgia, AS, dan Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) telah mengakui Guaido sebagai presiden interim Venezuela.
Beberapa negara Uni Eropa memilih mendukung parlemen Venezuela dan menyatakan harapan bahwa pemilu baru akan diadakan untuk menyelesaikan krisis politik di negara kaya minyak tersebut.
Rusia, Bolivia, Iran, Kuba, Nikaragua, dan Turki menyatakan dukungan mereka untuk Maduro. Belarus dan China menyerukan untuk menyelesaikan semua perselisihan secara damai dan menentang campur tangan asing dalam urusan internal negara tersebut.
Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendukung dialog untuk menemukan solusi atas krisis politik Venezuela.
(mas)