China Simulasikan Penembakan ICBM dari Tembok Raksasa Bawah Tanah
A
A
A
BEIJING - Pasukan rudal strategis dan taktis China telah berlatih menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dari tembok raksasa bawah tanah. Situs yang dirahasiakan itu dinilai para pakar menjadi benteng antinuklir.
Media yang dikelola Partai Komunis China, Global Times, melaporkan pasukan rudal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mensimulasikan serangan ICBM terhadap "musuh imajiner".
"Pelatihan bertahan hidup jangka panjang di lingkungan tertutup telah menjadi norma baru bagi tentara di Pasukan Rudal," tulis media itu, tanpa merinci lokasi tembok raksasa bawah tanah dan tanggal simulasi peluncuran ICBM, sebagaimana dikutip Sputnik, Jumat (25/1/2019).
Pada 2011, mahasiswa di Universitas Georgetown mengklaim telah memetakan jaringan terowongan sepanjang 3.000 mil di China utara tempat rudal dan hulu ledak nuklir disimpan. Jauh sebelum itu, media pemerintah; CCTV, menyampaikan berita tentang jaringan terowongan misterius dengan narasumber James R. Holmes, profesor strategi di US Naval War College.
Doktrin militer Beijing menekankan pada penggunaan senjata nuklir sebagai pembalasan untuk serangan pertama terhadap China. Menurut laporan Global Times, Beijing tidak berencana untuk menggunakan senjata nuklir kecuali jika diserang terlebih dahulu.
Komentator militer China, Song Zhongping, mengatakan kepada Global Times bahwa China menyimpan rudal strategis jarak jauh di fasilitas bawah tanah. Menurut Song, ketiga generasi ICBM China yakni DF-5, DF-31 dan DF-41 dapat menyerang target yang jaraknya lebih dari 6.000 mil dengan tingkat presisi yang sangat tinggi.
Hui Zhang, peneliti senior di Project on Managing the Atom at Harvard University's John F. Kennedy School of Government menyatakan menyimpan dan melatih untuk menembakkan rudal dari tembok raksasa bawah tanah akan membuat Beijing memiliki kemampuan untuk melakukan serangan balik. Bentang antinuklir itu juga akan mencegah calon lawan menyerang China.
Menurut Hui dalam sebuah makalah, Pasukan Rudal PLA yang sebelumnya dikenal sebagai Artileri Kedua, telah melakukan perencanaan perang dan pelatihan dengan asumsi bahwa China akan "menyerap" serangan nuklir pertama dan menggunakan pasukannya hanya untuk membalas.
"China bahkan telah mengungkap keberadaan tembok raksasa bawah tanah, menunjukkan bahwa Beijing ingin musuh potensial mengetahui bahwa ia memiliki kemampuan serangan balas dendam yang nyata dan dapat diandalkan sehingga mencegah niat serangan pertama," tulis Hui.
Media yang dikelola Partai Komunis China, Global Times, melaporkan pasukan rudal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mensimulasikan serangan ICBM terhadap "musuh imajiner".
"Pelatihan bertahan hidup jangka panjang di lingkungan tertutup telah menjadi norma baru bagi tentara di Pasukan Rudal," tulis media itu, tanpa merinci lokasi tembok raksasa bawah tanah dan tanggal simulasi peluncuran ICBM, sebagaimana dikutip Sputnik, Jumat (25/1/2019).
Pada 2011, mahasiswa di Universitas Georgetown mengklaim telah memetakan jaringan terowongan sepanjang 3.000 mil di China utara tempat rudal dan hulu ledak nuklir disimpan. Jauh sebelum itu, media pemerintah; CCTV, menyampaikan berita tentang jaringan terowongan misterius dengan narasumber James R. Holmes, profesor strategi di US Naval War College.
Doktrin militer Beijing menekankan pada penggunaan senjata nuklir sebagai pembalasan untuk serangan pertama terhadap China. Menurut laporan Global Times, Beijing tidak berencana untuk menggunakan senjata nuklir kecuali jika diserang terlebih dahulu.
Komentator militer China, Song Zhongping, mengatakan kepada Global Times bahwa China menyimpan rudal strategis jarak jauh di fasilitas bawah tanah. Menurut Song, ketiga generasi ICBM China yakni DF-5, DF-31 dan DF-41 dapat menyerang target yang jaraknya lebih dari 6.000 mil dengan tingkat presisi yang sangat tinggi.
Hui Zhang, peneliti senior di Project on Managing the Atom at Harvard University's John F. Kennedy School of Government menyatakan menyimpan dan melatih untuk menembakkan rudal dari tembok raksasa bawah tanah akan membuat Beijing memiliki kemampuan untuk melakukan serangan balik. Bentang antinuklir itu juga akan mencegah calon lawan menyerang China.
Menurut Hui dalam sebuah makalah, Pasukan Rudal PLA yang sebelumnya dikenal sebagai Artileri Kedua, telah melakukan perencanaan perang dan pelatihan dengan asumsi bahwa China akan "menyerap" serangan nuklir pertama dan menggunakan pasukannya hanya untuk membalas.
"China bahkan telah mengungkap keberadaan tembok raksasa bawah tanah, menunjukkan bahwa Beijing ingin musuh potensial mengetahui bahwa ia memiliki kemampuan serangan balas dendam yang nyata dan dapat diandalkan sehingga mencegah niat serangan pertama," tulis Hui.
(mas)