Tegang dengan China, AS Sebar Pesawat Pembom B-2 ke Pearl Harbor
A
A
A
WASHINGTON - Pesawat-pesawat pembom B-2 Spirit dikerahkan ke Pearl Harbor, Hawaii, untuk memproyeksikan kekuatan Amerika Serikat (AS) di kawasan Indo-Pasifik. Penyebaran sejumlah pesawat pembom strategis itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China terkait perang dagang dan penentangan Washington atas klaim Beijing atas kawasan Laut China Selatan.
"Menyebarkan ke Hawaii memungkinkan kita untuk menunjukkan kepada audiens Amerika dan internasional yang besar bahwa B-2 sedang ditonton 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, siap untuk melindungi negara kita dan sekutu-sekutunya," kata Letnan Kolonel Joshua Dorr, direktur operasi Skuadron Bom ke-393 yang dikutip SINDOnews.com, Senin (14/1/2019), dari situs resmi Pacific Air Force .
Pengumuman yang dibuat 10 Januari itu menyebutkan ada tiga pesawat pembom B-2 Spirit yang dikerahkan. Selain itu, ada 200 penerbang ke Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam di Hawaii.
Angkatan Udara Amerika Serikat tidak secara eksplisit menyebut China atau saingan lain dalam pernyataannya. Mereka berdalih para pembom siluman dikirim ke Honolulu berdasarkan rotasi untuk mendukung misi Pasukan Tugas Pembom (BTF) Komando Strategis, yang akan siap untuk memvalidasi kemampuan serangan global Amerika di seluruh ruang operasi terbesar angkatan bersenjata Amerika.
"Karakteristik B-2 yang dapat diamati rendah, atau 'tersembunyi', memberikannya kemampuan untuk menembus pertahanan paling canggih musuh dan membahayakan target paling berharga mereka," kata Angkatan Udara dalam pernyataannya.
Ini adalah kedua kalinya pesawat B-2 Spirit dikerahkan ke Pearl Harbor untuk mendukung misi BTF. Selama rotasi pertama dari Agustus-September 2018, para pesawat pembom diterbangkan dengan sejumlah misi dan berlatih bersama sejumlah jet tempur taktis F-22.
Di masa lalu, pesawat pembom siluman melakukan manuver di Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam, dan berguna sebagai unjuk kekuatan melawan Korea Utara.
Kembalinya pesawat-pesawat pembom strategis ke Hawaii bertepatan dengan penempatan rudal balistik jarak menengah (IRBM) DF-26 China di dataran tinggi dan daerah gurun bagian barat laut negara itu. Rudal yang dijuluki "misil pembunuh kapal induk" itu diklaim mampu menyerang target yang jaraknya 4.000 mil jauhnya. Senjata Beijing itu membuat Pangkalan Angkatan Udara Andersen menjadi target potensial oleh serangan China.
Jangkauan rudal DF-26 juga memungkinkan Beijing untuk melindungi kedaulatannya atas Laut China Selatan dan Laut China Timur, tempat raksasa Asia itu memiliki sengketa klaim teritorial dengan tetangganya. Selat Taiwan juga berada dalam jangkauan senjata berbahaya itu.
Pengumuman penyebaran IRBM DF-26 muncul setelah penampakan kapal perang AS, USS McCampbell, di dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan. Kehadiran USS McCampbell yang diklaim untuk misi kebebasan bernavigasi itu kembali membuat China mendesak Washington agar menghentikan "provokasi".
Di tengah meningkatnya ketegangan di Pasifik, yang diperburuk oleh perang dagang Beijing-Washington, Presiden China Xi Jinping baru-baru ini memerintahkan pasukannya untuk bersiap menghadapi perang."(China harus) mempersiapkan perjuangan militer komprehensif dari titik awal yang baru," kata Xi dalam pidatonya awal bulan ini. "Persiapan untuk perang dan pertempuran harus diperdalam untuk memastikan respons yang efisien di saat darurat."
"Menyebarkan ke Hawaii memungkinkan kita untuk menunjukkan kepada audiens Amerika dan internasional yang besar bahwa B-2 sedang ditonton 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, siap untuk melindungi negara kita dan sekutu-sekutunya," kata Letnan Kolonel Joshua Dorr, direktur operasi Skuadron Bom ke-393 yang dikutip SINDOnews.com, Senin (14/1/2019), dari situs resmi Pacific Air Force .
Pengumuman yang dibuat 10 Januari itu menyebutkan ada tiga pesawat pembom B-2 Spirit yang dikerahkan. Selain itu, ada 200 penerbang ke Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam di Hawaii.
Angkatan Udara Amerika Serikat tidak secara eksplisit menyebut China atau saingan lain dalam pernyataannya. Mereka berdalih para pembom siluman dikirim ke Honolulu berdasarkan rotasi untuk mendukung misi Pasukan Tugas Pembom (BTF) Komando Strategis, yang akan siap untuk memvalidasi kemampuan serangan global Amerika di seluruh ruang operasi terbesar angkatan bersenjata Amerika.
"Karakteristik B-2 yang dapat diamati rendah, atau 'tersembunyi', memberikannya kemampuan untuk menembus pertahanan paling canggih musuh dan membahayakan target paling berharga mereka," kata Angkatan Udara dalam pernyataannya.
Ini adalah kedua kalinya pesawat B-2 Spirit dikerahkan ke Pearl Harbor untuk mendukung misi BTF. Selama rotasi pertama dari Agustus-September 2018, para pesawat pembom diterbangkan dengan sejumlah misi dan berlatih bersama sejumlah jet tempur taktis F-22.
Di masa lalu, pesawat pembom siluman melakukan manuver di Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam, dan berguna sebagai unjuk kekuatan melawan Korea Utara.
Kembalinya pesawat-pesawat pembom strategis ke Hawaii bertepatan dengan penempatan rudal balistik jarak menengah (IRBM) DF-26 China di dataran tinggi dan daerah gurun bagian barat laut negara itu. Rudal yang dijuluki "misil pembunuh kapal induk" itu diklaim mampu menyerang target yang jaraknya 4.000 mil jauhnya. Senjata Beijing itu membuat Pangkalan Angkatan Udara Andersen menjadi target potensial oleh serangan China.
Jangkauan rudal DF-26 juga memungkinkan Beijing untuk melindungi kedaulatannya atas Laut China Selatan dan Laut China Timur, tempat raksasa Asia itu memiliki sengketa klaim teritorial dengan tetangganya. Selat Taiwan juga berada dalam jangkauan senjata berbahaya itu.
Pengumuman penyebaran IRBM DF-26 muncul setelah penampakan kapal perang AS, USS McCampbell, di dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan. Kehadiran USS McCampbell yang diklaim untuk misi kebebasan bernavigasi itu kembali membuat China mendesak Washington agar menghentikan "provokasi".
Di tengah meningkatnya ketegangan di Pasifik, yang diperburuk oleh perang dagang Beijing-Washington, Presiden China Xi Jinping baru-baru ini memerintahkan pasukannya untuk bersiap menghadapi perang."(China harus) mempersiapkan perjuangan militer komprehensif dari titik awal yang baru," kata Xi dalam pidatonya awal bulan ini. "Persiapan untuk perang dan pertempuran harus diperdalam untuk memastikan respons yang efisien di saat darurat."
(mas)