Turki Bantah Sarankan Teknisi AS Harus Pelajari S-400 Rusia
A
A
A
ANKARA - Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, dengan tegas membantah laporan yang mengklaim Ankara menyarankan teknisi Amerika Serikat (AS) harus mempelajari sistem rudal S-400 buatan Rusia.
"Tidak ada yang seperti itu. Proses penerapan kontrak untuk pembelian sistem pertahanan udara Rusia S-400 berjalan sesuai rencana. Jangka waktu," kata Akar seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (26/12/2018).
Pernyataan ini muncul setelah laporan Bloomberg yang mengutip dua sumber mengatakan pekan lalu bahwa Turki diduga menyarankan para teknisi AS mempelajari sistem S-400 untuk "mengendalikan kerusakan" dalam hubungan dengan Washington yang berasal dari keputusan Ankara mengikat kontrak dengan Moskow.
Sekretaris pers Presiden Rusia, Dmitry Peskov, untuk bagiannya, mengingatkan bahwa kontrak Rusia-Turki menetapkan bahwa Ankara tidak mengungkapkan data tertentu.
"Sebagai aturan, kerja sama militer dan pertahanan Rusia dengan negara-negara lain perlu mempertimbangkan kewajiban hukum untuk tidak mengungkapkan kategori informasi tertentu, data sensitif yang terkait dengan kerja sama ini. Dalam hal ini dengan pihak Turki, ada kewajiban seperti itu juga. Kami tidak melihat alasan untuk tidak mempercayai mitra Turki kami," Peskov menegaskan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu membenarkan bahwa Ankara telah menyelesaikan kesepakatan S-400 dan akan membeli sistem rudal dari Rusia "tanpa keraguan".
Pemerintah AS telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas keputusan Turki untuk melanjutkan pembelian sistem pertahanan rudal buatan Rusia. AS mengancam akan memblokir pengiriman jet tempur generasi kelima F-35 ke Ankara di tengah kekhawatiran bahwa teknologi sensitif dapat dikompromikan dan digunakan untuk meningkatkan pertahanan udara Rusia jika Turki memperoleh keduanya.
Kantor berita Turki Anadolu, pada gilirannya, mengutip sumber berpangkat tinggi di Washington yang mengatakan bahwa AS terus menganggap sistem pertahanan udara S-400 sebagai ancaman terhadap platform pesawat tempur siluman F-35, dan dapat menjatuhkan sanksi terhadap Ankara.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Turki Akar menyatakan bahwa penyebaran sistem S-400 ke Turki akan dimulai pada Oktober 2019. Pada saat yang sama, ia menambahkan bahwa program jet tempur AS F-35 akan dilanjutkan sesuai rencana, dengan batch jet yang berikutnya akan dikirim pada bulan Maret 2019.
Desember lalu, Ankara menandatangani perjanjian pinjaman dengan Moskow yang membayangkan pengiriman sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia ke Turki. Sergey Chemezov, kepala eksekutif perusahaan pertahanan milik negara Rusia, Rostec, mengatakan sekitar empat set batalion S-400 senilai USD2,5 miliar dapat dipasok, dengan 55 persen dari jumlah kontrak yang ditanggung oleh pinjaman Rusia.
"Tidak ada yang seperti itu. Proses penerapan kontrak untuk pembelian sistem pertahanan udara Rusia S-400 berjalan sesuai rencana. Jangka waktu," kata Akar seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (26/12/2018).
Pernyataan ini muncul setelah laporan Bloomberg yang mengutip dua sumber mengatakan pekan lalu bahwa Turki diduga menyarankan para teknisi AS mempelajari sistem S-400 untuk "mengendalikan kerusakan" dalam hubungan dengan Washington yang berasal dari keputusan Ankara mengikat kontrak dengan Moskow.
Sekretaris pers Presiden Rusia, Dmitry Peskov, untuk bagiannya, mengingatkan bahwa kontrak Rusia-Turki menetapkan bahwa Ankara tidak mengungkapkan data tertentu.
"Sebagai aturan, kerja sama militer dan pertahanan Rusia dengan negara-negara lain perlu mempertimbangkan kewajiban hukum untuk tidak mengungkapkan kategori informasi tertentu, data sensitif yang terkait dengan kerja sama ini. Dalam hal ini dengan pihak Turki, ada kewajiban seperti itu juga. Kami tidak melihat alasan untuk tidak mempercayai mitra Turki kami," Peskov menegaskan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu membenarkan bahwa Ankara telah menyelesaikan kesepakatan S-400 dan akan membeli sistem rudal dari Rusia "tanpa keraguan".
Pemerintah AS telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas keputusan Turki untuk melanjutkan pembelian sistem pertahanan rudal buatan Rusia. AS mengancam akan memblokir pengiriman jet tempur generasi kelima F-35 ke Ankara di tengah kekhawatiran bahwa teknologi sensitif dapat dikompromikan dan digunakan untuk meningkatkan pertahanan udara Rusia jika Turki memperoleh keduanya.
Kantor berita Turki Anadolu, pada gilirannya, mengutip sumber berpangkat tinggi di Washington yang mengatakan bahwa AS terus menganggap sistem pertahanan udara S-400 sebagai ancaman terhadap platform pesawat tempur siluman F-35, dan dapat menjatuhkan sanksi terhadap Ankara.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Turki Akar menyatakan bahwa penyebaran sistem S-400 ke Turki akan dimulai pada Oktober 2019. Pada saat yang sama, ia menambahkan bahwa program jet tempur AS F-35 akan dilanjutkan sesuai rencana, dengan batch jet yang berikutnya akan dikirim pada bulan Maret 2019.
Desember lalu, Ankara menandatangani perjanjian pinjaman dengan Moskow yang membayangkan pengiriman sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia ke Turki. Sergey Chemezov, kepala eksekutif perusahaan pertahanan milik negara Rusia, Rostec, mengatakan sekitar empat set batalion S-400 senilai USD2,5 miliar dapat dipasok, dengan 55 persen dari jumlah kontrak yang ditanggung oleh pinjaman Rusia.
(ian)