Israel Klaim Kirim Dokter untuk Selamatkan Nyawa Abbas
A
A
A
TEL AVIV - Sebuah outlet media Israel melaporkan bahwa negara Zionis itu mengirim seorang dokter spesialis untuk membantu menyelamatkan nyawa Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tahun lalu.
Abbas (83) sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Arab Istishari di Ramallah pada bulan Mei 2018. Ia didiagnosa menderita infeksi telinga parah yang segera berubah menjadi pneumonia dan penyakit komplikasi lainnya. Penyakit ini membuat nyawa Abbas terancam.
"Khawatir akan nyawanya, dan stabilitas Otoritas Palestina jika dia meninggal, para pejabat Israel diam-diam menawarkan diri untuk merawat Abbas di rumah sakit Israel, yang kemungkinan memiliki perawatan lebih maju daripada rumah sakit Palestina," tulis Ynet seperti dikutip dari Times of Israel, Rabu (23/1/2019).
Menurut laporan itu, setelah beberapa pertimbangan, para pejabat Palestina menolak permintaan itu karena mereka takut akan menimbulkan kemarahan dari masyarakat Palestina.
"Israel kemudian mengirim dokter spesialis ke rumah sakit Abbas untuk bergabung dengan tim medis yang merawat pemimpin Palestina yang sudah tua itu," kata Ynet.
Setelah dua hari perawatan intensif, kondisi Abbas membaik dan hidupnya tidak lagi dalam bahaya. Ia kemudian boleh pulang beberapa hari kemudian, setelah dirawat di rumah sakit selama sembilan hari.
Menurut beberapa laporan media Israel kepemimpinan Palestina pada saat itu sedang bekerja keras untuk menutupi kondisi Abbas.
Abbas menderita beberapa gangguan kesehatan pada tahun 2018. Dia tercatat sempat dirawat di rumah sakit Johns Hopkins Medical Center di Baltimore, Maryland, pada bulan Februari. Sejumlah laporan media yang belum dikonfirmasi ia harus menjalan tes untuk menentukan apakah ia menderita kanker perut. Biopsi itu ternyata negatif.
Menyusul laporan Ynet, seorang pejabat di kantor Abbas mengatakan kepada Times of Israel mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Ia hanya mengatakan ada seorang dokter Amerika di tim yang merawat Abbas, kata pejabat itu.
Abbas (83) sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Arab Istishari di Ramallah pada bulan Mei 2018. Ia didiagnosa menderita infeksi telinga parah yang segera berubah menjadi pneumonia dan penyakit komplikasi lainnya. Penyakit ini membuat nyawa Abbas terancam.
"Khawatir akan nyawanya, dan stabilitas Otoritas Palestina jika dia meninggal, para pejabat Israel diam-diam menawarkan diri untuk merawat Abbas di rumah sakit Israel, yang kemungkinan memiliki perawatan lebih maju daripada rumah sakit Palestina," tulis Ynet seperti dikutip dari Times of Israel, Rabu (23/1/2019).
Menurut laporan itu, setelah beberapa pertimbangan, para pejabat Palestina menolak permintaan itu karena mereka takut akan menimbulkan kemarahan dari masyarakat Palestina.
"Israel kemudian mengirim dokter spesialis ke rumah sakit Abbas untuk bergabung dengan tim medis yang merawat pemimpin Palestina yang sudah tua itu," kata Ynet.
Setelah dua hari perawatan intensif, kondisi Abbas membaik dan hidupnya tidak lagi dalam bahaya. Ia kemudian boleh pulang beberapa hari kemudian, setelah dirawat di rumah sakit selama sembilan hari.
Menurut beberapa laporan media Israel kepemimpinan Palestina pada saat itu sedang bekerja keras untuk menutupi kondisi Abbas.
Abbas menderita beberapa gangguan kesehatan pada tahun 2018. Dia tercatat sempat dirawat di rumah sakit Johns Hopkins Medical Center di Baltimore, Maryland, pada bulan Februari. Sejumlah laporan media yang belum dikonfirmasi ia harus menjalan tes untuk menentukan apakah ia menderita kanker perut. Biopsi itu ternyata negatif.
Menyusul laporan Ynet, seorang pejabat di kantor Abbas mengatakan kepada Times of Israel mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Ia hanya mengatakan ada seorang dokter Amerika di tim yang merawat Abbas, kata pejabat itu.
(ian)