Mengenaskan, Perempuan Nepal dan 2 Anaknya Tewas di Pondok Menstruasi

Jum'at, 11 Januari 2019 - 07:39 WIB
Mengenaskan, Perempuan...
Mengenaskan, Perempuan Nepal dan 2 Anaknya Tewas di Pondok Menstruasi
A A A
KATHMANDU - Seorang ibu asal Nepal dan dua anaknya meninggal. Ketiganya diduga kehilangan nyawa setelah menghirup asap setelah satu malam berada di gubuk tanpa jendela tempat perempuan dibuang selama periode menstruasi mereka.

Banyak komunitas di Nepal menganggap perempuan yang sedang menstruasi tidak murni dan memaksa ibu serta anak perempuannya untuk tinggal di sebuah pondok yang jauh dari rumah sebulan sekali. Padahal praktik seperti ini telah dilarang.

Polisi mengatakan Amba Bohara (35) tertidur di sebuah gubuk di distrik Bajura barat pada Selasa malam dengan dua putranya yang berusia 12 dan sembilan tahun.

Ketiganya berkumpul di sekitar api untuk tetap hangat dalam kondisi musim dingin yang membeku di Nepal.

Kepala polisi setempat, Uddhab Singh Bhat mengatakan, ibu mertua perempuan itu membuka pondok tersebut pada hari berikutnya untuk menemukan ketiganya telah tewas.

"Kami sedang menunggu hasil postmortem untuk mengkonfirmasi penyebab kematian, tetapi (kami) yakin mereka meninggal karena mati lemas," kata Bhat.

"Kami sedang menyelidiki," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Jumat (11/1/2019).

Sebagian selimut yang melindungi ketiganya terbakar, dan Bohara menderita luka bakar di kakinya.

Praktik pengucilan kuno yang dikenal sebagai "chhaupadi" dilarang pada tahun 2005 namun masih diberlakukan di beberapa bagian di Nepal, khususnya daerah barat yang terpencil dan konservatif.

Tahun lalu, Kathmandu memberlakukan hukuman penjara tiga bulan dan denda lebih dari Rp421 ribu bagi siapa pun yang tertangkap sedang memaksakan chhaupadi.

Praktek ini terkait dengan agama Hindu dan menganggap perempuan tidak tersentuh selama menstruasi dan setelah melahirkan.

Di bawah Chhaupadi, perempuan dilarang menyentuh makanan, simbol agama, ternak dan pria selama periode menstruasi mereka dan harus tidur jauh dari orang lain.

Kematian Bohara dan anak-anaknya bukan yang pertama terkait dengan praktik ini.

Tahun lalu, seorang perempuan berusia 21 tahun menyerah untuk menghirup asap saat dibuang ke gubuk, dan perempuan lain telah meninggal karena gigitan ular di masa lalu.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia negara itu mengatakan polisi perlu berbuat lebih banyak untuk menegakkan hukum.

"Perempuan akan terus mati kecuali ada konsekuensi untuk menegakkan tradisi ini," kata Mohna Ansari dari komisi itu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0900 seconds (0.1#10.140)