Assad dan Negara-negara Arab Berdamai, Oposisi Suriah Terkejut
A
A
A
RIYADH - Kubu oposisi atau pemberontak Suriah mengatakan bahwa mereka terkejut dengan negara-negara Arab yang berekonsiliasi dengan rezim pemerintah Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad. Mereka mendesak negara-negara Arab mengubah keputusannya.
Negara-negara Arab, termasuk beberapa yang pernah mendukung pemberontak melawan Assad, saat ini berusaha untuk berdamai dengan pemimpin Suriah tersebut. Perubahan sikap itu terjadi setelah rezim Damaskus meraih kemenangan dalam perang sipil berkat bantuan sekutunya, Rusia, Iran dan Hizbullah Lebanon.
Uni Emirat Arab telah membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus bulan lalu. Bahrain juga melakukan hal yang sama.
Sedangkan misi diplomatik Suriah di Manama, Bahrain, telah beroperasi tanpa gangguan.
"Kami tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan rekonsiliasi ini," keluh Nasr al-Hariri kepala negosiator oposisi Suriah kepada wartawan di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, tempat kelompoknya bermarkas.
"Kami masih berharap ada kemungkinan (negara-negara ini) untuk meninjau kembali keputusan mereka dan menyadari bahwa hubungan yang nyata dan solid harus dengan saudara-saudara mereka dari rakyat Suriah, bukan dengan rezim yang telah melakukan semua kejahatan ini," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Senin (7/1/2019).
"Bashar al-Assad akan tetap menjadi penjahat perang bahkan jika ribuan pemimpin bersalaman dengannya," ujarnya.
Pemerintah Kuwait pada pekan lalu mengatakan bahwa mereka mengharapkan lebih banyak negara Arab yang membuka kembali kedutaan besar mereka di Damaskus dalam beberapa hari mendatang. Kuwait menyadari langkah itu akan membutuhkan lampu hijau dari Liga Arab.
Suriah didepak dari Liga Arab pada tahun 2011 sebagai respons terhadap tindakan keras pemerintah Assad terhadap protes "Arab Spring". Untuk memulihkan keangitaan Suriah, Liga Arab harus mencapai konsensus.
"Kami tidak berpikir itu akan menjadi langkah yang tepat untuk mengembalikan Suriah ke Liga Arab. Kami pikir itu adalah keputusan yang tidak akan menguntungkan proses politik," kata Hariri.
Negara-negara Teluk Arab yang bersekutu di AS, khususnya Arab Saudi dan Qatar, adalah pendukung regional utama kelompok-kelompok bersenjata Suriah yang menentang Assad. Kedua negara itu menyediakan dana atau senjata.
Negara-negara Arab, termasuk beberapa yang pernah mendukung pemberontak melawan Assad, saat ini berusaha untuk berdamai dengan pemimpin Suriah tersebut. Perubahan sikap itu terjadi setelah rezim Damaskus meraih kemenangan dalam perang sipil berkat bantuan sekutunya, Rusia, Iran dan Hizbullah Lebanon.
Uni Emirat Arab telah membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus bulan lalu. Bahrain juga melakukan hal yang sama.
Sedangkan misi diplomatik Suriah di Manama, Bahrain, telah beroperasi tanpa gangguan.
"Kami tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan rekonsiliasi ini," keluh Nasr al-Hariri kepala negosiator oposisi Suriah kepada wartawan di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, tempat kelompoknya bermarkas.
"Kami masih berharap ada kemungkinan (negara-negara ini) untuk meninjau kembali keputusan mereka dan menyadari bahwa hubungan yang nyata dan solid harus dengan saudara-saudara mereka dari rakyat Suriah, bukan dengan rezim yang telah melakukan semua kejahatan ini," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Senin (7/1/2019).
"Bashar al-Assad akan tetap menjadi penjahat perang bahkan jika ribuan pemimpin bersalaman dengannya," ujarnya.
Pemerintah Kuwait pada pekan lalu mengatakan bahwa mereka mengharapkan lebih banyak negara Arab yang membuka kembali kedutaan besar mereka di Damaskus dalam beberapa hari mendatang. Kuwait menyadari langkah itu akan membutuhkan lampu hijau dari Liga Arab.
Suriah didepak dari Liga Arab pada tahun 2011 sebagai respons terhadap tindakan keras pemerintah Assad terhadap protes "Arab Spring". Untuk memulihkan keangitaan Suriah, Liga Arab harus mencapai konsensus.
"Kami tidak berpikir itu akan menjadi langkah yang tepat untuk mengembalikan Suriah ke Liga Arab. Kami pikir itu adalah keputusan yang tidak akan menguntungkan proses politik," kata Hariri.
Negara-negara Teluk Arab yang bersekutu di AS, khususnya Arab Saudi dan Qatar, adalah pendukung regional utama kelompok-kelompok bersenjata Suriah yang menentang Assad. Kedua negara itu menyediakan dana atau senjata.
(mas)